Setahun Bens Leo Pergi; Rekam Jejak Jurnalisme Musiknya Terekam Dalam Sebuah Buku

Music513 Dilihat

Urbannews | Hari Rabu (30/11) sore hujan turun membasahi bumi, tatkala Saya menuju ke M Bloc dikawasan Kebayoran Baru Jakarta, memenuhi undangan rekan jurnalis Niny Sunni dan Dion Momongan dalam acara “Satu Tahun Bens Leo Pergi” sekaligus peluncuran buku yang ditulisnya berjudul “Tatkala Sejarah Musik Indonesia Dicatat — Para Sahabat Mengenang Bens Leo”.

Bumi seolah menangis dan ikut bersedih atas kepergian Bens Leo setahun yang lalu. Langit murung menampakkan kesedihannya seperti tetamu yang hadir malam itu. Masih sangat jelas terlintas di pikiran kami yang hadir bahwa sosok mas Bens Leo adalah sahabat, guru, yang tak pernah bosan untuk berbagi ilmu dimanapun dalam berbagai kesempatan.

Mas Bens Leo yang sangat mencintai dan berdedikasi tinggi terhadap profesinya sebagai jurnalis senior juga pengamat musik. Kehadirannya, walau tak tanpak wujud, gelora perjuangan dan kebaikannya bisa jadi bagian penyemangat sekitar 50 tamu undangan hadir antara lain, Triawan Munaf, Ferry Mursyidan Baldan,  Candra Darusman, Kadri Mohamad, Harry Koko Santoso  dan sejumlah wartawan musik.

“Setahun Bens Leo  Pergi”, begitu yang tertulis di spanduk elektronik di M Bloc Space, Jalan Panglima Polim Raya, Melawai Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. ”Ini sebagai bentuk penghormatan, karena jasa beliau dalam jurnalisme musik Indonesia dari era 1970  hingga 2000-an,” kata Wendy  Putranto Co-Founder at M Bloc Group di tengah acara, 30 Noveber 2022.

Candra Darusman mengakui, perjalanan awal kelompok musik Chaseiro  yang dipimpinnnya ikut dibentuk oleh Bens Leo. ”Saya dan Chaseiro  memulai karier bermusik secara profesional  darI Festival Musik, di mana Mas Bens menjadi juri. Sejak itu, ia rajin meliput dan menulis aktivitas kami,” kata Candra Ketua FESMI sekaligus Ketua Umum YAMI.

Sementara itu Triawan Munaf (Ketua Badan Ekonomi Kreatif 2005-2009), juga mengakui hal yang sama, ketika mengingat perjalanan kariernya  sebagai anak band dalam kelompok Giant Step di tahun 1970-an. “Kalau sudah bisa ditulis Mas Bens dan masuk  di majalah Aktuil  rasanya senang luar biasa! Soalnya Aktuil adalah media cetak musik yang paling  top masa itu.”

Dalam perjalanan kemudian, Bens Leo tetap  menjadi  teman di mata Triawan. “Satu yang paling saya ingat dari Mas Bens adalah pribadinya yang toleran. Meski  menganut Katolik yang taat,  namun di saat Ramadan, ia selalu mengirim salam berbuka puasa dan sahur! Itu luar biasa, 30 hari penuh tanpa bolong!”

Isteri mendiang Bens Leo , dr. Pauline Endang Praptini, MS, Sp.GK, yang hadir bersama putera tunggal Addo Gustaf mengaku terharu atas penyelenggaran acara yang diinisiasi oleh sekumpulan sahabat Bens Leo.

“Di bulan Agustus, kelompok ini telah menerbitkan  buku tentang Mas Bens  berjudul Tatkala Musik Indonesia Dicatat. Sebuah buku bagus yang beberapa  isinya, bahkan tidak saya ketahui sebelumnya. Sebuah penghormatan untuk Mas Bens, sekaligus penghiburan untuk kami  yang ditinggalkan,” ucap Pauline dengan penuh haru.

Buku Tatkala Sejarah Musik Indonesia Dicatat

Buku Tatkala Sejarah Musik Indonesia Dicatat ditulis oleh Dion Momongan dan Nini Sunny. Buku setebal 242 halaman ini, berisi  testimoni 123 narasumber dan memuat 276 foto, dan 46 foto di antaranya adalah foto selfi yang diambil sendiri oleh Bens Leo.

“Buku ini mengungkap fakta tentang  peran dan aktivitas Bens Leo sepanjang  ia berkarir sebagai jurnalis, juri, sekaligus master of ceremony di berbagai event,” kata Dion Momongan.

Pada akhirnya fakta yang ditampilkan para narasumber memperlihatkan kepingan-kepingan cerita, yang ketika disatukan seperti kepingan puzzel.

“Dan kepingan itu bukan hanya memperlihatkan sejarah perjalanan karier Bens Leo pribadi, namun juga termuat tentang sejarah musik Indonesia,” ungkap Nini Sunny, sambil menyebut buku tersebut dicetak  secara terbatas dengan dana dari Kemendikbudristek.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *