UrbannewsID | Auditorium Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang berada di kawasan Merdeka Selatan, Jakarta, Minggu (29/4) malam, dipenuhi serentetan bait puja-puji yang dinarasikan lewat puisi untuk para pejuang perempuan yang begitu hebat dan heroiknya melawan penjajah dari bumi nusantara. Ucap kasih dari kaum perempuan, untuk para perempuan tangguh negeri ini, dikemas dalam acara ‘Pertunjukan Malam Budaya Baca Puisi Perempuan Untuk Indonesia’ yang digelar pertama kalinya oleh Majelis Nasional Forum Alumni HMI Wati (MN Forhati).
“Kami mencoba merefresh memoar yang melekat dalam sejarah, sekaligus pula mengingatkan kembali sosok pejuang-pejuang hebat seperti Kartini yang telah meninggalkan literasi emansipasi. Kemudian, sosok Malahayati sang Laksamana Wanita pertama dunia, Tjoet Nja’ Dien, Rasuna Said, Dewi Sartika, Christina Marta Tiahahu, dan banyak lagi, meninggalkan sejarah kepahlawanan yang tangguh dan berani. Sebuah refleksi diri, bahwa sosok perempuan dibalik cindai lemah lembut penuh pesona, ternyata keperkasaannya seperti magma yang disembunyikan Tuhan,” jelas Hanifah Husein, Koordinator Presideum Forum Alumni HMI Wati (MN Forhati).
Acara baca puisi yang dihadiri para alumni Forhati dan tamu undangan ini. Ibu Wakil Presiden RI, Mufidah Jusuf Kalla, membawakan puisi karya N. Syamsuddin Ch. Haesy, berjudul ‘Ibu Pertiwi’. Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dengan karya Taufik Ismail berjudul ‘Berjuta Mereka, Berjuta Ibunda Mereka’, kemudian Menlu RI Retno Marsudi berjudul ‘Perempuan Indonesia Telangkai Nusa’ karya Hasyienna Fatimah Az Zahra. Budayawan Taufiq Ismail berjudul ‘Berjuta Ibunda V’, Wagub DKI Jakarta Sandiaga Uno dengan ‘Wanita Cantik Sekali Di Multazam karya Mustofa Bisri, dan lainnya.
Hanifah Husein yang juga ikut membacakan puisi karya N. Syamsuddin Ch. Haesy berjudul ‘Perempuan Indonesia’ menambahkan,”Jika dikaitkan pada momen penting di bulan April yakni Hari Kartini pada [21 April], dan Hari Puisi Nasional [28 April], dan peringatan Hari Pendidikan Nasiona pada tanggal 2 Mei mendatang. Pertunjukan Malam Budaya Baca Puisi Perempuan Untuk Indonesia’ ini, Forhati ingin memperlihatkan kembali bahwa perempuan adalah al-ummu madrosatul ula, yang artinya ibu adalah sekolah pertama dan utama bagi anak-anak bangsa,” tukasnya.
Hanifah Husein juga menekankan, bahwa nilai Kartini atau perempuan dimata Tuhan sama tanggung jawanbnya. Tapi yang membedakan adalah kodratnya, setinggi apa pun ia tetap jadi ibu, setinggi apapun ia jadi guru utama dan pertama bagi anak-anaknya. “Jadi, jika Ibu kuat, InsyaAllah anak-anaknya jauh dari narkoba, jika Ibu kuat, InsyaAllah anak-anaknya memiliki cinta kasih antar sesama danblingkungan. Karena dipundak anak-anak inilah, tanghung jawab kedepan tentang ketahanan, keutuhan, serta kemajuan sebuah bangsa dan negara ada padanya,” tutup Hanifah Husein.|Edo (Foto Dudut SP)