Trodon Suguhkan Konser Fantasi Musik Liar di Salihara!

Music236 Dilihat

image

UrbannewsID-Musik | Menyaksikan penampilan gerombolan anak muda yang tergabung dalam group band Trodon, Minggu (25/2) malam di Salihara Jakarta, saat membawakan beberapa reportoar terbaru mereka, kita seperti diajak masuk kedalam dimensi lain penuh fantasi. Menyelami peristiwa sebuah mitos dan legenda masa lampau lewat dentingan bunyi instrumen, permainan ritme yang beragam serta unsur musik serialisme dan antonal.

Simak saja, beberapa reportoar seperti Lightbringer, sebutan lain dari bagi malaikat yang terbuang dari surga. Tiamat dewi naga laut, dan tokoh dewa mesir kuna yang merupakan simbol kekacauan, Apep. Termasuk, ada pula reportoar kisah karakter naga lainnya seperti Khalamith, Zhekrom dan Bhirondi. Trodon menginterpretasikan karakter-karakter tersebut dengan pelbagai teknik musikal intrumental dalam birama yang kadang menyentak, bahkan lembut.

Ada dialog bunyi dimainkan para personil Trodon untuk menarasikan setiap komposisi yang dimainkan. Tema Myth & Draconis yang mereka usung malam itu, Biondi Noya (gitar elektrik), Irene Pattinaya (keyboard), Nadya Romanenta (saksofon alto), Aprila Sitompul (bass), Peter Lumingkewas (drum), dan ditambah Adela Batfutu (cello) serta Alexander Jason (synthesizer), soalah sedang bercerita tentang kehidupan negeri dongeng para naga di zamannya agar masuk kedalam alam imajinasi penonton.

Menikmati dan memahami musik Trodon, memang butuh waktu barang sejenak untuk melepaskan lelah pikiran serta kosongkanlah. Mereka kerap memainkan karya instrumental yang sedikit ‘nyempal’ dengan mengkolaborasikan beberapa entitas musikal, progresif rock, metal dan kadang sedikit jazzy yang nakal. Biondi dkk berani memunculkan ide dan kreativitas baru di musik melalui aransemen baru, harmonisasi baru, untuk memberikan warna baru dalam industri musik.

“Kebetulan saya suka dongeng, maka konsep kali ini musiknya adalah fantasi dan naga. Tapi 15 komposisi yang kita mainkan termasuk 10 nomor baru, kebanyakan karakter naga entah itu dari cerita Mesir atau dari novel-novel yang kita terjemahkan kedalam lagu. Trodon dalam format band memang menyuguhkan instrumental musikal yang bercerita tentang dinosaurus, naga atau dewa, sebagai benang merah. Ada beberapa elemen genre yang melekat jika didengar, ada metal, rock, progresif, folk dan bahkan unsur jazz, tapi ini adalah medium penghantar cerita dibalik lagunya,” kilah Biondi.

Memang tidak salah jika mereka memainkan musik fantasi dengan berbagai karakter dinosaurus, naga atau dewa. Trodon, group band yang berdiri pada tahun 2013 ini, namanya diambil dari salah satu jenis dinosaurus bernama Troodon yang konon adalah jenis terpintar di zaman Cretaceous. Musikalitas Trodon pun terinspirasi dari unsur-unsur musik video game dan musik klasik seperti J.S. Bach, Gustav Holst, Igor Stravinsky dan Claude Debussy, dengan kombinasi instrumen tidak lazim serta struktur musik yang kompleks.|Edo (Foto Istimewa)

Berikut beberapa komentar pekerja seni dan musisi senior, setelah menyaksikan penampilan Trodon yang terangkum dibawah ini;

Tony Prabowo, komposer musik instrumental dan salah satu kurator di Komunitas Salihara; “Saya pertama kali menyaksikan penampilan Trodon di sebuah cafe, pada tahun 2014. Waktu itu memang rame sekali, soundnya kurang terdengar dengan baik. Tapi saya amati, wah..boleh juga anak-anak muda ini mainnya, lantas saya tawarkan mereka untuk main di Salihara. Menurut saya, Trodon adalah salah satunya band bergaya progresif yang memasukan unsur rock, klasik dan juga jazz dengan komposisi terbaik, rapih dan musiknya bermutu.”

Jay Subiyakto, seorang produser, sutradara, fotografer dan penata panggung mumpuni; “Sudah lama saya pengen nonton band yang satu ini, dan baru hari ini kesampean menyaksikannya. Trodon keren banget, apalagi anak-anak muda ini bermain dengan senang dengan komposisi yang original. Saya pikir, mereka harus lebih keceng, lebih berani lagi ekplorasi serta berekspresi, dan pastinya harus sering tampil.”

Harry Sabar, seorang musisi senior yang tergabung dalam group musik Gank Pegangsaan dan juga seorang komposer musik-film; “Ini seperti zaman gue waktu masih muda. Sebagai anak muda, kreatif dan musiknya asyik dan ok banget. Tapi mereka musti diarahin, di usianya yang sangat muda mereka harus lebih maju lagi, biar kita bisa bersaing musisi luar. Pastinya, gue bangga banget sama mereka.”

Keenan Nasution, musisi dan penyanyi senior dari kelompok musik Guruh Gypsy, Sabda Nada, dan Badai Band; “Anak-anak inikan ada yang bermain sama group musik Van Java, tempo hari disatu acara dia maen sama gue, bawain lagu gue kaya nuansa bening gitulah. Tapi gue demen, anak-anak ini empang gila mainnya cocok kaya kita zaman dulu. Kalau Gypsy sih dulu cuma ngedobrak aje dari pakem musik kebanyakan, tapi anak-anak ini udah jadi, mau maen apa aja asyik-asyik aja.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *