Urbannews | Indonesia adalah lahan emas bagi para musisi asing mendulang dollar. Bagaimana tidak, nyaris setiap tahun, bulan dan bahkan berbilang minggu, kita disuguhi tontonan musisi asing bergaya di panggung musik Indonesia. Tak hanya di Jakarta atau kota-kota besar lainnya, bahkan sampai merambah ke Kota setingkat Kabupaten kebagian dikunjunginya.
Apa kabar musisi Indonesia?. Nah! Ini pertanyaan menarik. Ya, semoga saja jargon ‘menjadi tuan rumah di negeri sendiri’ benar-benar bukan sekedar kata-kata apalagi pemanis rasa, tapi masih berlaku pemaknaannya. Karena itu, musisi dan musik lokal harus mendapat apresiasi tinggi sama rata dengan musisi luar yang berseliweran konser musik di Indonesia.
Kini kita_saya juga anda semua bersyukur, masih ada orang-orang yang berani juga peduli mengangkat, menempatkan, dan mementaskan musik negeri sendiri sebagai bentuk penghargaan terhadap musisi dengan seabrek pengalamannya. Salah satunya konser bertajuk ‘The Piano Man: Tony Wenas’, pada Jum’at, 7 Juni 2024, di The Ballroom Djakarta Theatre, Jakarta Pusat.
Konser tunggal Tony Wenas, yang digagas PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu Pemusik Republik Indonesia) lewat bendera PAPPRI-Live, siap digelar sebagai bentuk dukungan juga apresiasi pada para musisi Tanah Air. Menurut Hendra Sinadia, Koordinator Pelaksana Konser, persiapan konser sudah mencapai 90 persen. Tony Wenas, masih perlu beberapa kali latihan lagi bersama band dan mini orkestra.
Hendra Sinadia melanjutkan, konser yang terjadwal tanggal 7 Juni mendatang, ia dan tim lupa mengkonfirmasi ke Tony Wenas. “Masalahnya, disamping sebagai Ketua Umum DPP PAPPRI, Tony Wenas adalah Presiden Direktur PT Freeport Indonesia. Dimana, beliau sudah harus berada di Amerika. Namun kecintaannya terhadap musik sangat besar, maka ia memutuskan untuk tidak merubah jadwal konser. Dengan konsekuensi, beliau langsung ke bandara usai konser, menuju Amerika,” ungkap Hendra.
Sikap profesional Tony Wenas, menurut Bendahara Umum PAPPRI, Lexi M. Budiman, Itu karena ia pada dasarnya seorang profesional dengan kualifikasi Internasional, baik dalam bidang musik maupun dalam dunia bisnis pertambangan.
Syukurlah Sang Presdir Freeport ini, tetap menjaga aktifitas dan jaringan musiknya, tetap hidup dan dinamis.B uktinya, ia masih membuka diri, kolaborasi dengan berbagai nama musisi. Seperti Fariz RM, Once Mekel, Kadri Muhamad, dan sejumlah maestro musik lainnya. Seperti yang berlangsung saat ini, menjelang konser tunggalnya ini, ia sebenarnya tengah menyiapkan karya terbarunya, bekerjasama dengan musisi Addie MS.
Sepekan menjalang konser, undangan dengan format round table sudah terpenuhi lebih dari 80%. “Saya mau tampil dalam konser ini, sebagai hormat saya pada perjuangan PAPPRI diseluruh Indonesia, agar kita selain jago kandang juga kelak akan jago tandang,” tandas Tony Wenas, suami dari Roshita Manik ini dan ayah dari Diego Clasio Fernando Wenas.
Sang The Piano Man Tony Wenas tidak sendiri, pada konser nanti ada beberapa performers lainnya untuk memeriahkan acara. Mereka adalah; Once Mekel, Ruth Sahanaya, Lilo “KLa” Romulo, Eka Deli, Kadri Mohammad. Lalu juga Rio Sidik dan Solid 80. Kemudian Kamidia Radisti menjadi MC. dan sejumlah nama lainnya.
Tony Wenas yang akan membawakan sekitar 21 lagu ini, bertindak sebagai Pengarah Musik adalah kibordis, Krisna Prameswara. Krisna akan bekerjasama dengan musisi, Dwiki Dharmawan, dalam mengemas musik secara keseluruhan. Dimana Dwiki Dharmawan akan bertindak sebagai conductor untuk strings & horn section.
Menangkap dan Merekam Sejarah dari Panggung Musik ‘The Piano Man: Tony Wenas’, Pentingkah?
Kalimat pertanyaan “pentingkah?”, cukup menarik. Ini hanya sekedar catatan, karena menurut saya setiap moment adalah peristiwa sejarah. Untuk itu, sudah saatnya kita membidik momen lewat lensa kamera kemudian merekam peristiwanya dalam bentuk foto atau audio-visual sebagai proses dokumentasi sejarah yang sangat penting.
Karena di ‘petak’ kecil itu, baik panggung maupun venue ada beragam adegan yang sarat dengan ekspresi, emosi, apresiasi, serta momen-momen istimewa. Didalamnya juga ada proses interaksi, komunikasi dan penyampaian pesan. Segala pose dan adegan dalam foto panggung termasuk visualisasi video yang terekam tentunya berlangsung alami. Tidak dibuat-buat, asli, orisinil dan tanpa rekayasa.
Nah! Ketika dokumentasi itu sangat perlu juga penting, karena dokumentasi adalah perjalanan sejarah. Rasa-rasanya Konser ‘The Piano Man: Tony Wenas’ di The Ballroom Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, pada Jum’at, 7 Juni 2024 mendatang, sebuah keniscayaan yang tersia-siakan jika tidak terdokumentasikan dan terekam dengan baik.
Bagaimana tidak. Perjalanan bermusik sosok Tony Wenas sudah 4 Dekade lebih. Kiprah pria kelahiran Jakarta, 8 April 1962 ini, di Industri musik, telah dimulai pada tahun 1980 saat dirinya masuk Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Disana, Tony Wenas bersama teman sekampus membentuk grup musik bernama ‘Solid 80’, yang tetap berdiri kokoh hingga kini.
Belum lagi, Tony Wenas dan sahabatnya Fariz RM, alm. Jimmy Paais serta Herman Gelly membentuk group musik ‘Symphony’. Tony Wenas pernah menjadi keybordist ‘Makara’ di tahun 1981. Ia juga pernah gabung dengan band ‘Hookerman’, yang memainkan karya-karya supergroup dunia, seperti; Uriah Heep, Kansas dan Rainbow. Tony juga bagian dari ‘Prasakti’, band yang mengcover lagu-lagu klasik rock.
Tidak salah, jika pihak penyelenggara mau peduli dan bersusah payah untuk merekam atau mendokumentasikan momentum musisi juga businessman yang satu ini diatas panggung, sebagai persembahan spesial kepada seluruh pecinta musik di Tanah Air. Tentunya live record konsernya dilakukan secara profesional, niscaya ini bisa jadi hadiah istimewa bukan saja untuk Tony Wenas, PAPPRI tapi juga bagi katalog musik Indonesia kedepan.
Dan, paling menarik adalah hasil jepretan foto bisa jadi foto book, kemudian live recording konsernya bisa jadi produk rilisan dalam format vinyl. Saya meyakini, PAPPRI sangat paham tentang produksi juga royalti. Berikutnya yang tak kalah menarik, adalah hasil dari konser live recordingnya pun bisa dibuat menjadi film dokumenter musikalnya Tony Wenas, tinggal ditambahkan plot cerita menarik tuk mendukung rangkaian ceritanya.