Keakraban GODBLESS dalam Konser Akustik, Namun Produksi Suara Drumm Mengaburkan Harmoni

Urbannews | Legendaris rock Indonesia, GODBLESS, semalam (17/5/2025) di Balai Sarbini, Jakarta, menggelar konser dalam format Unplugged (akustik) selama 52 tahun perjalanan karier mereka. Seperti biasa, supergroup yang terdiri dari Achmad Albar, Ian Antono, Donny Fattah Gagola/Arya Setyadi, Abadi Soesman, dan Fajar Satritama, memiliki daya magnetik untuk menarik para penggemarnya melangkahkan kaki, mengisi ruang’ rindu juga venue.

Dengan format musik akustik yang akan ditampilkan, menurut Achmad Albar maupun Ian Antono, konser ini bukan sekadar pagelaran musik, melainkan juga memberikan pengalaman baru yang mungkin hanya terjadi sekali seumur hidup bagi para penggemarnya.

Malam itu, ada 13 lagu yang dibawakan seperti; Blablabla dan Kehidupan (pembuka), lanjut Balada Sejuta Wajah, Orang Dalam Kaca (choir), kemudian Syair Kehidupan, Jangan Ada Luka bersama Nicky Astria dan Tohpati, berikutnya menggandeng Ikang Fauzi di lagu Panggung Sandiwara, dan untuk pertama kalinya membawakan karya orang lain, yakni 1-2-3 Farid Hardja, disusul lagu Musisi bersama pencipta sekaligus bassist Godbless, Donny Fattah Gagola, Semut Hitam, Dan ditutup Rumah Kita bersama semua penampil.

Unplugged bukan jenis aliran musik atau genre musik. Unplugged pada hakikatnya adalah salah satu cara memainkan musik. Dan, GODBLESS mencoba dalam konser Unpluggednya, membawakan aransemen baru dari lagu-lagu klasik mereka diatas. Terlihat, Ian Antono dengan gitar akustik, Abadi Soesman beralih ke piano, Donny Fattah Gagola juga Arya dengan bass guitarnya, Fajar Satritama dengan 2 set drumm, dan ditambah violin.

Tanpa mengurangi rasa hormat, produksi bunyi yang keluar dari konser GODBLESS , seperti konser-konser biasanya, cuma minus distorsi saja. Entah telinga Saya (:red) yang bermasalah atau memang seperti itu. Saya mendengar, drumm Fajar Satritama terdengar terlalu keras dan cukup dominan hingga cenderung mentup gitar akustik Ian Antono serta denting piano Abadi Soesman. Hanya disatu lagu produksi bunyinya cukup asik, saat Fajar Satritama bermain di drumm kecilnya. Output drumm yang dominan, dimungkinkan bisa terjadi dari balancing audio yang kurang pas atau tepat dari sound engineer yang menanganinya.

Menurut para pakar musik, “unplugged” merujuk pada penampilan musik di mana lagu-lagu yang awalnya dibawakan dengan instrumen elektrik dimainkan dalam versi akustik. Singkatnya, unplugged berarti menghilangkan semua perangkat elektrik dari penampilan musik, seperti gitar elektrik, keyboard elektrik, dan drum set minimalis.

Jadi Musik Unplugged (menurut pengertian saya pribadi) adalah jenis sajian musik yang dimainkan (sejatinya) tanpa listrik. Tak ada raungan gitar melodi yang pakai sound effect accesories stratocaster semacam. Tak ada dentuman Drumm juga Electric Bass jedang-jedung. Pula tanpa Keyboard Elektronik, pendek kata “zonder setrum”.

Lho kalo gitu, mainnya pakai apa? Ya … pakai alat-alat musik akustik, gitar akustik, piano akustik, bas betot, perkusi atau drum dan sejenisnya yang disesuaikan. Musik Unplugged memang menawarkan sesuatu yang agak lain nuansanya, agak lebih tenang, lebih murni tanpa acesories suara artificial tambahan apapun. Hal ini, untuk menciptakan keakraban yang lebih besar antara musisi dan penonton, karena musik terasa lebih personal dan intim.

Konser GODBLESS Unplugged yang dipandu komedian Abdel Achrian, paling menarik yakni kehadiran Raja Dangdut Rhoma Irama diatas panggung. Ini menjadi kejutan istimewa bagi para penonton, dimana duo musisi lejen, satu raja dangdut dan satunya lagi raja rock, bersua. Duo musuh sekaligus sahabat, seperti diungkapkan Rhoma Irama tentang sosok Ahmad Albar, saat berkisah bahwa keduanya pernah tampil bersama pada 1977. “Zakia. Zakia,” lantunan suara Rhoma Irama pun disambut riuh tepuk tangan penonton.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *