Jakarta, UrbannewsID.com | Perkumpulan Manajer Artis Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan IMARINDO, mengumumkan pengukuhan dan pelantikan jajaran pengurus pusat terbaru periode 2017-2022, sekaligus memproklamirkan keberadaannya secara legal berdasarkan Akta Notaris No.15 tgl 13 Desember 2016 SK Kemenkumham RI AHU ~0000625-AH.01.08.TAHUN 2016, di Kaffeine, SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (13/9) sore.
Acara yang dihadiri sejumlah dewan yang berada dalam struktur organisasi IMARINDO, antara lain Japto Soedosoemarno (Dewan Pakar), Anang Hermansyah (Komisi X DPR RI/Dewan Pembina), Abdee Negara (Dewan Pembina), Adib Hidayat (Dewan Pakar), dan Ryan Kampua (Humas). Nanda Persada SH yang didampuk sebagai Ketua Umum IMARINDO baru mengatakatan, prosesi ini menjadi indikasi penegasan bahwa keberadaan manajer artis memang sangat diperlukan.
Lebih lanjut, Nanda menegaskan, “Hal ini bertujuan, agar pelaku seni di Indonesia memiliki orang-orang yang profesional serta kompeten dalam mengawasi hal-hal manajerial artis. Dengan adanya profesionalitas ditubuh IMARINDO, kasus-kasus dalam dunia keartisan atau permasalahan antara artis dan manajer baik secara manajerial ataupun kode etik profesi bisa lebih diminimalisir. Dengan adanya organisasi ini, kami berharap semakin memperkokoh persekutuan ini menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya.
Sementara, Luthfi sebagai Sekretaris Umum IMARINDO, menuturkan, ”Sesuai Visi Misi IMARINDO, kedepannya akan mengupayakan legalitas formil profesi dan Sertilikasi Profesi Manajer Artis bersama Kemenakertrans RI dan BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Melalui IMARINDO ini, para manajer artis di Indonesia bisa terverifikasi keprofesionalitasnya. Dan, kami ingin kedepannya IMARINDO menjadi salah satu bagian penting dalam perjalanan dunia seni di Indonesia, agar bisa terus melahirkan bibit baru yang bertaraf internasional,” jelas Luthfi.
Sekedar Informasi, IMARINDO didirikan pada tahun 2015 di Jakarta dengan Inisiator Bedi Gunawan (Kahitna Manajemen), Yuyun Yunski (Ari Lasso Manajemen), Nanda Persada (Ayu DewI, Nycta Gina, Feni Rose, Damian), Syahid Ibrahim (Helmy Yahya Manajemen), Fajar Triadi lJ-Rocks), Adzee Ridwan (Wali Manajemen), Erie Prasetyo (Sheila Marcia), Luthfl lG-PLUCK Beatles, Ronal Surapradja, BIMBO Manajemen), Heru Fujiarto di Jakarta. Tujuannya jelas, mengupayakan kemampuan profesional yang beretika dan legalitas formil profesi manajer artis.
Sekedar catatan! Menyebut kata profesional memang mudah, kita bisa ucapkan seribu kali. Tapi ketika tuntutan itu datang, kita sering gamang dengan kata itu. Terlebih kemudian ada pilihan lain yang terliat lebih masuk akal dan menjanjikan, semangat bergelora di awal bisa ambyar di tengah-tengah. Mendengungkan kata “profesional”, nampaknya harus siap mental dan keteguhan hati. Tentunya, harus pula diimbangi managerial yang mumpuni dan visioner. Ini berkaitan dengan siklus dunia entertainment yang berkembang sangat pesat demi kehidupan sang Artis yang ditanganinanya.
Tugas sang manajer artis layaknya konduktor sebuah orkestra, ia bertanggung jawab dan mampu mengatur irama dan menjaga harmoni. Pastinya, kapan ia harus memainkan peran yang tepat untuk menjaga ‘ruh’ artis binaannya untuk tetap berjalan dan bertahan. Bagaimana, ketika artisnya mereguk sukses di masa sekarang, dan atau kelak ketika dia sudah redup, bisa menikmati hasilnya dengan nyaman, santai dan rileks. Jangan sampai, seperti yang acapkali kita dengar mereka terlunta-lunta dan “hanya” dikenal sebagai mantan yang ngetop!.
Pertanyaannya adalah, bagaimana sebenarnya mengantisipasi supaya ketika cahaya mulai redup, tidak kerepotan menghadapi perubahan. Ada 2 sisi yang bisa dilakukan manajer dan tentunya sang artis itu sendiri ketika sedang berjaya, sisi ekonomi dan sisi sosial. Ketika sedang berjaya dan mendapat materi yang melimpah, berfikir untuk segera berinvestasi sesuai passion dan ikut asuransi. Sisi sosial sebenarnya amat berhubungan dengan kondisi sang artis ketika berjaya. Menjaga relasi dengan semua pihak, baik itu institusi terkait, label, rumah produksi, event organizer, promotor, dan fans atau dengan keluarganya.
Terlebih lagi, sangat diharapkan IMARINDO dibawah kepenguruasan yang baru mampu manjaga harmoni dan kemitraan dengan rekan-rekan media lebih baik lagi. Menempatkan media bukan hanya sebagai corong, tapi sebagai rekan strategis untuk berjalan seiring dan seirama. Membangun hubungan baik dengan media, jangan hanya disaat perlu sesudah berjaya lupa. Lebih frendly dan tidak kaku, apalagi sampai membangun tembok penyekat yang sulit dijangkau. Jangan karena materi melimpah, membuat hidupnya berubah menjadi sombong, belagu, dan sok. Termasuk, manajer jangan sampai lebih ngartis dari sang artis!.|Edo