Urbannews Musik | Menyimak judul album terbaru Monita Tahalea berjudul “Dari Balik Jendela”, seperti menyembunyikan banyak cerita, yang tanpa di sadari memiliki makna kehidupan tersirat di dalamnya. Seperti kata “jendela”, dimana berfungsi untuk melihat situasi kehidupan di luar sekaligus membuka celah udara segar menyeruak masuk kedalam. Jendela layaknya kesatuan pikiran untuk refleksi diri mengingatkan kita pentingnya membuka cakrawala, wawasan, terutama manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Album Dari Balik Jendela ini berisikan lagu-lagu yang bercerita tentang angan dalam suatu ruang-waktu. Disini Monita ingin setiap orang yang mendengarkan lagu-lagu di album ini memiliki makna Dari Balik Jendela-nya mereka masing-masing. Monita Tahalea mengungkapkan, banyak renungan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Selama 5 tahun perjalanan setelah album ke-2, dirinya memasuki musim kehidupan yang berbeda lagi. Mulai dari banyak manggung, kemudian kehidupan sebelum menikah dan setelah menikah.
“Kenapa album hasil kerjasama dengan Lie Indra Perkasa sebagai Producer dan Music Arranger diberi nama Dari Balik Jendela, karena aku tidak ingin membatasi makna dari album ini buat teman-teman yang mendengarkannya nanti. Begitu mereka mendengar kata Dari Balik Jendela, biarlah itu jadi perenungan tersendiri lagi buat mereka bahwa makna Dari Balik Jendela-nya teman-teman yang dengar, pasti memiliki versi yang berbeda-beda”, jelas Monita Tahalea.
Monita Tahalea yang berhasil mendudukan namanya di jajaran Nominasi AMI Awards 2019 untuk kategori Artis Pria/Wanita Solo Alternatif terbaik, lewat single “Sesaat yang Abadi” yang dirilis pada penghujung tahun 2018, sekaligus menjadi lagu penanda awal untuk album ketiganya ini. Monita Tahalea dengan genre musik ‘folktronik’, Dari Balik Jendela ia mengajak menyusuri tembang “Pada Waktu”, “Pada Air”, “Jauh Nan Teduh Ft. Ananda Badudu”, “Sound Of Silence”, “Tapak Hening”, “Laila”, “Pada Angin, “Sibu-Sibu”, “Sayonara”, dan tentu saja “Sesaat yang Abadi”.
“Untuk genre musik, sebutan Foltronik sebenarnya supaya mempermudah aja sih, untuk orang-orang mengerti ada elemen apa aja didalam album ini. Karena sebenarnya kalau dibilang genre pun, aku lebih memilih untuk tidak menetapkan laguku di genre mana pun. Apalagi waktu pengerjaan album ini, aku lagi banyak dengar lagu dengan banyak genre. Mungkin dari segi elemen musik didalamnya lebih terinspirasi dari musik Folk, terus isinya banyak elektroniknya, makanya dijadiin satu aja dengan sebutan Folktronik”, ucap Monita.
Album teranyar ini, ada lompatan cukup berani dibanding dua album sebelumnya. Monita terlihat lebih dewasa memainkan irama musiknya yang menampilkan sound-sound dan melodi-melodi pintar terdengar fresh di telinga, dengan lirik sastrawi. Dalam albumnya, selain kembali menggaet musisi seperti Bernardus Ajutor Moa dan Gerald Situmorang, Monita menghadirkan nama-nama baru yang terlibat dalam beberapa penulisan lagu, seperti Ananda Badudu, Bayu Risa, Theoresia Rumthe, dan Yosua Gian, yang justru membawa kedalaman tersendiri bagi setiap lagunya.
Seperti lagu “Tapak Hening” (terlampir) yang dipilih menjadi single kedua dari album Dari Balik Jendela, karya cipta Monita Tahalea bersama Bayu Risa dan Yosua Gian. Nampak tersirat seruan serta harapan masa depan anak-anak Indonesia yang tenteram dan sejahtera. Lagunya ini ditulis pada sebuah malam berbintang di Bukit Persaudaraan, saat dirinya melakukan perjalanan bersama sebuah yayasan sosial ke Sumba, Nusa Tenggara Timur. Dalam penulisan lirik lagu ini, Monita Tahalea menggandeng Theoresia Rumthe, penulis buku puisi yang aktif dalam dunia literasi dan sastra Indonesia, untuk berkolaborasi.
“Saat aku bermain bersama anak-anak sambil menunggu matahari terbenam di Bukit Wairinding – Sumba, aku melihat anak-anak itu lari-lari di sepanjang bukit tanpa menggunakan sepatu. Disitu aku melihat binar mata mereka yang enggak bisa aku lupain. Mereka seperti sedang berlari jauh untuk meraih mimpi mereka. Harapannya, aku pengen melalui lagu ini kita boleh membuka diri kita bukan cuma untuk mimpi kita sendiri, tapi kita juga membuka tangan kita untuk membantu orang lain untuk meraih mimpinya. Karena perjalanan anak-anak ini masih panjang dan mereka adalah generasi penerus bangsa,” kenang Monita.
Album ‘Dari Balik Jendela’ yang sudah dirilis secara digital pada tanggal 13 Maret 2020 lalu, kita seperti diajak mendengarkan perjalanan seorang Monita Tahalea sebagai seorang artis dan musisi yang independen. Album ini juga menjadi pelengkap dari dua album terdahulu berjudul Dream Hope & Faith (tahun 2010) diproduseri oleh Indra Lesmana, dan Dandelion (tahun 2015) yang diproduserinya dengan Gerald Situmorang.
“Aku enggak tahu kenapa aku bisa berjalan sampai sejauh ini di musik, bahkan dapat kemampuan untuk menulis lirik sekaligus menyanyikan dengan sepenuh rasa. Buat aku, musik adalah sebuah perjalanan, itu sepenuhnya anugerah dari Sang Pemilik Kehidupan ini,” tutur Monita Tahalea.
Berikut Lagu “Tapak Hening (Lirik).
Di Bukit Persaudaraan
Gulita bertaburan bintang
Oh, gemilang
Kerap keruh sapa angan
Mengenal jiwa yang tak padam
Derap geloranya
Terangi tapak heningku
Hei! Teduhlah gurun
Meriak gelagat samudera
Menenang khawatir hari depan
Hei! Mengalir sungai
Pelan surut kau risauku
Bersenandung riang nyanyi kekal
Gemulai langit
Membisikkan hasrat dan indahnya mimpi
Gemercik janji
Kemilaukan harap akan kekekalan
Laksana deras mentari
Terbitkan sentausa disini
Terbenamlah ragu
Berlari tapak heningku
Hei! Teduhlah gurun
Meriak gelagat samudera
Menenang khawatir hari depan
Hei! Mengalir sungai
Pelan surut kau risauku
Bersenandung riang nyanyi kekal
/edo