Menemukan Percaya Diri dan Kekuatan Baru di Festival Film Wartawan

Urbannews | Di balik setiap bingkai film, ada jiwa yang bergetar; di balik setiap berita, ada manusia yang mencoba memahami luka dan keindahan dunia. Dalam ruang gelap tempat cahaya menari di layar, kita belajar satu hal penting: percaya diri bukanlah tentang siapa yang paling bersinar, tetapi siapa yang paling berani menyalakan cahaya untuk orang lain.

Kita hidup di masa di mana suara bisa hilang ditelan bising, dan kebenaran kerap tergeser oleh kecepatan. Namun di sinilah, lewat karya para wartawan yang berani bercerita lewat pena, kita diajak untuk berhenti sejenak, menatap lebih dalam, dan menyadari bahwa percaya diri bukanlah kesombongan, melainkan bentuk ketulusan untuk terus berdiri meski ragu masih mengintai.

Setiap film yang diputar, setiap dialog yang terucap, dan setiap tepuk tangan yang bergema, adalah bukti bahwa kita tidak sendiri. Bahwa di tengah keresahan dan tantangan, selalu ada ruang untuk saling menguatkan. Bahwa di antara luka dan letih, selalu ada kesempatan untuk saling menyembuhkan.

Di Festival Film Wartawan, kisah-kisah yang lahir dari pena dan lensa jurnalis tidak hanya bicara tentang peristiwa, tetapi juga tentang penyembuhan — dari luka sosial, batin, dan bahkan dari rasa kehilangan makna. Festival Film Wartawan bukan sekadar ruang apresiasi, melainkan perhentian sejenak bagi kita semua untuk menyalakan kembali kepercayaan — pada diri sendiri, pada karya, dan pada sesama.

Percaya diri berarti berani menulis kisah sendiri tanpa meniadakan kisah orang lain. Percaya diri berarti memberi tempat bagi orang lain untuk juga bersinar. Itulah napas dari festival ini — tempat di mana keberanian bertemu empati, dan di mana karya menjadi jembatan menuju penyembuhan bersama.

Kita datang bukan sekadar menonton film, melainkan menonton diri sendiri: bagaimana kita jatuh, bangkit, tertawa, dan menangis bersama. Dari setiap potongan gambar, setiap kalimat yang jujur, kita diingatkan bahwa dunia ini terlalu keras jika kita berjalan sendirian, tapi menjadi lembut ketika kita saling menguatkan.

Percaya diri sejati lahir ketika keberanian seseorang menjadi inspirasi bagi keberanian orang lain. Itulah semangat yang hendak dijaga — semangat saling menyembuhkan, saling menumbuhkan, dan saling percaya bahwa karya, seberapa kecil pun, bisa menjadi pelita bagi yang hampir kehilangan arah.

Mari terus percaya, bahwa setiap cerita punya daya untuk menyembuhkan, dan setiap insan punya tempat untuk menguatkan. Sebab film bukan hanya tentang melihat, tapi juga tentang merasa — dan pada akhirnya, tentang menjadi manusia yang lebih utuh.

Maka, ketika layar nanti meredup dan lampu-lampu ruangan kembali menyala, biarlah pesan ini tetap hidup: Mari saling menguatkan, karena setiap manusia adalah cermin bagi yang lain.
Mari saling menyembuhkan, karena dunia ini akan terasa lebih damai bila kita berjalan dengan hati yang percaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed