Cognitive Warfare: Upaya Bersama Media dan Institusi dalam Menangkal Disinformasi

Urbannews | Dalam menghadapi tantangan komunikasi publik di era informasi yang terus berkembang, empat entitas media dan penyelenggara acara, yaitu ANTARA, Garuda TV, Indozone, dan ON US Asia, mengadakan talkshow bertajuk “Menghadapi Medan Perang Baru: Cognitive Warfare, Media, Narasi, dan Membangun Persepsi!” di ANTARA Heritage Center. Acara ini diadakan pada hari Senin (16/6) dan menghadirkan tokoh-tokoh penting dalam bidang komunikasi publik dan korporat.

Di antara pembicara yang hadir adalah Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, serta pakar komunikasi dan pengajar, Prof. Dr. Widodo Muktiyo, M.Comm.

Diskusi ini menyoroti peran vital media dan komunikasi dalam menjaga stabilitas informasi di tengah maraknya disinformasi, hoaks, dan tantangan digital yang ada saat ini.

Dalam pemaparannya, Hasan Nasbi menekankan bahwa disinformasi dan polarisasi sosial kini menjadi salah satu dari empat ancaman global utama, bersanding dengan konflik bersenjata antar negara, masalah ekonomi, dan perubahan iklim.

“Kerugian akibat disinformasi diperkirakan mencapai 1000 triliun per tahun. Jika dibiarkan, angka ini akan terus meningkat,” ungkap Hasan Nasbi, yang juga merupakan pendiri lembaga survei Cyrus Network dan konsultan komunikasi politik.

Hasan Nasbi menjelaskan langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi penyebaran disinformasi di era digital. Ia menekankan pentingnya meluruskan informasi yang salah, terutama jika dampaknya sangat besar.

“Tentu saja, kita tidak mengabaikan isu-isu lain yang mungkin dianggap tidak terlalu besar. Idealnya, kita harus menangani semua isu tersebut agar tidak ada ruang bagi kesalahpahaman,” tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa pemerintah tidak anti kritik dan terbuka terhadap masukan dari publik. “Kami siap memperbaiki diri jika mendapat kritik,” tegasnya.

Fadjar Djoko Santoso memberikan perspektif dari dunia korporasi, menjelaskan bagaimana perusahaan publik seperti Pertamina mengelola komunikasi krisis dan menjaga reputasi melalui transparansi dan kecepatan informasi.

“Kami telah menyiapkan infrastruktur bagi masyarakat untuk memeriksa informasi, termasuk call center yang beroperasi 24 jam. Kami memiliki tim yang siap melayani masyarakat untuk meluruskan disinformasi. Hampir 350 informasi hoaks yang beredar, dan 50 persen di antaranya terkait lowongan pekerjaan di Pertamina,” jelas Fadjar.

Prof. Widodo Muktiyo menekankan pentingnya kolaborasi antarsektor dalam dunia komunikasi saat ini. “Kita perlu memberikan ‘oksigen’ bagi bangsa ini. Kita semua memiliki kemampuan untuk menanam ‘rumput hijau’ di dunia virtual agar ilalang yang tidak diinginkan tertutupi,” ujarnya.

Ia mengajak masyarakat untuk bersama-sama tidak hanya meluruskan disinformasi, tetapi juga membangun lingkungan digital yang positif dan tahan terhadap serangan informasi palsu.

Talkshow ini menjadi pembuka dari rangkaian kerja sama jangka panjang antara LKBN ANTARA, Garuda TV, Indozone, dan ON US Asia, yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem komunikasi publik yang sehat, terbuka, dan inklusif, demi menyambut Indonesia Emas 2045.

Pada kesempatan yang sama, keempat entitas media dan penyelenggara acara menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) sebagai langkah awal kolaborasi strategis lintas sektor. Inisiatif ini bertujuan untuk membangun ekosistem media dan acara yang inklusif, inovatif, dan berdampak, serta melahirkan program-program bersama dalam berbagai bentuk, seperti produksi konten edukatif, liputan jurnalisme berbasis solusi, dan penyelenggaraan acara berskala nasional yang melibatkan publik, terutama generasi muda.

Keempat entitas menyadari bahwa sinergi antarmedia adalah kunci untuk menciptakan ekosistem informasi yang sehat, kredibel, dan bertanggung jawab di tengah tantangan besar yang dihadapi dunia media saat ini. Kolaborasi ini juga akan mendorong lahirnya jejaring verifikasi fakta, ruang dialog antarpelaku media, serta respons komunikasi publik yang lebih terkoordinasi saat krisis terjadi.

“Sebagai kantor berita nasional, kami ingin memastikan bahwa kolaborasi ini tetap menjaga akurasi informasi dan mengangkat narasi yang mencerdaskan,” ujar Akhmad Munir, Direktur Utama Perum LKBN ANTARA.

Garuda TV berkomitmen untuk menjadi garda terdepan dalam penyebaran informasi melalui jaringan televisi nasional. “Kami percaya bahwa informasi berkualitas harus dikemas dan disampaikan dengan pendekatan yang membangun dan merangkul,” kata Fahmi M. Anwari, Direktur Utama Garuda TV.

Indozone akan memperkuat sisi digital dengan konten-konten hyperlocal dan kedekatan dengan audiens muda. “Kami percaya bahwa anak muda memiliki potensi luar biasa dalam menciptakan ide-ide kreatif. Kami ingin menjadi jembatan yang menghubungkan kreativitas mereka melalui platform yang tepat,” ungkap Riel Tasmaya, Direktur Indozone Media.

Sementara itu, ON US Asia akan mengeksekusi gagasan ke dalam bentuk acara. “Kami ingin membawa inspirasi ke ruang nyata agar masyarakat bisa terlibat langsung dan merasakan dampaknya. Kolaborasi ini bukan sekadar seremoni, tetapi bentuk keberanian bersama untuk merancang ekosistem komunikasi publik yang partisipatif,” jelas Junior R. Kainama, COO On Us Asia.

Kolaborasi ini lahir dari kesadaran bahwa kemajuan bangsa tidak dapat dibangun oleh satu pihak saja, melainkan melalui sinergi yang saling melengkapi dan keberanian untuk berinovasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *