Jakarta, UrbannewsID.com | Film Pengabdi Setan, bermula ketika Ibu (Ayu Laksmi) seorang penyanyi yang telah memiliki karya rekaman lagu cukup banyak terbaring lemah tak berdaya terserang penyakit aneh. Setelah 3 tahun menderita, ia pun meninggal. Keempat anak dan Bapak (Bront Palarae) terpaksa hidup tanpa sosok ibunya. Namun, kejadian aneh mulai menimpa rumah yang mereka tinggali setelah Bapak pergi ke luar kota untuk mencari nafkah.
Singkat cerita, Rini (Tara Basro) sebagai kakak tertua mencari cara untuk terus bersama-sama dengan adik-adiknya yang masih kecil. Teror pun mengancam jiwa, Rini dan adiknya nomor dua baru sadar bahwa Ibu dan ayahnya ikut sekte ‘Pengabdi Setan’ untuk mendapatkan kerurunan. Dan, kini mereka datang kembali untuk menjemputnya. Film berdurasi 105 menit ini, walau sedikit lambat seolah tak membiarkan penontonnya menghela napas lega.
Pengabdi Setan merupakan hasil daur ulang dari film berjudul sama produksi Rapi Films yang tayang pada 1982, karya sutradara Sisworo Gautama Putra. Joko Anwar selaku sutradara dan penulis naskah film terbarunya ini, mengaku sudah bertahun-tahun memiliki keinginan untuk mendaur ulang film tersebut berdasarkan idenya. Sampai akhirnya pucuk di cinta ulam pun tiba, akhirnya Sunil Samtani selaku eksekutif produser rumah produksi Rapi Films sepakat bekerjasama.
Film ini di produksi dalam waktu 18 hari dengan persiapan 2 bulan. Hampir 3 bulan lamanya, Joko kesulitan mencari lokasi. Sampai akhirnya menemukan satu rumah di daerah Pangalengan, Jawa Barat, yang dari segi layout dan skrip menurut Joko sangatlah cocok. “Namun karena kondisinya sangat buruk, harus direnovasi terlebih dahulu untuk kebutuhan shooting,” jelasnya, saat dijumpai setelah pemutaran untuk awak media di Epicentrum XXI Kuningan, Jakarta, Rabu (20/9) sore.
Film Pengabdi Setan yang akan segera tayang di bioskop-bioskop mulai tanggal 28 September 2017. Sederet pemain ikut terlibat didalamnya, yakni Tara Basro, Dimas Aditya, Bront Palarae, Endy Ervian, Nasar Anuz, M. Adhiyat, Ayu Laksmi, Elly Luthan, Egy Fedly, dan Arswendy Bening Swara. Pemilihan para pemeran dalam produksi film ini, menurut Joko, mereka terpilih karena mampu memainkan perannya dengan baik sesuai keinginannya serta memiliki nilai jual yang dapat menarik minat penonton.
Bangunan cerita remake film ini memang berbeda dengan yang sebelumnya. Joko tidak memasukan suara-suara menyeramkan atau wujud-wujud menakutkan seperti lazimnya film horor lainnya, seperti kuntilanak, genderewo maupun tuyul, tapi bergaya western yakni mayat hidup alias zombi. Joko Anwar memang mencoba meramu idenya membangun suasana mencekam secara perlahan, kemudian dipuncaki dengan klimaks mengejutkan.|Edo