Jakarta, UrbannewsID.com | Seputar dunia olahraga menjadi bahan atau tema cerita yang menarik bagi para filmmaker, untuk diangkat ke film layar lebar. Banyak kisah nyata tersembunyi dibaliknya, soal semangat dan perjuangan, ambisi dan prestasi, bahkan mulai dari menapaki karir sampai urusan pribadi. Simak saja, beberapa film yang memotret latar belakang olahraga berbagai cabang pernah bertengger dilayar bioskop, seperti King (bulutangkis), Hattrick (futsal), Sang Pemberani (karate), Mari lari (atletik), dan 3 srikandi (panahan).
Memasuki penghujung tahun 2017, sebuah rumah produksi Palari Films lewat karya perdananya berjudul “Posesif” siap menyuguhkan cerita tentang Lala (Putri Marino) si atlet loncat indah yang hidupnya jungkir balik setelah menemukan cinta pertamanya, Yudhis (Adipati Dolken), murid baru di sekolahnya. Janji setia Lala untuk Yudhis malah jadi jebakan, karena cinta Yudhis yang awalnya sederhana dan melindungi ternyata rumit dan berbahaya. Lala pun mengambang dalam pertanyaan: apa artinya cinta? Apakah harus ia coba lagi atas nama kesetiaan atau tenggelam dalam kesia-siaan?
Film yang di produseri Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy ini, mempercayakan proses penggarapannya kepada Gina S Noer sebagai penulis skenario, dan Edwin selaku sutradara. Mereka berdua bukanlah orang baru di dunia film, karena hasil karyanya telah menorehkan prestasi. Gina S Noer sudah dikenal oleh penonton Indonesia lewat film Perempuan Berkalung Sorban, Ayat-Ayat Cinta, dan Habibie & Ainun. Sedangkan Edwin sebagai sutradara, garapannya seperti Babi Buta Yang Ingin Terbang, Postcards From The Zoo, dan Kara Anak Sebatang Pohon telah ditampilkan di berbagai festival film internasional.
Menurut Meiske Taurisia, kegelisahan remaja menjadl daya tarik tersendirl bagl dirinya yang sebelumnya sudah banyak memproduserl film-film Edwin. Saat menjalanl rIset untuk Posesif, perempuan yang turut memproduseri The Fox Exp/alts the Tiger’s Might (Lucky Kuswandl, 2015), Critic’s Week, Festival Film Cannes, menemukan fenomena pacaran di mana, seakan-akan pacar berhak mengontrol pasangannya sepenuhnya. ”Banyak dari mereka merasa bahwa ‘rasa kepemilikan’ adalah aktualisasi cinta,” ungkap Meiske, saat jumpa pers yang berlangsung di Portico Jakarta, Selasa (12/9).
Sementara itu Muhammad Zaidy atau akrab disapa Eddy, yang sebelumnya turut memproduseri Athirah pemenang Film Terbaik FFI 2016, tumbuh dengan menonton banyak film coming of age yang memotret kenaifan dan kebebasan remaja. ”Saya tertantang untuk mengangkat isu serius yang sangat relevan dan dekat dengan remaja, tapi tetap menghibur. Inilah yang kami coba bawa ke pasar remaja Indonesia lewat film Posesif yang her-genre Romance Suspense,” kilahnya, menambahkan.
Film POSESIF akan tayang di bioskop-bioskop nasional di bulan Oktober 2017. Bagi Edwin, fenomena ini adalah salah satu dari banyak sisi kehidupan remaja yang bisa dieksplorasi dan dikemas dalam bentuk film. la ingin memotret kisah asmara remaja lewat tokoh Lala dan Yudhis yang salah mengartikan cinta pertama. Hubungan yang posesif disalahsangkakan sebagai cinta sejati. Ada yang punya obsesi untuk ‘ngebenerin’ pasangannya sehingga selalu memaafkan sebagai tanda kesetiaan.
Film ini turut didukung Cut Mini (Pemeran Utama Wanita Terbaik FFI 2016 untuk Athirah) dan Yayu Unru (Pemeran Pembantu Pria Terbaik FFI 2014 untuk Tabula Rasa). Soundtrack film Posesif mencakup nama-nama baru dan lawas. Dan, sebuah Iagu klasik dari band Sheila on 7, turut meramaikan film ini. Selain itu ada juga nama Dipha Barus, seorang DJ yang membuat pengaruh yang cukup besar terhadap industri musik kontemporer Indonesia. Sejumlah band independen berkualitas turut dilibatkan, termasuk Banda Neira dan Gardika Gigih.|Edo