Urbannews | Ubud jadi tempat inkubasi musisi-musisi yang punya nalar eksplorasi musik di atas rata-rata. Salah satunya duo Rhytm Rebels (Reza Achman dan Rizal Hadi) yang akhirnya merilis album di kala pandemi.
Musik ritmis yang intensif dengan tempo cepat akan melalak ketika kamu putar sejak lagu pertama sampai akhir di album bertajuk ROAR yang baru dirilis Rhytm Rebels di Ubud, Bali. Reza dan Rizal menjadi otak di balik kebrutalan ritmis ini.
Berawal dari project jamming membuat komposisi lalu sering bepergian ke berbagai negara untuk tampil di berbagai festival music Internasional seperti Korea, India, dan Rusia, project ini lantas ditata lebih serius. Rizal yang didapuk menjadi produser sekaligus sound enginer begitu eksploratif untuk menelanjangi tata suara dari elemen drum kit, didgeridoo, synth, samples dan beberapa instrumen yang dibuatnya sendiri salah satunya adalah: bamboo upright tunggal.
“Hal teknis paling sulit itu di mixing, lumayan asah otak dan tenaga bagian mixingnya terutama di bagian kick drum berpadu padan dengan synth heavy bass yang sangat distorted itu . Sempet bikin 21 channel microfon berbeda untuk menangkap sound drum akustik yang bisa menukik karna drum kit lah yang menjadi tulang punggung musiknya yang akhirnya menjadi ciri khas dari Rhytm Rebels,” kisah Rizal.
Hasilnya, tata suara yang tajam dan mengerucut terdengar membuat adrenalin semakin terpacu untuk cepat cepat meresponnya. “Raw attack!” begitu Rizal menyebutnya. Album ini juga kebanjiran eksplorasi sound elektronik, bahkan di beberapa nomor seperti Take Your Exit feat. Wayan Jos (Zat Kimia) begitu kuat unsur overdrive-nya.
Bagi saya, album ini berhasil melahirkan komposisi ritmis yang punya energi untuk mendorong kita ke lantai dansa tanpa perlu dibawah pengaruh apapun. Pola ritmik ‘Jungle/drum n bass mendominasi hampir di setiap lagu. Rapper kawakan ‘Yacko’ dan penyanyi tradisi ‘Mama India’ memberikan kesan tersendiri untuk menikmati timbre mereka. Ada juga sajian dancehall dub. Yang paling seksi dan kuat adalah sentuhan trumpet dari Rio Sidik.
“Kami memang ingin membuat lagu yang suitable untuk festival, yaitu dance music. Main musik, seru-seruan, dan keliling dunia, lalu punya album yang punya soundnya bagus dan berbeda sama yang lain. Album ini jadi modal untuk bisa disajikan dalam tur nanti di berbagai negara setelah pandemi berakhir dan melanjutan tur kita yang tertunda kemarin. Jadi ga sabar pengen jalan-jalan lagi dengan lahirnya album ini,” ungkap Reza.
Dengarkan album ini secara utuh, karena ada banyak kejutan dari tiap komposisi musiknya dan juga karakter serta nuansa vokal dari para kolaboratornya. Selain yang sudah disebutkan di atas, mereka yang berkontribusi adalah Love X Stereo (Korea), Athron (Australian/American) dan Phil Stoodley (New Zaeland).
“Kolaborasi dengan Mama India dan Love X Stereo terjadi karena kami main di negara mereka (India dan Korea), kami merasa akan lebih baik kalau mau involve dengan kultur mereka karena kami pernah ke sana dan ingin menyampaikan histori dari pengalaman yang pernah kami alami kami masukkan ke album ini. Sementara kolaborator lainnya adalah teman-teman kami yang ada di Jakarta dan Bali.” lanjut Reza.
Atas dasar kecintaanya terhadap budaya Nusantara, Kecak Bali tidak bisa dihindarkan keterlibatannya untuk masuk ke dalam komposisi juga bebera sample sound yang direkam dari beberapa suku adat di Nusantara seperti Sumba dalam lagu Bull at the Gates dan dari suku Dani di Papua dalam lagu We Gotcha terdengar berulang ulang.
Jelas tidak ada kelembutan yang bisa diharapkan dari lagu ini. Dari awal menghadirkan tensi kencang dengan pompa adrenalin yang tidak padam. Semuanya terdengar sangar! Di penghujung album, identitas mereka terungkap.Sesuai dengan namanya, Rhytm Rebels sangat merepresentasikan karakter tata suara dan keliaran komposisi ritmis yang dihasilkan.
Dengarkan karya mereka di digital streaming platform kesayangan Anda mulai hari ini! (DPW)