Pentas Ludruk Nuansa Kebangsaan di Hari Kemerdekaan!

Uncategorized332 Dilihat

IMG_20180816_234756-800x561-600x421

UrbannesID Event | Melemahnya daya tahan budaya ditenggarai karena kegagalan kita sebagai bangsa menyikapi globalisasi secara cerdas, sehingga mudah menerima dan menerapkan budaya asing yang beberapa aspeknya justru bertentangan dengan budaya bangsa kita sendiri. Nasionalisme yang kian memudar dan ketahanan budaya yang terus melemah berpotensi menggoyahkan bangunan ‘rumah Indonesia’ bersifat multietnik dan multikultural.

Ironisnya saat ini, budaya barat dan modernisasi merupakan konsumsi sehari-hari anak-anak muda. Akibatnya kesenian dan budaya sendiri dianggap tidak nge-trend dan terkesan kuno, sehingga generasi penerus tidak mau menggelutinya bahkan mereka sudah tidak lagi mengenal budayanya sendiri. Misalnya, mereka kurang mengenal kesenian tradisional seperti gamelan, karawitan, ragam wayang, atau kesenian drama tradisional seperti ketoprak, maupun ludruk.

Menghadapi tantangan serta problem diatas, dibutuhkan upaya semua pihak memiliki rasa tanggung jawab mengembangkan dan melestarikan warisan leluhur tersebut bukan lagi ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah, tetapi oleh masyarakat, dalam hal ini mereka para pelaku seni, pecinta seni, pekerja seni dan pemerhati seni serta lainnya agar kesenian dan budaya tersebut tidak hilang atau musnah di telan zaman.

Untuk itu, Perkumpulan Kesenian Ludruk lrama Budaya Sinar Nusantara, Surabaya. Mereka yang biasa pentas di Taman Hiburan Rakyat, kemudian mengisi ruang-ruang publik di kota Surabaya dalam rangka memperkokoh posisi kesenian Ludruk sebagai ikon kota Surabaya. Kehadiran di Jakarta selain mengenalkan kesenian Ludruk, sekaligus akan pentas pada 17 Agustus di Taman Mini Indonesia Indah, kemudian 18 dan 19 Agustus di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.

Cak Maimura selaku penulis dan sutradara, menyatakan, ada dua kisah yang akan di hadirkan, yakni ‘Cak Durasim Sang PahIawan’, yang cerita digarap berdasarkan pengakuan keluarga alm. Cak Durasim, dan satunya lagi berjudul ‘Guruku Tersayang (Bui) yang diadaptasi dari naskah Iakon karya teatrawan Akhudiat. Lakon yang menurut Cak Maimura, sangat tepat untuk merespon kondisi bangsa dan negara saat ini menyambut pesta demokrasi plipres yang akan datang.

“Ludruk sebagai kesenian drama tradisional yang keberadaannya memiliki riwayat yang panjang dari Jawa Timur, dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan, dan sebagainya yang diselingi tarian, lawakan dan diiringi dengan musik gamelan. Menjadi sebuah medium yang tepat untuk menarasikan ketundahan dan harapan,” tukas Cak Maimura, saat dijumpai di sesi latihan, Kamis (16/8) sore di Jakarta.

IMG-20180816-WA0061-640x428

Pegelaran untuk memperingati Hari Kemerdekaan sekaligus menyambut Asian Games. Selaku sutradara, Meimura yang akan membawa sedikitnya 40 aktor dan aktris binaanya, sengaja mengangkat lakon ‘Cak Durasim Sang Pahlawan’. Karena ada cerita dibalik sosok seniman ludruk asal Surabaya, Cak Durasim, yang menarik. Dimana, ia diburu oleh tentara Jepang disebabkan telah mempopulerkan sebuah kidung yang bisa membuat tentang Jepang meradang.

“Berkat kidungan yang berbunyi Pagupon omahe doro, dijajah Nippon tambah soro ini, akhirnya Cak Durasim dibunuh oleh tentara Jepang di atas panggung dengan sebilah samurai, ketika ia sedang pentas di panggung. Ini sebuah fakta, sebelum kemerdekaan, ludruk juga menjadi salah satu media alternatif perjuangan di kala merebut kemerdekaan Indonesia. Dan, generasi muda harus tau siapa Cak Durasim, bukan kenal lewat plakat di Taman Budaya Cak Durasim,” tegas Meimura, yang ingin ludruknya pentas di Istana President.

Pementasan ini melibatkan para pemain yakni, Hengky Kusuma. Sabilukgito, Mak Suwono, Pakde Puryadi, Agung Kasas, Said Kelana, Ari Setiawan, Kusnadi. Panji, Damar, Gibran, Aditya, Putik, dkk. Menghadirkan pula bintang tamu antara lain; Indah Kurnia (Anggota DPR RI), DR.Ir.H. Gunawan Adji,MT (Rektor Univ. Sunan Giri Surabaya), DR. Andreas Eno Tirtakusuma,SH,MH (Advokat – Dosen), Lulu Kurnia (Artis Sinetron), PakDe Prapto Pempek (Artis Pelawak NKRI), Cak Agus Pengampon (Seniman Ludruk).

Perkumpulan Kesenian Ludruk lrama Budaya Sinar Nusantara, yang giat melakukan regenarasi pemain ludruk, khususnya anak anak, berjalan dengan cukup baik dan semakin meningkat. Indah Kurnia anggota komisi XI DPR RI, sekaligus penggiat dan pembina ludruk, serta penyanyi ini, mengungkapkan keprihatinsnnya terhadap kesenian tradisi, khususnya ludruk, kurang mendapat perhatian baik pemerintah maupun generasi muda sekarang. Tapi, ia juga merasa bangga terhadap seniman ludruk yang terus tanpa lelah menjaganya.

“Ludruk dengan segala kearifan lokalnya dapat menarik manfaat dari pitutur ceritanya yang sarat makna dengan nasehat dan juga pendidikan. Makanya, saya berharap seluruh komponen secara bersama-sama ikut merawat, menjaga dan juga melestarikannya. Bukan saja, mempersiapkan regenerasi, tapi mereka juga butuh tempat berkesenian yang baik dan layak. Saat ini, kondisi Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya, cukup memprihatinkan, semoga pemerintah daerah mau membenahinya. Disamping itu, harus ada keberanian dari seniman ludruk memadukan fakem tradisi dengan konsep kekinian agar diminati generasi melanial,” jelas Indah Kurnia.|Edo

Untuk reservasi menyaksikan pementasan lakon ‘Cak Durasim Sang PahIawan’, dan ‘Guruku Tersayang (Bui), bisa menghubungi Himpunan Seniman Panggung Wayang Orang & Ketoprak Jakarta — ADHI BUDAYA, Dengan Ibu Din (0817 180 207), Dini (0858 1493 1094), dan Ayu (0812 9625 2790).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *