Urbannews | Event festival Jogja Music Week (JMW), bagian dari Pangan Fest 2021, yang bertujuan memberikan ruang apresiasi dan presentasi bagi musisi dan talent-talent muda khususnya dalam proses kreatif di dunia musik industri, siap bergulir selama sepekan di tujuh (7) titik coffee shop berbeda. Dengan konsep panggung Open Gigs.
Untuk mengetahui siapa saja talent-nya, baik nama band dan solois yang telah dikurasi sedemikian rupa, termasuk riwayat singkatnya, yuk, kita simak mereka yang bersiap memberikan kesegaran musikal baru;
SENJA; Terbentuk pada 2015 beranggotakan Kinanti Siddik (vokal), Adhitya Kameswara (gitar), Sopian Iskandar (bass) dan Alvin Yudha (drum). Berawal dari iseng belaka, kini Senja makin solid dan akhirnya menuai jerih payah serta keseriusan bermusik mereka.
NONA SEPATU KACA; Band asal Yogyakarta yang digawangi oleh lima orang personil dan mengambil genre pop alternatif sebagai pijakan mereka dalam bermusik. Salah satu lagu yang mereka tulis yaitu “Sajak dan Retorika” yang bernuansa masuk ke era tahun 1960-an yang merupakan persembahan untuk seorang Soe Hok Gie.
PUTRI ARIANI; “Keterbatasan Bukanlah Hambatan untuk Meraih Impian”, prinsip ini yang selalu digenggam oleh Putri Ariani selama berkarya di dunia musik. Putri Ariani memang tidak bisa melihat dunia, tapi dunia kini menyaksikan segudang prestasinya. 2014, Putri memulai karir musiknya dengan mengikuti Indonesia’s Got Talent, dan ia meraih gelar juara.
Ketika Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018, Putri terpilih untuk membawakan lagu “Song of Victory” di acara pembukaan pesta olahraga Disabilitas se-Asia itu. Suaranya menggelegar memberikan semangat para atlet Disabilitas. Pada acara tersebut, Putri bergandengan dengan para penyanyi terkenal di tanah air seperti Arman Maulana, Once Mekkel, Vidi Aldiano, Maudy Ayunda, Lesty Kejora, dan Zara Leola.
Putri Ariani akan mejadi cerminan bagi kita bersama, bahwa tidak ada kata mustahil jika kita membentangkan mimpi seluas dunia dan berkerja keras merengkuhnya. Suaranya yang luar biasa, kemampuan dia memainkan piano dan menciptakan lagu, membuatnya akan diperhitungkan oleh industri dan penikmat musik, baik di tanah air maupun mancanegara.
JONO TERBAKAR; Jono Terbakar adalah proyek seni yang diinisiasi oleh Nihan Lanisy, seorang seniman dari Yogyakarta. Berdiri sejak tahun 2013, walaupun kadang-kadang duduk juga kalau lagi capek. Karena filosofi Happy-Mental Jono jadi sangat produktif mengejar kebahagiaan.
Sejak 2103 hingga saat ini, ia telah merilis 22 album, 5 buku, dan sekarang merchandise. Karya-karya Jono Terbakar banyak diciptakan dengan kolaborasi lintas genre, serta dana patungan atau crowdfunding bersama para pendengar dan sahabat setia.
BEMANDRY; Bemandry merupakan seorang solois asal Garut yang saat ini bermukim di Yogyakarta. Bemandry sendiri juga menulis sebuah lagu yang berjudul “Saka dan Lara” yang merupakan soundtrack dari sebuah buku yang berjudul “Kala” karya Stefani Bella dan Syahid Muhammad.
OLSKI; Olski merupakan sebuah band yang personilnya imut-imut dan lagu-lagunya bikin gemezz! Band kecil ini sukses mencuri perhatian kaum muda Jogja. Mereka laris-manis manggung di gigs-gigs sekolah dan kampus atau komunitas.
Respons dari lagu dan penampilannya selalu apresiatif dan positif. Personil Olski diantaranya Febrina Claudya (Vocal, Kazoo), Dicki Mahardika (Gitar, Gitalele, Ukulele), serta Shohih Febriansyah (Toy Keyboard, Glockenspiel, Pianika), 3 orang ini selalu dinanti dan dinikmati penampilannya.
