Once Mekel Tegaskan Musik Harus Jadi Investasi Budaya Strategis

Once Mekel berdiri diapit Yosi Mokalu dan Wamen Kemenbud RI Giring Ganesha, berikutnya berderet Dhani Pette, Ricky Bya, dan Wendi Putranto, Kamis (20/11) siang, di Gedung Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Urbannews | Dalam suasana hangat namun penuh gagasan yang memenuhi Gedung Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (20/11) siang, dalam salah satu bagian diskusi, Once Mekel sebagai anggota DPR RI Komisi X, menekankan bahwa kebijakan musik tidak boleh dipandang hanya sebagai urusan industri yang mengejar keuntungan jangka pendek. Ia menegaskan bahwa musik adalah bagian penting dari identitas dan ketahanan budaya bangsa.

Pada sesi Diskusi bertema ‘Ketersediaan Venue Pertunjukan Musik dan Sarana Pendukung” —bersama Wamen Kemenbud RI Giring Ganesha, Wendi Putranto, Ricky Bya, yang dipandu Yosi Mokalu. Once menuturkan, bahwa kebijakan musik harus dipahami sebagai investasi strategis bagi identitas dan ketahanan budaya bangsa, bukan sekadar ladang keuntungan finansial jangka pendek.

Pernyataan tersebut menjadi pengantar kuat dalam diskusi, sebelum ia menyoroti pentingnya forum seperti Indonesia Music Summits (IMust) 2025. Menurutnya, pemajuan kebudayaan merupakan mandat negara yang harus dijalankan melalui rencana induk yang selaras dengan kebutuhan ekosistem musik.

“Pemerintah pusat memiliki tugas yang sangat penting di ranah kebudayaan, yang harus diatur berdasarkan rencana induk pemajuan kebudayaan,” tegasnya.

“Dalam peran kebudayaan, musik itu sebetulnya harus dirancang secara strategis. Itu menjadi tugas yang paling penting dari pemerintah. Pemajuan kebudayaan—nah, itu sebenarnya yang menjadi wilayah kerja di pemerintah,” sambungnya.

Sebagai pelaku industri musik senior, Once memberi apresiasi bahwa pentingnya ruang pertemuan seperti Indonesia Music Summits ini. Bagi Once, nilai utama IMust tidak hanya terletak pada tema diskusinya, melainkan pada keberanian para pelaku industri musik untuk berjumpa dan saling mendengar.

“IMust adalah ruang dialog yang sudah lama kita tunggu. Tempat di mana musisi, penyelenggara, pemerintah, dan publik bisa duduk bersama tanpa sekat, berbicara apa adanya, dan mencari jalan keluar bersama,” tegas Once.

Ia menggambarkan pertemuan itu seperti sebuah orkestra: tiap narasumber dan peserta adalah instrumen berbeda yang menghasilkan harmoni ketika dipertemukan dalam satu ruang dialog yang cair, humanis, dalam mempersatukan berbagai perspektif.

“Saya melihat IMust bukan event diskusi biasa, tapi sebuah ekosistem mini yang mencerminkan bagaimana industri musik seharusnya dikelola: berembuk, bersuara, dan saling menguatkan,” ujarnya.

Dalam penutupnya, Once menyampaikan harapan agar IMust tidak berhenti sebagai acara tahunan, melainkan berkembang menjadi agenda tetap yang semakin besar dan inklusif.

“Jika ada lagi tahun depan, saya berharap skalanya lebih besar. Narasumbernya lebih beragam, temanya lebih banyak, dan ruang dialognya semakin kuat. Ini benar-benar dibutuhkan, dan jangan sampai momentum ini hilang,” pungkasnya.

Foto; istimewa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *