Menepi, Single Lagu Bertutur Puisi

Music360 Dilihat

Urbannews | Kisah asmara selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup setiap insan di muka bumi. Menabrak batas-batas teritorial, suku bangsa, kelas sosial, ideologi dan usia, bahkan dimensi waktu pun kadang ikut berkonstelasi terhadap suatu moment yang menorehkan perasaan cinta seseorang.

Heru Achwan yang berprofesi sebagai pengusaha kuliner di Jogja memiliki catatan kegelisahan serta perenungan tentang cinta yang tertuang dalam bait-bait puisi. Sebagai laki-laki dewasa penyuka dan penikmat musik, beliau berkeinginan agar apresiasi tersebut bisa di share kepada publik untuk di inteprestasikan secara luas melalui media yang cocok, agar bisa menjadi khasanah karya kreatif berbasis literasi.

Perjumpaannya dengan Heri Machan menambah semangat beliau untuk membuat suatu project musikal dengan tujuan ingin berbagi kisah dan khasanah terhadap momentum dan pemaknaan tentang cinta dari perspektif lintas generasi. Mengingat sampai detik ini lagu-lagu bertema cinta masih merupakan karya lagu yang banyak di apresiasi oleh penyuka musik diseluruh dunia.

Project tersebut memunculkan gagasan produksi mini album berisi  5 lagu yang semuanya diambil dari koleksi sajak-sajak puisi yang ditulis oleh Heru Achwan dan digubah menjadi komposisi lagu oleh Heri Machan di penghujung tahun 2019 lalu. Untuk melantunkan nada-nada kedalam lagu diajaklah seorang penyanyi cewek Amy Lee yang tergolong muda dan berjarak usia cukup jauh dengan mereka.

Penanganan produksi musik dibantu oleh musisi senior asal Magelang Adi pamungkas di Bluezone Studio miliknya. Adi memiliki pengalaman panjang dalam hal produksi musik sejak awal tahun dua ribuan di beberapa Sudio Record ternama di Jakarta.

Lagu berjudul “Menepi” merupakan single yang diluncurkan dari salah satu lagu yang terdapat pada mini album tersebut. Lagu itu dirilis melalui media platform digital per 5 Juni 2021 lalu.

Didalam syair tersirat adanya pergolakan perasaan skeptis bercampur upaya untuk memunculkan secercah harapan yang di lantunkan lewat nada-nada di wilayah skena musik pop dalam irama medium beat yang bergerak diantara kord major-minor gaya era musik 90an.

Apapun itu musik adalah bahasa universal, siapapun dan dari generasi manapun berhak dan bebas mengapresiasi sebuah karya lagu dengan caranya masing-masing.

Dimasa pandemi covid 19 saat ini, kreatifitas seni memang harus dituntut agar lebih agresif dengan memanfaatkan seluruh sumber daya tehnologi yang tersedia agar tetap eksis didalam dinamika digital kreatif era milenial ini. (HM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *