‘Mama Mama Jagoan’, Film Tiga Aktris Senior Bermain Karakter & Komedi

Movie448 Dilihat

20181116_195207-600x811-450x608

UrbannewsID Film | Apa jadinya, jika aktris film senior beradu-akting dalam frame. Pastinya sih, mereka masing-masing gaspol unjuk kemampuan memainkan peran sesuai karakternya. Dan, aktris sarat pengalaman tersebut adalah Widyawati (Gayu), Nieniek L Karim (Myrna), dan Ratna Riantiarno (Hasna), bertemu dalam film ‘Mama Mama Jagoan’ besutan Buddy-buddy Pictures.

Film yang memotret tiga mama-mama lanjut usia dengan problem personal yang menyertainya. Sidi Saleh sebagai sutradara, mencoba mengolah kepiawaian sekaligus pengalaman akting Widyawati, Nieniek L Karim, dan Ratna Riantiarno untuk bermain karakter di filmnya. Dan, paling menarik lainnya kehadiran produser muda Wilza Lubis dari Buddy Buddy Pictures berani nyempal dari film kebanyakan yang kerap menjual bintang-bintang muda.

Selain bintang utama diatas, pemain pendukung lainnya yakni Nadine Alexandra, David John Schaap, JRX, Lolox, Willem Bevers, Cok Simbara, Joshua Pandelaki, Nadira Octova, Tigor, dan Upiak Isil. Film ini, point utamanya adalah mengupas tentang arti penting sebuah persahabatan yang terawat sampai usia senja. Diceritakan sosok Myrna yang suaminya baru meninggal, mengalami depresi. Semangatnya muncul ketika menerima kartu pos dari Monang, anak lelakinya yang sudah setahun tidak pulang akibat bersitegang dengan sang ayah.

Beruntung, Myrna memiliki dua sahabat sejak SMA yakni Gayu dan Hasnah yang setia membantu dan menemani Myrna mencari Monang di Bali. Satu-satunya petunjuk yang mereka miliki adalah kartu pos tanpa alamat. Setibanya di Bali, ternyata tidak mudah mencari Monang. Dalam proses pencarian, justru yang muncul kejadian lucu, mulai dari Hasnah yang takut terbang, Gayu yang masih jomblo ketemu mantan pacar, ribut antar mereka sendiri, sampai dekem di penjara gegara teledor.

Film ‘Mama Mama Jagoan’ yang siap tayang tanggal 22 November 2018 serentak di bioskop seluruh Indonesia. Sebagai sebuah tontonan, cukup menghibur ditengah dominasi film yang horor yang menguras emosi. Ada beberapa catatan tanpa mengurangi bobot film secara keseluruhan, seperti durasi cukup lama saat mereka berasa di ruang tahanan yang boring secara visual, walau dimaksudkan untuk memotret cerita persahabatan mereka sejak SMA, serta persoalan personal yang di alami masing-masing. Dan, ending pertemuan Myrna dan anaknya Monang kurang happy serta greget.|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *