Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyampaikan pidato sambutan dalam acara pembukaan Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025, di The Sultan Hotel and Residence, Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Urbannews | Di balik gemuruh panggung dan gema nada-nada yang tak pernah lelah berkisah, Konferensi Musik Indonesia 2025 membuka babak baru. Sebuah panggung tak kasatmata tengah dibangun—tempat suara-suara musisi, pencipta lagu, hingga pemangku kebijakan, bertemu dan bersatu. Inilah orkestra kolaboratif yang tak hanya bicara harmoni, tapi juga arah dan masa depan industri musik tanah air.
Ya, hari ini, Rabu (8/10/2025) di tengah denyut Ibu Kota yang tak pernah tidur, suara-suara harapan bergema dari aula megah The Sultan Hotel and Residence, Jakarta. Di sinilah Konferensi Musik Indonesia (KMI) 2025 resmi dibuka—bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah pernyataan kolektif: musik Indonesia sedang menuju arah baru.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon membuka acara dengan pidato yang lebih dari sekadar sambutan. Ia berbicara tentang musik tidak hanya sebagai hiburan, tapi sebagai denyut kehidupan bangsa: penggerak ekonomi, perekat budaya, sekaligus duta diplomasi.
“Musik Indonesia hari ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Indonesia memiliki potensi besar,” tegas Fadli, di hadapan lebih dari 700 pelaku industri musik yang hadir—dari musisi, produser, promotor, label rekaman, hingga regulator.
Konferensi yang mengusung tajuk “Satu Nada Dasar” ini digelar selama empat hari, 8–11 Oktober 2025. Sebuah ruang temu bagi mereka yang selama ini berkarya di panggung, di studio, maupun di balik layar kebijakan. Tujuannya satu: menyatukan langkah membangun ekosistem musik nasional yang kokoh dan berkelanjutan.
Musik, Ekonomi, dan Diplomasi
Dalam pidatonya, Menteri Fadli menyoroti peran penting musik dalam pembangunan bangsa. Tak hanya sebagai pemersatu atau sarana pendidikan budaya, tetapi juga sebagai mesin ekonomi. Angka-angka berbicara: pasar musik digital Indonesia tahun ini diproyeksikan menyentuh USD 231,64 juta, dan akan terus tumbuh hingga USD 276 juta pada 2030.
Namun di balik statistik itu, ada kerja keras yang tak kasatmata: para seniman, pencipta, dan pekerja musik yang menyalakan denyut industri dari panggung ke panggung, dari ruang digital ke ruang nyata.
“Musik Indonesia makin hidup di ruang digital, namun denyut nadi industrinya tetap berdetak di panggung-panggung nyata,” ujar Fadli, menyiratkan pentingnya menjaga keseimbangan antara teknologi dan kehadiran manusia dalam industri ini.
Musik Sebagai Infrastruktur Kebudayaan
Lebih dari sekadar industri, musik diposisikan sebagai infrastruktur kebudayaan yang kokoh. KMI 2025 menjadi medan penting untuk mendorong kolaborasi lintas sektor, memperkuat kebijakan, dan menjadikan musik sebagai alat diplomasi budaya Indonesia di pentas global.
“Kita ingin musik tidak hanya jadi suara, tapi juga jadi kebijakan, jadi jembatan antarbangsa, dan jadi alat untuk menyejahterakan mereka yang hidup dari nada,” kata Fadli.
Inisiatif seperti Manajemen Talenta Nasional Bidang Seni Budaya pun digulirkan untuk memastikan para pekerja seni—terutama musisi dan pencipta lagu—tidak sekadar dihargai, tetapi dilindungi dan diberdayakan.
Giring: Dari Nada Menjadi Narasi Bangsa
Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha Djumaryo, yang dikenal luas sebagai musisi, juga hadir memberikan sambutan penuh semangat. Ia menyampaikan terima kasih kepada para komunitas musik, seniman tradisi, hingga para penggerak ekosistem yang selama ini menyalakan api idealisme di tengah tantangan.
“Narasi ‘Satu Nada Dasar’ adalah ajakan untuk bersama-sama menentukan arah. Kita harus siap berdialog dengan siapa pun, dengan semangat kesatuan, demi Indonesia, demi merah putih,” tutur Giring, memetik semangat yang juga kerap disuarakan Presiden Prabowo Subianto.
Menuju Masa Depan Musik Indonesia
Konferensi Musik Indonesia 2025 bukan sekadar forum, melainkan proses lahirnya orkestra kebijakan yang berpihak. Dari ruang diskusi ini, diharapkan lahir rumusan-rumusan nyata: mulai dari perlindungan hak cipta, skema pembiayaan kreatif, pengembangan SDM, hingga jejaring distribusi musik nasional dan global.
Dan di tengahnya, musik tetap berdiri sebagai suara yang tak bisa dibungkam, gema dari bangsa yang terus bergerak.


