Urbannews | Di tengah derasnya gelombang industri kreatif, sekolah musik dan workshop bukan sekadar tempat belajar nada dan ritme. Ia adalah laboratorium peradaban seni, tempat di mana kreativitas ditempa dan gagasan-gagasan baru lahir. Namun, sayangnya, banyak sekolah musik dan workshop berdiri sendiri-sendiri—terpisah dari denyut sosial, terisolasi dari ekosistem hiburan kota yang lebih luas.
Taklimat yang menjadi keresahan diatas, sebenarnya sejalan dengan bunyi salah satu rekomendasi hasil konferensi musik Indonesia 2025 yang lalu, oleh Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha, yakni merevisi kurikulum musik Nasional.
Maka, saya munculkan gagasan yang lebih besar: membentuk “Entertainment District” di setiap kota—sebuah kawasan kreatif terpadu yang menjadi rumah bagi sekolah musik, studio latihan, panggung kecil, kafe seni, toko alat musik, hingga ruang pamer dan workshop lintas disiplin.
Bayangkan, di satu area, para pelajar musik bisa langsung berkolaborasi dengan pelukis, sineas muda, dan desainer suara. Di tempat yang sama, masyarakat umum dapat menonton penampilan sore hari dari band kampus, mengikuti kelas musik terbuka, atau sekadar menikmati atmosfer kota yang hidup oleh seni.
Dampak yang Terukur
1. Ekonomi kreatif tumbuh organik. Setiap aktivitas seni menghasilkan nilai ekonomi baru — dari turunan industri musik, kuliner, hingga pariwisata.
2. Regenerasi seniman terjamin. Anak muda punya ruang belajar dan tampil yang realistis, tak harus ke ibu kota untuk berkembang.
3. Kota jadi hidup dan berkarakter. Entertainment District menciptakan identitas budaya lokal yang otentik, bukan hanya sekadar pusat perbelanjaan atau mal hiburan.
4. Kolaborasi lintas sektor. Pemerintah daerah, komunitas, hingga pelaku bisnis bisa bersinergi membangun ekosistem kreatif yang saling menopang.
Format Ideal Entertainment District
• Zona Edukasi: Sekolah musik, workshop, studio rekaman edukatif.
• Zona Pertunjukan: Panggung outdoor, teater kecil, ruang eksibisi.
• Zona Komersial Kreatif: Toko alat musik, kafe tematik, merchandise lokal.
• Zona Komunitas: Co-working space, ruang diskusi, galeri komunitas.
Dengan konsep seperti ini, kota bukan hanya memiliki pusat hiburan, tetapi juga pusat tumbuhnya kebudayaan modern yang tetap berpijak pada akar lokal. Musik bukan sekadar hiburan, melainkan cara membangun karakter kota yang hidup, kreatif, dan berjiwa muda.
“Bila setiap kota punya suara dan nada sendiri, maka entertainment district-lah panggung tempat suara itu tumbuh, belajar, dan bergema untuk dunia.”