Urbannews | Dua tahun lebih republik tercinta, Indonesia, dilanda pandemic Covid-19 yang merusak tatanan kehidupan. Termasuk ekosistem perfilman nasional pun ikut terdampak. Kini, diawal tahun 2022 semua mulai bernafas lega, karena Covid-19 mulai melandai, dari pandemi berubah menjadi endemi.
Menapaki kehidupan babak baru penuh semangat, mengejar ketertinggalan mulai terasa lewat rangkaian kegiatan yang mulai menggeliat. Dalam dunia perfilman, terlihat nyata dari jumlah produksi film terjajakan, seiring bioskop yang telah membuka pintu lebar-lebar. Begitu pula antusias penonton yang meningkat pesat seperti raihan film KKN di Desa Penari nyaris tembus diangka 7 juta penonton dalam 20 Hari Tayang.
Dari Webinar FFWI XII pertama di tahun 2022, dengan judul “Perubahan Trend Film Indonesia Pasca Covid Melandai”, Jumat, 20 Mei 2022. Webinar secara daring yang dipandu Susi Ivvaty, Dan menghadirkan Awi Suryadi (Sutradara Film KKNdi Desa Penari), Wiwit Setya (Ke.Sub Komisi Penyensoran LSF), dan Djonny Syafruddin (Ketua GPBSI).
Ketua Pelaksana FFWI 2022, Wina Armada Sukardi dalam sambutannya, webinar ini diselenggarakan ketika situasi Covid-19 sudah melandai, dan perfilman Indonesia sedang booming. Hal ini, seiring dengan pernyataan Presiden Jokowi dimana kondisi sekarang ini sudah bebas, artinya masyarakat boleh tidak memakai masker di tempat umum, kecuali yang sedang flu.
Menurut Wina pemakaian kata Covid yang sudah melandai di judul webinar bukan tanpa alasan, selain pengumuman Presiden Jokowi diatas, konon Wisma Atlit pun bakal ditutup karena hanya ada sejumlah pasien saja. “Panita mencermati situasi setelah libur lebaran, yang awalnya, diduga bakal menimbulkan ledakan Covid lagi, ternyata tidak terbukti,” imbuhnya.
Wina Armada Sukardi menambahkan ide webinar pertama FFWI XII-2022, diawali dengan drama seri Layangan Putus yang dimainkan Reza Rahardian yang telah ditonton sekitar 16 juta orang di OTT. Di sambung film KKN yang tayang di bioskop dan bisa menembus angka 7 juta penonton. “Gejala sukses film KKN inilah yang menarik perhatian untuk didiskusikan, apa yang membuat meledak? Apa keistimewaanya?”
Wina menganalisa, karakter sosiologis masyarakat Indonesia ada dua; yakni masyarakat agraris yang humoris, serta masyarakat yang gandrung hal mistis. Bukan rahasia, banyak orang berilmu secara akademisi, suka mengunjungi kuburan keramat, misalnya. “Ini menunjukan hubungan pararel pada dua faktor ini. Dan ini pula yang menyebabkan dalam statistik film Indonesia yang meledak, umumnya adalah film komedi dan mistis, belakangan baru drama” kata Wina menganalisa.
Kegairahan produser film juga penonton yang kini berani ke bioskop, ditandai oleh film KKN di Desa Penari sebagai rujukan. Ahmad Mahendra selaku Direktur Perfilman, Musik dan Media dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sebagai pendukung utama FFWI 2022, secara khusus memberi selamat kepada sutradara Awi Suryadi atas karyanya film horor ‘KKN di Desa Penari’, yang telah ikut mengembalikan keberanian masyarakat untuk masuk dan menonton di bioskop.
“Semoga sukses ini penanda bangkitnya kreativitas dan semangat para sineas di tanah Air,” tulis Ahmad Mahendra, dalam sambutannya yang dibacakan Edy Suwardi, Koordinator Kelompok Kerja Apresiasi dan Literasi Film pada Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek RI.
Sedangkan, sang sutradara Awi Suryadi mengaku sama sekali tidak menduga film yang disutradarainya ‘KKN di Desa Penari’, bisa membuat penonton ramai-ramai ke bioskop.
“Bisa jadi karena orang sudah lama menunggu, karena sudah dua tahun tertahan untuk tayang. Bisa jadi momennya diputarnya tepat di libur lebaran. Saya tidak tahu pasti. Sebagai sutradara, saya hanya fokus pada kreatif, dan menghasilkan karya maksimal dengan budget yang sudah ditentukan,” ungkap Awi.
Namun, Awi jujur mengakuinya, menyimak kondisi sukses film KKN hari ini, sebagai sesuatu yang mengejutkan sekaligus menggembirakan.
“Saya banyak mendapat pesan di media social saya bahwa, orang sulit membeli tiket ini secara online, kalau membeli langsung harus antri panjang, bahkan dengan cara titip helm dan sendal segala. Semoga sukses KKN menjadi angin segar untuk industri perfilman Indonesia,” tambah pria kelahiran Lampung ini.
Awi tidak memungkiri, tema film KKN sendiri memang menarik. Sejak membaca thread-nya di Twitter, ia sudah mengakui materinya sangat unik. “Bahkan sebagai penggemar film sekaligus sutradara film horror, belum pernah saya temukan seperti ini sebelumya. Sebagai film maker saya excited dan ingin menyajikannya dalam bentuk visual. Selesai baca thread, saya minta pihak MD, harus bisa mendapatkan IP-nya!” ujar sutradara yang sudah berkarya untuk 22 film sejak tahun 2005 ini.
Di luar semua itu, media sosial berpengaruh besar dalam ikut mensukseskan film KKN. “Film ini dibicarakan di mana-mana, engagement kuat sekali!” ujar Awi.
Awi melihat tema film memang sudah memukau banyak orang. “Saya menemukan di Youtube, banyak anak muda yang belajar film, membuat film KKN versi mereka sendiri, bahkan pemain utamannya dicara lewat lomba segala!” kata Awi yang masih memimpikan bisa membuat film horror untuk anak-anak.
Sementara itu, Wiwit Setya (Ketua Sub Komisi Penyensoran LSF), menyebut data film dikuartal pertama tahun 2022, berdasarkan usia, adalah 70 persen untuk usia 13 tahun ke atas. “Dengan jumlah film yang telah disensor sebanyak 234 judul!” kata Wiwit.“Film KKN sudah disensor pada tahun 2020, namun tertahan tayang. Bersamaan dengan sensor film KKN, sebetulnya ada 16 judul film horor lainnya yang kita sensor. Total film nasional yang kita sensor pada masa itu adalah 68 judul!,” jelas Wiwit lagi.
Sementara, pembicara terakhir Ketua GPBSI, Djohnny Syaffrudin menyambut gembira keberhasilan film KKN. “Saya baru pertama kali lihat wajah Awi, anak muda ini sederhana dan sangat rendah hati. Semoga selalu begitu. Panitia FFWI harus bisa memberikan penghargaan kepada sukses film ini!” tukasnya.
Ketika menonton KKN di Desa Penari, mungkin ada banyak orang yang menurunkan ekspektasi mereka. Pertama, banyak film horor berdasarkan kisah viral yang ceritanya lemah. Kedua, hype dari KKN di Desa Penari mungkin sudah hilang lantaran utas horor @simplem81378523 yang sudah berusia lebih dari dua tahun. Namun, penurunan ekspektasi adalah hal yang bijak karena KKN di Desa Penari lebih bagus dari kebanyakan film yang dibuat berdasarkan hype semata.
Film besutan Awi Suryadi ini tidak memakai cara klise seperti film horor kebanyakan. Kehadiran “roh halus” ada sesuai porsinya saja, bukan sengaja dibesar-besarkan dan dibuat dramatis. KKN di Desa Penari kurang lebih sama dengan kayak pergi bareng-bareng sama teman buat masuk ke rumah hantu. Menyeramkan, sih, tetapi fun.
Menukil judul Webinar FFWI XII pertama di tahun 2022, mungkin film KKN masuk kategori horor bisa jadi contoh perubahan tren film Indonesia. Bukan film horor yang receh dan enggak niat dibuat. Bukan pula film yang menjual keseraman, ketakutan, ala hantu-hantuan Joko Anwar atau film-film Thailand, tapi film ini bisa sangat menghibur.