Prambanan Jazz Festival 2020; Sensasi Nonton Secara Virtual via Zoom

Music, Uncategorized1655 Dilihat

Urbannews | Popularitas konser virtual atau live streaming kini hadir lebih sebagai kebutuhan daripada pilihan, tersebab oleh pandemi virus Corona belum menunjukkan tanda-tanda pengurangan. Namun, sayang menikmati konser virtual sensasinya jauh beda dengan melihat secara langsung alias konvensional.

Keterbatasan suara yang dihasilkan dari konser live jarak jauh, hasilnya sering terasa tidak enak di kuping. Kemungkinan, karena koneksi internet di Indonesia tidak bisa diandalkan yang menyebabkan gangguan audio, apalagi melaui aplikasi Zoom yang memiliki keterbatasan, membuat vokal terdengar teredam naik-turun volumenya, terdistorsi, atau masalah lainnya.

Kondisi ini, saya rasakan ketika menikmati sajian Prambanan Jazz Festival #6 2020 yang dilangsungkan secara virtual lewat aplikasi Zoom (khusus awak media), Sabtu (31/10/2020) malam. Melalui gawai atau gadget, plus earphone, saya coba sebisa-bisanya untuk mengikuti sesaji musikal deretan Artis penampil keren dari negeri sendiri di hari pertama.

Meskipun sempat mundur satu jam karena kendala teknis akibat cuaca, Joko In Berlin, band yang digawangi oleh Mellita Sie (vokalis), Kelana Halim (gitar), Fran Rabit (bass), Popo Fauza (keyboard) serta Aditya Subakti (drum), membuka PJF virtual 2020 dengan membawakan enam buah lagu, yakni 3 Am, Pesawat Kertas, Misanthropy, Senyap, Senja, dan Euphoria.

Fourtwnty menjadi pengisi kedua. Dengan gaya khasnya, Ari Lesmana, sang vokalis, membawakan enam buah lagu berjudul Realita, Diam-Diam Kubawa Satu, Hitam Putih, Zona Nyaman, Nematomorpha, dan Fana Merah Jambu. Grup musik indie folk asal Jakarta yang sudah dikenal luas di tengah masyarakat pencinta musik indie Tanah Air. Selain Ari Lesmana, diperkuat juga Nuwi dan Roots.

Dilanjutkan oleh Isyana Sarasvati yang tahun ini kembali mengisi panggung Prambanan Jazz Festival. Di konser virtual ini, Isyana dengan busana warna hitam tampil anggun, menyanyikan delapan lagu, yakni Lexicon, Sikap Duniawi, Mad, Ragu Semesta, Pendekar Cahaya, Lagu Malam Hari, Untuk Hati yang Terluka, dan Unlock The Key.

Berikutnya, Pusakata menjadi penampil selanjutnya juga mengusung delapan lagu hits, berjudul; Berdua Saja, Kita, Kita Hanya Sebentar, Pejamkan Matamu, Jalan Pulang, Aku, Kau, dan Malam, Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan, dan Akad. Setelah hengkang dari band lamaya, sang vokalis Muhammad Istiqamah Djammad atau kini populer di sapa Is Pusakata, juga sedang menggarap sebuah gerakan yang diberinya judul ‘Sisir Kota Pesisir’.

Tompi, yang dalam Prambanan Jazz Festival kali ini menjadi visual director, juga mengisi panggung dan menghibur penonton dengan tujuh lagu yang sebagian besar andalannya, antara lain, Selalu Denganmu dan Menghujam Jantungku. Setelah Tompi, ada penampilan menarik dari seorang perempuan muda berbakat bernama Dere, ikut meramaikan Prambanan Jazz Virtual Festival 2020 dengan single terbarunya berjudul Kota, karya yang ditulis bersama Tulus.

Penampilan Tulus menjadi penutup hari pertama Prambanan Jazz Virtual Festival 2020. Walau Tulus tidak bernyanyi langsung di Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta, karena kondisi kesehatan. Malam ini Tulus tampil dengan format berbeda, menyajikan sederet lagu, seperti: Gajah, Jangan Cintai Aku Apa Adanya, Labirin, Tukar Jiwa, dan Adaptasi.

Menyaksikan keseluruhan penampilan para artis di PJF kali in, menambah kemegahan Candi Prambanan yang ikonik bercahaya, walau digawai visual terlihat redup dan audio tetap turun naik. Entah, kalo di platform digital lain mungkin lebih baik dan asyik. Tapi, saya pun bersyukur masih terkoneksi dengan Prambanan Jazz 2020 yang dihelat Rajawali Indonesia, dari festival 1 hingga ke-6 ini.

Saya juga harus angkat topi untuk Rajawali Indonesia, dalam kondisi ketidaknormalan karena pandemi, tetap menyuguhkan musik berskala international seperti Prambanan Jazz Festival ini tanpa jeda setiap tahunnya. “Walaupun bukan menjadi sebuah kontestasi, keadaan menantang kami untuk bertahan dengan mengusung konsep baru, Prambanan Jazz Festival kembali lagi,” tukas Founder Prambanan Jazz Festival, Anas Syahrul Alimi.

Begitu pula Co-Founderr Prambanan Jazz Festival, Bakkar Wibowo, mengungkapkan festival ini mengusung semangat kolaborasi dan bukan berkompetisi. Ia justru merasa khawatir jika kreativitas mandeg, oleh karena itu senantiasa berinovasi untuk menemukan rumus-rumus baru sehingga festival selalu berjalan di segala situasi. “Keberhasilan Prambanan Jazz adalah keberhasilan tim kami,” ucap Bakkar.

Semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu, dan kita bisa menyaksikan Prambanan Jazz Festival tahun depan, bersensasi langsung menyaksikan deretan Artis yang aduhai sambil berkulineran di Pasar Kangen, menikmati Kopi Jo, atau racikannya kopi Haji Rawi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

79 komentar