Urbannews Musik | Membangun ekosistem industri kreatif, terlebih khusus dunia musik yang sehat dan berkelanjutan, ternyata perlu kerja ekstra keras dan cerdas. Gerakannya pun harus muncul dari inisiatif para penggiat dan pelakunya, bukan lagi berharap ujug-ujug datang dari para pembuat kebijakan, alias pemerintah.
Contohnya, seperti yang di lakukan enam anak muda kreatif dari lintas sektor, baik itu musik, film, iklan, dan juga arsitektur, yang tergabung dalam PT Ruang Riang Melanial, berinisiatif membangun entertainment district atau kawasan terpadu bagi penggiat, pelaku termasuk pencintanya yang bergerak di dunia kreatif.
Mereka berkerja secara serius untuk mengupas problematik yang dihadapi para pekerja kreatif, terlebih di dunia musik, yakni minimnya sebuah publik area untuk mereka berekspresi yang layak dan khusus. Peruntukannya pun tidak itu saja, tapi bagaimana mereka bisa menggali potensi industri musik dikalangan anak milenial sebagai sebuah kekuatan ekonomi kreatif baru di Indonesia.
Jika ditelisik lebih jauh, kini generasi milenial menyumbang 40,3 persen dari total penduduk Jakarta, yakni sekitar 4,25 juta jiwa. Besarnya jumlah anak muda tersebut mendorong munculnya potensi kreatif di berbagai bidang. Cilakanya, nyaris tidak ada ruang memadai untuk menampilkan karya-karya mereka ke hadapan publik.
Melihat kondisi ini, PT Ruang Riang Melanial (RRM) menggandeng Peruri (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertugas mencetak uang rupiah bagi Republik Indonesia, yang memiliki aset idle (nganggur) seluas 6.500 meter persegi di kawasan Melawai, Blok M, Jakarta Selatan.
Ide atau gagasan RRM bak gayung bersambut dengan komitmen Peruri dalam pembedayaan generasi muda, sebagai aset masa depan menuju Indonesia maju. Peruri akhirnya menjalin kerjasama dengan Ruang Riang Milenial, perusahaan jasa kreatif, untuk menggarap sebuah proyek masa depan yang di beri mama M Bloc Space.
Proyek ini mengalihfungsikan lahan yang awalnya merupakan komplek perumahan karyawan dan gudang tempat produksi yang sudah tidak beroperasi menjadi sebuah creative hub multi-fungsi bagi komunitas milenial. “Kami tertarik proyek ini, karena mengusung tema kreatif untuk pemberdayaan generasi milenial,” ujar Nungki Indraty, Direktur Keuangan Peruri di Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Nungki juga menambahkan, konsep M Bloc Space adalah ramah pejalan kaki. Lokasinya yang dekat dengan kawasan perbelanjaan Blok M, kemudian diapit oleh dua stasiun MRT, yakni Blok M dan ASEAN, serta dekat pula dengan terminal bus Blok M. “Bagi yang ingin ke M Bloc, kami sarankan mereka tidak perlu bawa kendaraan pribadi, karena kami tidak menyediakan lahan parkir. Kalaupun ada sangat terbatas, karena di entrace bebas kendaraan,” tukasnya.
Glenn Fredly salah satu inisiator yang tergabung di RRM juga menjelaskan, bahwa creative hub ini adalah bentuk yang konkret pertemuan pemerintah, dalam hal ini Peruri yang punya aset, private (swasta), dengan ekosistem kreatif. “Kita ingin mendorong industri kreatif di Indonesia bisa berkembang. M Bloc Space hadir untuk menjawab kebutuhan sekaligus mengakomodasi kegiatan komunitas kreatif milenial,” pungkas Glenn.
Glenn menambahkan, sebenarnya ini mimpi banyak pelaku kreatif terutama dunia musik, termasuk dirinya secara pribadi, creative hub yang baru ini bisa menjadi pusat presentasi juga marketplace untuk generasi kreatif milenial. “Lokasi sangat representatif, berada dilintas Melawai Blok M yang memiliki histori di kalangan remaja Jakarta. Nama M Bloc bisa kebalikan dari Blok M, dan kata M artinya bisa Milenial atau Money. Kita harapkan ini menjadi destinasi wisata kreatif baru Kota Jakarta,” tutur Glenn.
Salah satu inisiator lainnya dari RRM, Wendi Putranto menjelaskan, areal M Bloc seluas 6.500 M2 ini, entrancenya di mulai dari 16 unit bangunan bekas rumah karyawan yang berada didepan bergaya post-colonial berlantai dua yang sudah eksis sejak tahun 1950an, yang dimanfaatkan untuk para tenant dalam negeri yang bergerak di bidang usaha kuliner, musik, film, animasi, seni rupa, kriya, hingga co-working space.
Sementara itu, dua unit gudang bekas tempat produksi yang akan disulap menjadi lounge atau café, serta venue yang sudah diberi nama M Bloc Live House berkapasitas 350 orang yang akan digunakan untuk konser musik dan pertunjukan seni lainnya. Area terbuka yang berada ditengah antara entrace dan live house, namanya wondergang, untuk pop-up market, free market, atau record store day.
“Adanya M Bloc Space ini diharapkan akan tumbuh serta berkembangnya talenta-talenta muda kreatif dalam negeri, terlebih musik. Jadi nantinya setiap hari kecuali selasa, akan ada show musik dari musisi muda kreatif yang sudah punya album atau karya sendiri. Mungkin ada sekitar 3 group band atau solois yang akan tampil, 1 yang sudah terkenal, 2 pendatang baru,” jelas Wendi.
M Bloc Space yang rencanya akan diresmikan September mendatang. Saat urbannews bincang santai, ternyata ada Walikota Ambon Richard Louhenapessy yang sengaja datang atas undangan Glenn Fredly. Saat dijumpai, sontak beliau bertutur bahwa dirinya seperti mimpi setelah melihat-lihat M Bloc. Menurut Richard ini pasti akan ramai, pertama letaknya sangat strategis kemudian idenya sangat mahal, karena sesuai dengan kebutuhan jiwa kreatif anak milenial.
“Saya baru saja kembali dari Brisbane, Australia. Disana ada satu tempat benar-benar sangat kreatif yang di siapkan governance untuk penyaluran bakat-bakat muda kreatif termasuk musik, dan potensi kreatif lainnya. Ide dan kerjasama RRM dengan Peruri membangun creative hub semacam ini, bisa menjadi percontohan untuk daerah lainnya, termasuk mungkin di Ambon. Bagaimana, lahan BUMN yang terbengkalai atau nganggur bisa menjadi lahan produktif dan tepat guna,” tegas Richard.|Edo