UrbannewsID Musik | Gema musik JogjaROCKarta Festival 2018, kembali memenuhi ruang ragam rupa di Yogyakarta. Gemuruhnya, tidak saja muncul dari lengkingan distorsi gitar para musisi yang memacu andrenalin, atau dari dentuman cabikan bass yang bersenyawa bersama dengan drum, menggetarkan jantung. Tapi, enerji semangatnya menebar cerita yang merasuk kedalam sendi kehidupan sosial masyarakat sekitarnya.
International Rock Music Festival yang siap digelar Sabtu (27/10) di Stadion Kridosono Yogyakarta oleh Rajawali Indonesia Communication ini, memang telah mencuri perhatian dan menarik ribuan pencinta musik tanah air maupun manca negara. Walau JogjaROCKarta memasuki jilid kedua, atmosfir keriaannya sangat terasa tidak saja dari para lineup seperti Blackout, Koil, Sangkakala, Elpamas, Edane, Seringai, ILP, God Bless, serta Megadeth, bintang utama paling ditunggu.
Seperti halnya yang sempat terjadi pada 2017 lalu, di mana ribuan masyarakat Indonesia dan banyak khalayak dari negeri tetangga berbondong-bondong datang ke Yogyakarta untuk menyaksikan Dream Theater, super band progressive metal asal Amerika Serikat yang didaulat menjadi bagian dari suksesnya penyelenggaraan JogjaROCKarta jilid pertama. Kali ini pun, euforia dan antusiasnya pun sangat terasa sama.
Dan, yang paling berpengaruh dari pesta musik rock ini yaitu membawa keberkahan dan tunbuhnya roda kehidupan bisnis wisata berikut pekerja kreatif di Yogyakarta. Bagaimana hotel atau tempat penginapan penuh sesak, tempat kuliner dan cendera mata terangkat. Jadi tidak salah, jika CEO Rajawali Indonesia Communication, Anas Syahrul Alimi mengungkapkan, bahwa JogjaROCKarta bukan sekedar pertunjukan musik biasa, tapi juga ruang kolaborasi para pekerja seni dengan penggiat kreatif di Yogyakarta.
Anas Alimi tidak saja bicara soal kesiapannya menggelar event musik berskala internasional. Bicara sosl tiket yang disiapkan sebanyak 15 ribu, menyisakan seribuan tiket di venue untuk penonton yang datang langsung. Tapi anas juga bucara kenyaman, ketersediaan panganan atau minuman dengan menempat beberapa foodtruck, merchandise, sampai proteksi bagi para penonton dengan asuransi. Tidak lupa pula, Anas menyiapkan tempat ibadah yang nyaman dan ber-AC, serta toilet beberapa titik.
“Ada kehidupan di dalam venue, dan juga diruang publik yang terangakat dari festival musik ini. Mereka bersenyawa dalam alunan musik rock, tanpa sekat dan perbedaan. Mereka seirama dalam satu kata, tindakan dan perbuatan untuk menjadikan JogjaROCKarta sebagai barometer fedtival musik rock dunia. Sebagai inisiotor dan promotor festival ini, saya berharap bangkitnya kejayaan musik rock di Indonesia lahirnya dari Yogyakarta,” pungkas Anas, Jumat (26/10), saat ditemui dalam acara preskon eventnya di Jogja.
Anas juga menambahkan, kesuksesan JogjaROCKarta bukan milik atau dinikmati oleh Rajawali Indonesia Communication saja, tapi milik dan bisa diniknati oleh seluruh masyarakat serta Pemerintah Daerah Yogyakarta. Ada satu hal menarik disampaikan Anas, JogjaROCKarta tak pernah lupa untuk menanamkan unsur-unsur budaya lokal yang dimiliki Indonesia dalam setiap perhelatannya. Sebagai contohnya seperti yang terjadi pada JogjaROCKarta jilid kedua, dimana festival ini melibatkan seorang seniman senior Yogyakarta yang dipercaya untuk memvisualkan imaji kreatif kedalam sebuah karya.
Harapan paling besar juga mencuat, tatkala Anas bicara soal tempat atau venue perhelatan JogjaROCKarta di Stadion Kridosono, Yogyakarta. Melihat kondisi stadion saat ini yang cukup memprihatinkan, bisa saja suatu saat harus dipugar atau bisa beralih fungsi. Keberlangsungan event JogjaROCKarta akan sedikit terkendala oleh tempat, karena Yogyakarta tidak memiliki tempat representatif sebuah konser besar. “Semoga saja, Pemda Jogja membuka akses zona 3 Candi Borobudur dan Prambanan bisa dipakai untuk konser musik rock,” tandas Anas.|Edo