UrbannewsID Musik | Awal dari dua puluh lima tahun NTRL dimulai – salah satunya – ketika Bagus, Bimo, Miten tampil ‘mengacak-ngacak’ lagu Come As You Are-nya Nirvana pada malam 16 Oktober 1992 di diskotik Voila, Jakarta Selatan. Tahun yang sama juga ketika nama Netral untuk pertama kalinya diproklamirkan, dan mereka adalah tiga anak muda yang mendobrak keterbatasan skill dengan menulis lagu-lagu keras yang lugas dan menerobos kancah rock nasional yang saat itu monoton dijamuri para veteran rock balada. Netral muncul sebagai kekuatan alternatif, melolong tanpa harus menjantankan diri dalam liga band-band machismo. Lagu-lagunya memiliki judul sederhana yang galak memotong basa basi, sebut Wa…Lah!!!, Sampah, Rusak atau Pelor, Biang, Mampet. Semangat mereka cuma satu: punk rock.
Pada tahun 1994 Netral bergabung dengan major label Bulletin Musik, sehingga selanjutnya adalah memetik rangkuman sejarah; debut album self-titled keluar setahun berikutnya, menjadi band pembuka bagi Foo Fighters, Sonic Youth dan Beastie Boys di Jakarta Pop Alternative 96’, berturut-turut merilis album kedua (Tidak Enak, 1997) dan ketiga (Album Minggu Ini, 1998), lalu pecah kongsi dengan Bimo yang berujung dengan masuknya Eno Gitara, kemudian menghasilkan album Paten (1999) dan Oke Deh (2001), sampai dimulainya era baru bersama Coki Bollemeyer semenjak album Kancut (2003) hingga enam album selanjutnya. Pada tahun 2015, bertepatan dengan dilepasnya album ke-13, 11/12, Netral resmi mengakronimkan namanya menjadi NTRL.
Total 160 lagu sudah diterbitkan NTRL sepanjang 25 tahun rentang perak karirnya, dengan rangkaian 14 perbendaharaan album. Kini, setelah merilis single pertama “Zero Toleransi” pada 4 Mei 2018 kemarin, trio Bagus-Eno-Coki meluncurkan hidangan utamanya: album XXV yang berisi tujuh lagu baru dengan sound modern yang menghimpun eksplorasi riff anyar NTRL dalam kurun tiga tahun terakhir, plus mini antologi berupa aransemen ulang dari 19 lagu lama sejak era Wa…Lah!!!, Pucat Pedih Serang sampai Haru Biru, Pertempuran Hati dan Garuda di Dadaku.
Agar tercipta jembatan bagi penggemar lama dan baru, sehingga karya-karya NTRL dapat terus lestari dan terpugar abadi. Sedangkan tujuh lagu baru dalam XXV merupakan adaptasi NTRL terhadap kancah musik rock hari ini, termasuk mengajak pemain synthiezer Aria Prayogi untuk menghasilkan nuansa elektronik 80-an di lagu Mimpi, Mantra, Getir dan Anti Materi. Progresi tersebut kemudian didukung oleh proses rekaman dengan fasilitas teknologi kelas wahid studio Shoemaker. “Kami sangat serius memperhatikan kualitas album ini, teknik yang digunakan adalah wall of sound dengan metode semi-live supaya kedengaran lebih nampol,” sebut Coki.
Album XXV dikerjakan dalam waktu dua bulan pada 2017 silam dan akan serentak diterbitkan pada tanggal 25 Mei 2018 via NTRL Records. Tersedia juga box set album yang bakal dirilis secara terbatas. Masa depan disongsong NTRL dengan cerah, 25 tahun merupakan perjalanan berharga yang sudah sepatutnya dirayakan. Viva le Netral!|Edo