HOLASPICA; Lirik-lirik manis namun mengiris dengan nada sederhana dan suara vocal yang luar biasa adalah bekal bagi Holaspica untuk menyentuh hati para pendengarnya, menggandeng tangan untuk bergerak dan ikut memberi kontribusi sekecil apapun pada lingkungan sekitar.
Ketika berada di Kampung Teluk Harapan, Lampung, Holaspica menemukan banyak kejadian yang membuat hati miris. Hubungan antara kehidupan yang tidak adil untuk anak-anak yang hidup dan tinggal di lokalisasi. Yang tidak mendapatkan hak belajar secara layak, ketidaktahuan tentang status orang tuanya, dan para nelayan yang mengurus kehidupan anak-anak.
Lagu-lagunya seperti alunan puisi-prosaik yang indah, namun menyisakan rongga kosong bagi hati yang mendengarkan. Rongga itulah yang selalu mengganggu dan menjadi impressi lagu ini. Begitulah, lagu bertahan dalam diri pendengarnya usai diperdengarkan.
PERAHU KARET; Perahu Karet adalah band reggae yang berasal dari Yogyakarta. Nama “Perahu Karet” sendiri memiliki filosofi selalu kuat, tangguh dan selalu elastis melewati jeram-jeram kehidupan serta bisa selalu eksis sampai kapanpun. Sama seperti perahu karet dalam olahraga arung jeram.
MAHIJADEDI X GNTZ; Mahijadedi x GNTZ adalah duo hip-hop asal Yogyakarta yang mengusung bahasa lokal sebagai tuturan yang dipakai dalam lirik-lirik lagunya.Selain itu lirik-lirik mereka juga dekat dengan kehidupan sehari-hari. Seperti lagu “Njondhil” yang bercerita tentang fenomena yang terjadi di masyarakat era 4.0. Dari permasalahan hak cipta lagu maupun video, saling pamer kemewahan, konten prank youtube yang tidak mengindahkan etika dan moral, teori konspirasi, netizen yang maha benar dan berbagai hiruk pikuknya media sosial.
Mahijadedi merupakan singkatan dari Manusia yang Hidup Sejaman dengan Dinosaurus.
MITTY ZASIA; Banyak pemusik baru yang menyanyikan ulang lagu musisi lain atau akrab disebut “cover”, tapi banyak juga yang berguguran dan tidak dapat atensi publik. Mitty Zasia adalah pengecualian.
Lagu-lagu yang ia bawakan ulang menerima respons tak terduga dari para penggemar. Belum genap setahun meng-cover lagu, Mitty Zasia sudah ditonton lebih dari 25.000.000 kali di YouTube.
Melihat apresiasi yang luar biasa, Mitty Zasia pun ingin meneguhkan kariernya di dunia musik dengan keinginan besar untuk mendendangkan karya sendiri. Di sinilah ia mulai berlari cepat dan dikenal semakin banyak orang.
FAYRUSH; Lagu terbaru Fayrush “Cinta Ketiga” telah diluncurkan dan beredar luas di gerai-gerai musik digital sejak Maret 2020 lau. Grup band asal Yogyakarta ini beranggotakan Fai (vokal/gitar), Didan (Drum), Daniel (bass), Aji (gitar), sebelumnya pernah merilis 10 lagu dalam satu album pada 2018 silam dengan tajuk “Pengendara Asmara”.
Fai adalah sosok inspirasi dari lagu Sheila on 7 berjudul ‘Film Favorit” yang ditulis oleh Eros. Pria yang masih betah nge-jomblo sampai sekarang selain sebagai anak band juga punya hobi main sepak bola dan koleksi motor-motor antik.
ARCHIBLUES; Band blues yang terbentuk pada Desember 2012 di kampus UII Yogyakarta ini mengusung aliran blues dalam lagu-lagunya. Tak salah mereka memiliki motto hidup seperti yang ada di pembuka caption ini.
Archiblues sendiri berasal dari kata Architecture (Arsitektur) yang merupakan jurusan tempat berkuliah dari para personil yang awalnya dibentuk juga untuk mengikuti acara tahunan di kampusnya. Pada 2018 mereka menelurkan sebuah mini album yang berjudul “Opera Soul” yang berisi empat buah lagu.
MEGANTORO; Megantoro adalah solois asal Yogyakarta yang terkenal dengan lagunya “Reedem Myself” yang juga menjadi soundtrack film “Teman Tapi Menikah 2”. Lirikal yang kuat adalah ciri khas yang dia miliki. Lirik bernuansa instrospektif, kontemplatif serta multi-tafsir itulah yang membuat lirik-liriknya “relate” dengan para pendengar. Seperti single terbarunya yang berjudul “U”.
JASMINE ELEKTRIK; Jasmine Elektrik sudah malang melintang hadir di banyak gigs khususnya di kota Yogyakarta. Awalnya mereka memiliki nama Jasmine Akustik, karena mereka memutuskan untuk mengubah warna dan format musiknya dari didominasi oleh akustik kali ini kental dengan sound dan warna elektrik.Single pertama mereka saat memulai Jasmine Elektrik adalah “Enyah”, dirilis tahun 2018 yang tetap memiliki kekuatan dalam lirik dan penyampaian yang dalam.
KOREKAYU; Korekayu awalnya adalah sebuah proyek sampingan dari para personilnya. Kesukaan mereka terhadap musik-musik bernuansa jadul menyatukan mereka kepada sebuah proyek bertajuk “Retro Project” pada 2012, yang menjadi cikal bakal dari terbentuknya Korekayu.
Dengan layer guitalele yang menggelitik, petikan gitar dan progresi bass yang terdengar “oldies”, serta vokal dengan backing yang bertumpuk-tumpuk, Korekayu mengajak pendengarnya untuk bernostalgia dengan musik “masa lalu” yang indah.
NOK37; NOK37 merupakan salah satu kelompok Hip Hop senior dan menjadi legenda hidup di Jogja. Mereka tentunya akan mengingatkan kita pada skena musik Hip Hop di Jogja yang terus menjalar tumbuh di antara genre musik lainnya.
Hip Hop tidak pernah mati, kalimat ini kerap kali kita dengarkan dari para musisi Hip Hop tanah air maupun dari seluruh dunia. Benar, Hip Hop memang tak ada matinya. Sebagaimana umumnya musik Hip Hop yang muncul menginvasi industri musik dunia, isu sosial masih menjadi identitas tema lagu mereka.
Herbudi Tri Prasetya aka Paws DJ sekaligus produser NOK37 menuturkan, lagu Frasa Klausa lahir karena merespon banyak masalah kehidupan sosial politik kala itu dan terus berulang setiap kali pesta demokrasi digelar di negeri ini.
THE ANWAR; Kalau seorang musisi bikin warung, sudah pasti bisa ditebak ia tidak cuma berjualan sajian penghibur perut yang krucuk-krucuk oleh cacing kelaparan, warungnya pasti ingin menuntaskan juga lapar dan dahaga batin lewat musik.Lebih dari 2 dekade bersama bandnya, Heru Shaggydog seolah tak bisa lepas dari musik. Hidupnya adalah musik, dan musik adalah dirinya. Makanya ketika membuat usaha kuliner, musik tak penah bisa ia lepaskan.
@Warungheru –selain menyajikan kuliner nusantara yang aduhai rasanya, Rawon, Mendoan, Mangut, dan tentu saja Nasi Campoer Heruwa (perpaduan nasi dengan paru, kulit ayam, daging suwir, srundeng daging, kering tempe, sayur dan sambal bawang) yang menjadi menu andalannya–juga menyajikan acara musik yang menggembirakan.
Setiap Jumat ada program #TheWarungSession yang hingga saat ini sudah sampai volume 25, juga ada Rabu #RabuBarbekyu di mana siapa saja bisa makan suka-suka sambil menyaksikan musisi bermain, atau malah ikut ambil bagian dalam jamming session bersama.