Stereocase ‘Kau Selalu Ada’, Cerita Band Alternatif Asal Jakarta!

Music214 Dilihat

IMG_20180323_102459-800x710-600x533

UrbannewsID Musik | Band alternatif asal Jakarta, Stereocase, yang masih menyisakan duo personel kakak beradik Fadli (vokal) dan Iqif (drum), terus berupaya menunjukan group musik yang dibangunnya ini tetap eksis berada di panggung musik Indonesia. Lewat single keduanya ‘Kau Selalu Ada’, sebelumnya ‘Tabu’, yang diambil dari album ‘Colors’ yang telah dirilis pertengahan 2017 lalu, mereka berupaya menuntaskan puzzle yang sempat tercecer dua tahun lamanya sejak ditinggal personel lainnya.

Lagu ‘Kau Selalu Ada’ berkisah tentang seseorang yang memendam perasaan berbeda dari orang yang sering ia temui sehari-hari, namun tidak pernah berani untuk berbuat lebih atau mungkin sekedar bertanya ke orang tersebut. Dia hanya sebatas pengagum, walau rasa itu ada dan menggebu. “Ya, lagu ini terinspirasi dari cerita teman-teman, mereka gak pernah berani untuk berbuat lebih atau mungkin sekedar memulai obrolan yang lebih personal”, jelas Fadli, si penulis lagu, saat ngobrol santai di kedai kopi bilangan Sudirman, Jakarta, Kamis (22/3) malam.

Sementara, Iqif lebih menegaskan, sudah bukan jamannya lagi untuk malu atau gengsi mengungkapkan perasaan. “Seperti yang saya lakukan dalam membuat komposisi lagu ini. Suatu malam, seusai menonton sebuah film, ada sebuah melodi dalam ilustrasi musik filmnya yang terus terngiang di telinga dan nyantol di kepala. Dan, lucunya sampai terbawa dalam tidurku. Pagi hari, begitu terbangun langsung masuk studio rekaman yang ada dirumah. Melodi yang masih bercokol dalam pikiran, langsung saya buatkan komposisi secara utuh. Kemudian, hasilnya saya kasih Fadli untuk di buatkan liriknya,” pungkas Iqif.

Proses pembuatan lagunya sendiri, mereka berdua dibantu oleh Adhe Arrio yang ikut membantu mengisi Keyboard, Synth dan Gitar, serta vokal Sara Salim yang seksi memberi sentuhan cukup manis. Iqif yang memiliki peran cukup besar dari segi aransemen dan musik menjelaskan bahwa untuk di lagu ini, dia merasa perlu ada sentuhan vocal wanita untuk mempercantik lagunya. “Kebetulan dengan Sara, kita pernah kolaborasi di lagu ‘Bebas’, jadi pas ngerasa butuh vokal cewe di lagu ini yang ada di pikiran ya Sara”, jelas Iqif.

Lagu ‘Kau Selalu Ada’ yang sudah bertengger di beberapa radio, dan sudah pula bisa dinikmati di seluruh digital music store sejak sebulan lalu. Tidak hanya itu, video klip lagu ini pun telah rampung dikerjakan, dan sudah bisa disaksikan di kanal Youtube mereka. Menariknya, video klip yang digarap oleh Takun Arrosid dari Dekraft Visual Studio, penggambarannya seperti sebuah film cerita. Dalam klip lagu yang dibuat para personel Stereocase ini, mereka memang sengaja menampilkan Ufa Sofura, salah satu dancer Indonesia yang cukup melanglang buana di dunia dance internasional.

“Sosok Ulfa, dihadirkan bukan hanya sekedar model saja, justru keahliannya dalam berdansa diharapkan bisa menyampaikan maksud dari lagu ini. Kalo diperhatikan dari awal sampai habis videonya, nanti akan paham maksud dan pesan yang ingin kita sampaikan dari lagu ini. Kita mencoba untuk membuat sesimple mungkin agar yang menonton juga merasakan bahwa apa yang dialami Ufa dalam video ini, juga sering terjadi dengan kehidupan kita sehari-hari”, ujar iqif, menambahkan.

Musisi, apapun genrenya, sejatinya menciptakan lagu untuk melayani pendengarnya, pecintanya, penikmatnya. Lewat lirik lagu yang dinyanyikannya, mereka –para musisi itu—seolah menjadi wakil untuk menyuarakan semua yang dirasa. Lirik yang –konon—diciptakan karena pengalaman penciptanya, selalu mengacu kepada pengalaman emosional yang kira-kira juga dialami oleh pendengarnya. Bukan sekadar berkarya, menciptakan materi lagu atau komposisi, tapi juga meletakkan pesan untuk disampaikan dengan jelas.

Menjadi seorang musisi saat ini tantangannya semakin berat. Jika tidak diimbangi dengan inovasi dan adaptasi dengan perkembangan zaman, bisa-bisa kita tidak bisa lagi menghibur masyarakat luas. Diperlukan cara-cara baru untuk menyiasatinya.
Masa depan musik di era digital sebenarnya cerah. Tinggal bagaimana kita bisa melakukan inovasi dan menyatu dengan dunia digital itu sendiri. Jadikan dunia digital sebagai partner, bukan musuh. Sementara itu secara internal, selalu berkarya lebih baik setiap waktu, dan tahu apa yang masyarakat inginkan.

Karya musik bukan hanya untuk didengar sendiri, tapi berbagi dengan orang lain menjadi keharusan. Optimisme itu harus dipupuk dan dipelihara baik-baik. Tapi tentu saja kudu diimbangi dengan kreatifitas tanpa batas. Buktikan betapa masa depan musik di era digital ini cerah, brand band Stereocase bisa terbang tinggi untuk mencapai lingkup masyarakat lebih luas. Jauh ke pelosok, ke pedalaman, bahkan ke seluruh dunia. Selamat datang kembali Stereocase di hutan riba yang namanya industri musik, taklukanlah dan jadilah pemenang!|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *