TMII Segera Bersolek Dengan Rupa Kekinian

Leisure490 Dilihat

Urbannews | Taman Mini Indonesia Indah (TMII) akan segera bersolek dengan rupa yang lebih kekinian. Mewujudkan citra baru, yang jauh lebih dekat ke anak muda, dan lintas usia. Energi baru pengelola mewujud wajah barunya ini, sebagaimana konsep awal dibangunnya TMII, yang sejatinya mengusung semangat luar biasa.

Kemudian, keberadaannya akan dikaitkan dengan sangat erat kepada nuansa kekinian. Meski tetap akan melakukan perubahan di sana sini. Juga dari sisi pasar. TMII tidak serta merta mengubah konsep yang sudah ada, tapi akan mempertajamnya, agar TMII hadir menjadi lebih utuh.

Dengan mengadakan fungsi edukasi, fungsi publik space bagi masyarakat, juga menjadikan TMII tempat yang cocok untuk internasional event atau MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Dan, yang paling utama, TMII berikhtiar menjadikan dirinya sebagai ruang dialog, sehingga mampu membangun pengalaman dialog antargenerasi.

Semangat kebaruan ini mengemuka dari paparan atas visi dan misi TMII kedepand dalam Coffee Morning antara pengelola baru PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (Persero) dengan sejumlah wartawan yang tergabung dalam Komunitas Pewarta Hiburan Indonesia (Kophi) di Balai Panjang Museum Indonesia TMII, Kamis (2/9/2021).

Menurut Dirut PT. TWC Edy Setijono, TMII adalah kekayaan negara yang harus sama-sama kita jaga. “Tak ada kepentingan lain dari PT. TWC selain menjalankan kepentingan negara,” kata Edy Setijono.

Berangkat dari pemahaman itulah, sebagai pengelola baru yang ditunjuk negara, PT. TWC akan menempuh beberapa hal mendasar. Seperti menerapkan sistem tata kelola yang proper, agar selaras dengan pengelolaan good corporate government. Mengikuti kaidah yang berlaku di Kementerian BUMN. 

Edy Setijono menjelaskan, pengelolaan TMII terdahulu, di matanya, sangat parsial. Terbukti dengan adanya 34 kontrak kerja, terkait pengelolaan sejumlah wahana, yang membuat sinkronisasi menjadi lebih sulit. Bahkan ada kontrak kerja yang berlaku hingga 20 tahun ke depan.

“Ini yang akan kita refocusing, sehingga menjadi konsep yang utuh. Agar TMII hadir dengan ruh, seperti harapan almarhumah Ibu Tien (Soeharto). Menghadirkan TMII sebagai hub budaya, atau etalase budaya Indonesia,” pungkasnya.

Dia menambahkan, jika pada awalnya, terdapat 26 propinsi di TMII kini telah menjadi 34 propinsi. “Ini yang menjadi dasar kami harus membuat master plan, agar menjadi sistematis (pola kerjanya), bukan sporadis. Agar mampu menghadirkan TMII yang baru. Intinya, kami akan merekonsep TMII menjadi Indonesia Opera,” tekannya.

Indonesia Opera adalah keragaman Indonesia dengan gaya kekinian. Bukan konteks masa lalu atau sejarah belaka. Harus ada aspek kekinian, agar TMII menjadi center of activity bagi anak muda. Dengan kelengkapan teknologinya. Hingga benar-benar menjadi Unity in Diversity.

“TMII bukan hanya sebagai etalase budaya, ia akan sekaligus memerankan fungsi perkembangan etalase daerah. Selaras dengan negara Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas,” ujar Edy Setijono.

TMII juga akan mempunyai peran baru, menjadi etalase untuk investasi

“Dulu TMII memang dirancang untuk seperti itu. Bukan sebagai taman hiburan belaka. Ini yang menjadi concern kami,” terangnya sembari menambahkan, pihaknya juga akan melakukan up grading SDM TMII. Agar tidak hanya mampu mengelola TMII, tapi sekaligus menjadi lebih berkompetensi. Sehingga menjadi ahli cultural park. Dengan menggunakan modul yang terukur. Agar SDM TMII menjadi berkembang.

Yang paling utama, di tangannya, TMII tidak akan stand alone dalam mempromosikan dirinya, tapi terintergrasi dengan tujuan wisata premium lainnya di Indonesia.

Mau Dibawa Ke Mana TMII?

Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Setya Utama mengatakan, pertanyaan mendasar setelah TMII diambil alih dari Yayasan Harapan Kita adalah mau di bawa ke mana TMII.

Yang notabene sudah tertinggal jauh, dan harus berlari mengejar ketertinggalannya. Meski Setya Utama juga sangat menyadari potensi TMII sangat luar biasa, karena seluruh budaya Nusantara ada di sini.

“TMII seharusnya dapat mengakomodasi seluruh seniman untuk bersama mengembangkan diri. Karena masih banyak yang dapat dikembangkan, sehingga masyarakat bisa menikmati TMII,” kata Setya Utama.

Karena itu, dia meminta disain pengembangan TMII segera dimatangkan. Dengan melibatkan pengelola anjungan, para Pemprov, yang mengelola museum, juga BUMN.

“Di awal pengambilan alihan pengelolaan, stakeholder berjanji bersiap mendukung perkembangan TMII menjadi lebih baik. Sehingga memberikan masukan kepada negara. TMII tidak boleh tidur begitu saja,” imbuh dia.

Edi Setijono menjanjikan pada awal Oktober 2021 master plan disain TMII wajah baru, sedang disiapkan.

Setya Utama, atas nama negara juga berjanji akan memberikan keleluasaan kepada PT. TWC untuk mengelola TMII sebaik mungkin,  terutama dalam tata kelolanya. Harapannya agar masyarakat mendapatkan kemanfaatan yang optimal dari keberadaan TMII.

Yang paling utama pada fungsi public service obligation-nya, di luar persoalan mengembangkan TMII. Yaitu menjadikan TMII Ultimate.

“Kami akan memberikan keleluasaan yang luar biasa. Meski tetap ada kunciannya, yaitu tetap menempatkan TMII sebagai wisata budaya. Dengan tetap mematuhi rambu-rambu yang telah ditetapkan. Dengan menghormati kontrak kerjasama yang telah dilakukan,” pungkas Setya Utama sembari berharap akan segera melihat TMII yang baru, dalam waktu tidak lama lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

77 komentar