Ketika Covid-19 Menyerang, Iklim Industri Perfilman Mengerang

Movie379 Dilihat

Urbannews | Tidak ada satupun manusia yang membantah munculnya virus corona (COVID-19) ini adalah sebuah mimpi buruk bagi seluruh umat manusia di bumi ini. Efeknya tidak saja soal urusan kesehatan, tapi juga memporakporandakan tatanan kehidupan.

Pandemi ini pula telah menyebabkan manusia tak lagi bebas dengan segala aktivitasnya. Riuh dunia bisnis yang memompa ekonomi pun, seketika senyap. Mata rantai usaha juga kacau, termasuk pula di iklim dan ekosistem industri perfilmannya.

Untuk dunia perfilman yang nyaris matisuri gegara Covid-19 terungkap dalam acara Webinar bertajuk “Film Nasional; Whats Next ?”. Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik & Media Baru, Kemendikbud RI mengungkapkan, sampai saat ini tidak dapat berbuat banyak.

Ahmad Mahendra yang baru dilantik sejak akhir Januari 2020, bersamaan dengan Direktoratnya menggantikan PusbangFilm Kemendikbud RI. “Meski demikian, fungsi di PusbangFilm tidak akan berubah, dari fungsi literasi hingga apresiasinya. Kami berupaya meningkatkan sisi pendidikan film, musik dan media baru dari hulu hingga hilir,” paparnya, Senin (25/5).

Tidak hanya itu, sejumlah kerja besar lainnya, seperti memperkenalkan budaya visual ke sekolah-sekolah dan masyarakat sejak dini. Serta berbagi pengajaran dan lomba penulisan skenario, kritik dan resensi film. Juga pendidikan musik dan media baru. “Sayangnya, semua belum maksimal kita kerjakan, karena Covid-19 keburu datang,” tambah Ahmad Mahendra.

Acara Webinar, dihadiri para tokoh perfilman seperti Djonny Syafruddin, Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), H. Firman Bintang, produser film dan mantan Ketum Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), Noorca Massardi, Pengamat Film dan Anggota LSF periode 2020-2024, aktris Putri Ayudya, sutradara Anggy Umbara, juga di ikuti sejumlah rekan jurnalis.

Mereka memberikan pandangan, masukan sekaligus harapan kepada Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik & Media Baru, Kemendikbud RI. Mulai dari pajak tontonan dapat ditekan ke angka seragam 10 persen di seluruh Indonesia, membangun bioskop yang merata di daerah, dan memberikan layar bioskop sebanyak mungkin kepada film Indonesia.

Ditengah pandemik yang belum tahu sampai kapan selesainya. Putri Ayudya dan Anggy Umbara sangat menunggu panduan yang sahih ihwal penerapan new normal bagi dunia perfilman dari pihak berwenang. Hal ini, sangatlah penting agar giat membuat film bisa berlanjut dengan standar kesehatan yang ditetapkan, agar kru film tidak terus terdampak ekonominya.

Ahmad Mahendra juga menuturkan, dari data yang dimiliki Direktoratnya ada 11 ribu pelaku industri kreatif film terdampak Covid-19, mengharuskan pihaknya memberikan bantuan kepada tenaga film yang terdampak. “Bantuan akan diberikan lewat Direktorat Tenaga dan Lembaga Keniscayaan, Kemendikbud,” imbuh dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *