In memoriam Fajar Irawan; Kebaikan adalah Ibu Kehidupan Bagi Dirinya

Urbannews | Profesi utamanya wartawan. Dan, Ia termasuk wartawan yang amat berjasa dalam perjalanan karir jurnalistik saya. Sekitàr tahun 2000-an, selepas Saya hengkang dari majalah Ria Film, Saya bergabung di Tabloid F&M (Film dan Musik) yang dikelola Kang Didang, termasuk almarhum Fajar yang sudah lebih dulu. F&M tak berumur panjang. Kemudian, saya diminta almarhum untuk gabung mengelola kembali majalah musiclive yang sempat hiatus. Dan, Saya tidak sendiri, ada juga mas Irish Blackmore untuk turut serta.

Dalam mengelola Musiclive Magazine yang penuh dinamika juga sukaduka, Saya melihat sosok almarhum luar biasa, totalitas dan penuh tanggung jawab dalam profesinya yang di emban. Dia seorang redaktur, editor sekaligus fotografer yang handal. Almarhum bisa habiskan waktu mulai selepas isha sampai bedug subuh menghadap monitor komputer, untuk mengedit tatanan bahasa dan struktur kalimat semua artikel yang masuk untuk edisi yang akan di publish. Tidak sampai disitu, kadang ikut nongkrongin layout atau komposisi halaman perhalaman yang dikerjakan oleh desainer.

Dia, termasuk perfectionis. Tidak mau ada kesalahan mulai dari tanda baca juga susunan kalimatnya. Dia bisa berhari-hari di depan komputer tanpa jeda, jika dateline menjelang. Kadang Saya, juga mas Irish mengingatkan soal makan dan istirahat.

Selain sebagai wartawan, Dia adalah tokoh bapak bagi sekian banyak anak yatim piatu yang berhasil disekolahkan lewat Panti Asuhan Permata Hati yang dikelolanya. Fajar tidak hanya menulis berita, tetapi juga menulis harapan bagi mereka yang kehilangan arah. Setiap kali ia pulang dari liputan, ia selalu membawa cerita-cerita inspiratif yang membuat anak-anak di panti asuhan itu bersemangat untuk belajar dan bermimpi.

Fajar percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasib. Ia sering mengajak anak-anak berdialog tentang apa saja, memperkenalkan lakon hidup kemudian hari, termasuk memberikan membimbing mereka, mengajarkan cara mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka melalui tindakan.

Di luar jam kerjanya, Fajar mengorganisir berbagai kegiatan untuk anak-anak di panti asuhan yang terbaik untuk mereka. Ia ingin mereka tahu bahwa meskipun hidup tidak selalu adil, mereka memiliki potensi untuk mencapai impian mereka.

Kebaikan adalah ibu bagi Almarhum Fajar. Tidak hanya, anak yatim piatunya, tepi rekan-rekan seprofesinya sebagai wartawan, juga teman sepermainan, tidak luput dari kucuran kebaikannya. Seperti, rumahnya tak sekedar rumah singgah bagi anak2 yatim, tapi jadi rumah persinggahan kawan2nya. Bahkan, kendaraan motornya dia relakan untuk dipinjamkan kepada kawan2nya, termasuk rupiah dikeluarkan dari dompetnya. Bahkan, portal atau media online yang digagasnya, kini jadi warisan untuk dikelola kawan2nya.

Kehilangan Fajar adalah duka yang mendalam bagi saya dan banyak orang lainnya. Namun, warisan kebaikan akan terus hidup dalam setiap anak atau teman yang pernah ia bantu. Setiap kali saya melihat senyuman Fajar, pancaran semangatnya yang tak pernah padam. Ia telah mengajarkan kami semua bahwa menjadi wartawan bukan hanya tentang melaporkan berita, tetapi juga tentang memberikan suara kepada yang tak terdengar dan harapan kepada yang terpinggirkan.

Selamat jalan, sahabatku. Semoga setiap langkah yang kau ambil di dunia ini menjadi cahaya bagi banyak jiwa yang membutuhkan. Kami akan terus melanjutkan perjuanganmu, menjaga semangatmu hidup dalam setiap kata yang kami tulis. Innalillahi wa innailaihi rojiun, selamat jalan menuju keabadian kawan!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *