Urbannews | Di tengah dunia musik yang makin teratur, penuh tata krama industri dan hitungan algoritma, hadir satu bara yang menolak jinak — bara yang tumbuh dari amarah dan cinta, dari kejujuran yang tak mau disensor. Bara itu bernama Rocker Kasarunk. Mereka bukan sekadar band, mereka adalah sikap.
Akar yang Membumi, Suara yang Meledak
Rocker Kasarunk lahir dari pertemanan, dari ruang latihan yang pengap dan malam-malam panjang yang diisi dengan suara gitar dan cita-cita. Nama mereka — kasar dan urang (manusia) — mencerminkan karakter yang lugas, tanpa topeng, tanpa kemunafikan. Dalam setiap lagu, mereka menulis tentang kehidupan yang keras namun nyata: tentang kehilangan, perlawanan, dan kebebasan yang kadang harus diperjuangkan dengan suara serak dan darah di ujung jari.
Mereka bukan band yang lahir dari dapur rekaman mahal, melainkan dari keyakinan bahwa musik bisa menjadi bentuk kejujuran paling murni. Ketika mereka naik panggung, dentuman drum dan raungan gitar seakan menjadi bahasa yang lebih jujur daripada kata-kata. Rocker Kasarunk tahu: di panggung, manusia bisa menjadi seutuhnya — tanpa pura-pura.
Personel dan Dinamika Jiwa Rock

Rocker Kasarunk yang saat ini beranggotakan Ferdy Tahier (vokal/piano)_vokalis berkarakter dan tajam, penulis lirik yang menyalakan isi hati, Aditia Sahid/Acoy (gitar)_ pencipta riff liar dan melodi panas, yang menjembatani keagresifan dengan rasa, Ricky Rahmadi (bass)_ penyeimbang nada yang menjaga bumi tetap bergetar dalam keteraturan, Christian Wibisono/Ian (drum)_ penggebuk yang tak sekadar menjaga tempo, tapi juga memompa adrenalin setiap penonton. Roby Hasibuan (Keyboard), dengan nyala jiwa berbeda tapi berpadu dalam satu frekuensi, dan tambah satu tenaga muda yang kini mulai ikutan setiap kali manggung, Deirda Tahier (Feat.Vokal & Rap), si penutur yang memberi penekanan lirikasi
Formasi mereka seperti elemen alam — api, tanah, udara, dan air — yang saling bertabrakan namun justru melahirkan harmoni. Mereka tidak bermain musik untuk saling menonjol, tetapi untuk saling menegaskan bahwa kejujuran tak butuh kompromi.
Karya dan Kiprah
Rocker Kasarunk memiliki Beberapa albumnya adalah Cinta Selamanya (2012) dan Akustik (2021). Deretan singelnya antara lain “Bisa Gila” (2011) dan beberapa lagu seperti “Kau Menggila” (2025), “Lonely” (2025), “Semua Tanpa Cinta” (2025), “I Am Free” (2025), “Kau Kemana” (2025), serta “Forever, Now And Then” (2025), dan subelumnya akhir 2024 mereka pernah merilis single “I Want To” yang juga berlirik Inggris.
Berbeda dengan single “I Want You” yang bergenre funk disko 80-an, “Forever Now And Then” adalah lagu balada yang di aransemen dengan warna musik yang vintage layaknya lagu – lagu rock balada di era akhir 80-an sampai awal 90-an dimana industri musik dunia mencapai puncak keemasannya. Rocker Kasarunk terlihat penuh totalitas menggarap lagu ini, dimana liriknya bercerita tentang sepasang kekasih dengan tingkat keseriusan yang berbeda dalam hubungan. Salah satu dari mereka akhirnya memutuskan pergi karena belum siap menjalani hubungan yang serius.
Menolak Jinak, Menyala di Tengah Gelap
Meski tak selalu menghiasi layar televisi atau tangga lagu mainstream, rocker Kasarunk menjadi semacam legenda kecil di ranah bawah tanah. Mereka membangun kredibilitas bukan dari promosi, melainkan dari panggung ke panggung — dari keringat, bukan dari gimmick.
Setiap konser mereka bukan sekadar pertunjukan, tapi ritual. Gitar menjadi doa, drum menjadi mantra, dan suara menjadi teriakan kebebasan. Kasarunk bukan nostalgia bagi masa lalu rock, melainkan pernyataan bahwa rock masih hidup, masih menggeliat, dan masih menggigit.
“Musik kami bukan untuk memuaskan pasar,” ujar Ferdy Tahier suatu kali. “Kami hanya ingin jujur. Karena di dunia yang penuh topeng, kejujuran adalah bentuk perlawanan paling keras.”
Lebih dari Sekadar Band
Kini, Rocker Kasarunk tidak hanya berdiri di panggung, tapi juga di baliknya. Di situ, mereka bukan hanya musisi, tapi mentor, sahabat, bahkan penjaga moral dari dunia musik yang mulai kehilangan arah. Rocker Kasarunk percaya, musik sejati bukan tentang siapa yang paling populer, tapi siapa yang paling tulus. Mereka memilih jalan panjang — mungkin sepi, tapi penuh makna. Dan di setiap langkahnya, mereka menulis satu bab penting dalam sejarah musik keras Indonesia: bab tentang kejujuran, keberanian, dan kebebasan.
Ketika lampu panggung padam dan kerumunan bubar, gema suara Rocker Kasarunk tetap tinggal di dada — bukan hanya sebagai bunyi, tapi sebagai pesan: bahwa dalam dunia yang penuh kepalsuan, masih ada nada-nada jujur yang menolak diam. Dan Rocker Kasarunk, dengan segala liarnya, adalah salah satu di antara sedikit yang tetap menyala.



