Urbannews | Di tengah sunyi yang melingkupi jarak dan waktu, seorang komponis menyalakan kembali lentera cintanya yang sempat tertunda. James F. Sundah, maestro di balik lagu legendaris Lilin-Lilin Kecil, merilis karya terbarunya—sebuah persembahan hati berjudul Seribu Tahun Cahaya. Lagu ini bukan sekadar untaian nada, melainkan surat cinta yang mengarungi samudera waktu, menyapa dunia dari tiga benua dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Jepang.
Lahir dari ruang pribadi dan duka yang tak terlihat, lagu ini menjelma jadi perayaan harapan. Dan seperti namanya—Seribu Tahun Cahaya—ia bukan sekadar lagu, tapi perjalanan panjang menuju terang.
Dari Scorpions ke Meilody: Jejak Panjang Seorang Maestro
Bagi James, ini bukan kali pertama karyanya mengudara di pentas dunia. Pada 1996, ia dan Titiek Puspa menulis lagu When You Came Into My Life untuk band rock legendaris Scorpions. Lagu itu masuk album Pure Instinct, diproduseri oleh David Foster, dan meraih sertifikasi emas di tiga negara.
Namun Seribu Tahun Cahaya lahir dari tempat yang lebih dalam—dari ruang cinta dan rasa syukur. Didedikasikan untuk istrinya, Lia Sundah Suntoso, lagu ini awalnya digubah dua dekade lalu. Namun baru bisa dirampungkan setelah James melewati masa kritis, dalam pelukan kasih Lia dan putranya.
“Lagu ini adalah ungkapan syukur atas cinta yang merawat saya ketika saya hampir kehilangan segalanya,” ucap James, matanya berkabut haru, dalam ruang’ zooming, Rabu (15/10/2025).
Sebuah Lagu yang Mendahului Zaman
James mulai menggarap serius lagu ini sejak 2007, jauh sebelum genre Pop/EDM populer di Indonesia. Bahkan mendiang Djaduk Ferianto pernah menyebut musiknya “terlalu maju untuk zamannya.”
Tak gentar, James memilih Meilody Indreswari, penyanyi muda pemenang Bintang Radio RRI 2007, untuk membawakan lagu ini pertama kali. Proses rekaman berlangsung penuh tantangan, termasuk menyanyikan lirik dalam lima bahasa.
“Setiap bahasa punya irama dan pemenggalan sendiri. Tapi saya ingin lagu ini bisa menyentuh siapa pun, di mana pun,” kenang Meilody. Ia bahkan menjadi penyanyi pertama yang menyanyikan versi Jepang lagu ini.
Claudia Emmanuela Santoso: Suara yang Membawa Lagu Ini ke Dunia
Dari tangan Meilody, tongkat estafet kemudian dipegang oleh Claudia Emmanuela Santoso, pemenang The Voice of Germany 2019. Suaranya membawakan versi Indonesia dan Inggris dari Seribu Tahun Cahaya.
“Aku merinding saat mendengar lagu ini pertama kali,” ujar Claudia. “Sudah lama aku tak mendengar lagu dengan lirik sepekat ini, melodi seindah ini.”
James menyempurnakan lagu ini dengan sentuhan budaya pada tiap versinya: angklung dan kolintang untuk versi Indonesia, koto dan shakuhachi untuk versi Jepang, serta nuansa luar angkasa melalui synthesizer pada versi Inggris.
Lagu Cinta, Tapi Juga Perjuangan
Di balik nada-nada indahnya, Seribu Tahun Cahaya adalah pernyataan sikap. Lagu ini diproduksi dan didaftarkan di New York, bukan tanpa alasan. James menyuarakan keresahannya atas sistem hak cipta di Indonesia yang kerap mengabaikan keadilan.
“Saya ingin lagu ini juga menjadi pelajaran bagi industri musik. Bahwa pencipta bukan hanya pencatat nada, tapi pemilik hak ekonomi yang sah,” tegasnya.
James tak hanya menulis, tapi juga menjadi composer, arranger, musisi, publisher, pemilik master, mixing engineer, hingga videografer untuk proyek ini. Sebuah tindakan total yang menuntut pengakuan akan hak ekonomi atas seluruh peran dalam proses kreatif.
Penghargaan dan Harapan
Tak hanya mengharukan, Seribu Tahun Cahaya pun mencetak sejarah. Lagu ini dianugerahi rekor MURI sebagai “Penerbitan Serentak Single Tiga Bahasa dari Tiga Benua, dengan Peran Terbanyak Berhak atas Hak Ekonomi Hak Cipta Karya Lagu.”
Dari dapur rekaman di New York hingga penghargaan di Tanah Air, karya ini menyuarakan cinta yang setia, sekaligus perjuangan hak yang tak boleh dilupakan.
Tentang James F. Sundah
Lahir di Semarang, 1 Desember 1955, James F. Sundah adalah nama yang tak asing bagi pencinta musik Indonesia. Karyanya Lilin-Lilin Kecil menjadi ikon lintas generasi. Ia tak hanya mencipta, tapi juga memperjuangkan hak cipta dan menyuarakan keadilan dalam industri musik, baik di dalam negeri maupun forum internasional.
Kini, bersama istri tercinta dan putra mereka, James menetap di New York. Tapi nadanya tak pernah jauh dari tanah air. Karena seperti lagunya, cinta dan musik tak pernah mengenal jarak.