Urbannews | Jazz Gunung Bromo di perhelatannya ke-16 tahun ini mengusung tagline ‘jazz paling romantis’. Ketika musik dan alam menyatukan rasa, yang muncul adalah tercipta kemesraan juga mengasyikkan dalam terekam dalam memori kebersamaan dengan orang-orang tersayang seperti keluarga, sahabat, atau bisa pula pasangan.
Keintiman serta pengalaman ini disajikan lewat sederet bintang tamu musisi lintas generasi, seperti; Aisyah Rimaraay, Elfa’s Singers, Keubitbit, Syifa & friends, Gigi Jazz Project, Ring of Fire feat. Brasszigur Brass Band & Ndaru Ndarboy, Kartabaya Trio, Kelapa Muda, Kuntari, Noe Clerc Trio, dan Vina Panduwinata & F • I • [e] • R • Y. Musik serta panggung yang tak berjarak menambah hangat kemesraan tersebut.
Ditambah lagi, menurut Bagas Indyatmono, Direktur Utama Jazz Gunung Indonesia, kabut yang terkadang turun di tengah-tengah penampilan. Suasana magis yang tercipta dari peralihan langit sore menuju malam, hingga taburan bintang yang menjadi atap pertunjukkan dengan suhu bisa mencapai 10 derajat celcius.
“Selain pertunjukkan jazz paling romantis, Jazz Gunung memiliki komitmen untuk tetap mempertahankan komposisi penampil musik jazz lebih besar dan juga membuka ruang bagi para musisi jazz muda yang berbakat dan sudah layak tampil di depan para Jama’ah Al-Jazziyah (sebutan penonton Jazz Gunung).” ungkap Bagas, dalam Press Conference Jazz Gunung Bromo 2024 di Institut français Indonésie (IFI), Jakarta (25/6).
Sebagai bentuk kepedulian terhadap musik Jazz di Indonesia, acara yang sudah lebih dari 1 dekade berjalan, Jazz Gunung Indonesia ingin berkontribusi terhadap lini edukasi musik jazz dengan menggelar Bromo Jazz Camp mulai tanggal 17-20 Juli 2024. Program ini terselenggara berkat kerjasama dengan Legato Jazz Camp. Bersama Kevin Yosua, Sri Hanuraga, dan Hansen Arief sebagai pengajar. Nantinya para peserta Bromo Jazz Camp akan mempresentasikan karyanya langsung di panggung Jazz Gunung Bromo 2024.
“Rencananya sudah ada sejak 2 tahun yang lalu untuk jazz camp ini. Namun tahun 2019 yang lalu kami sudah membuat program Bintang Mencari Bintang di Banyuwangi dengan tujuan yang sama, yaitu edukasi dan regenerasi musisi jazz. Saat itu programnya dijalankan oleh Bintang Indrianto,” jelas Bagas.
Menurut Kevin, sebanyak 10 peserta yang terpilih dari Legato Jazz Camp yang sudah diselenggarakan di Solo beberapa waktu lalu akan mengikuti kelas lanjutan di sini untuk mengikuti residensi di Bromo Jazz Camp. Selain itu, mulai tahun 2023, Jazz Gunung Indonesia membuat program Dijamin Jam. Berlokasi di Rehat Bromo. Selama acara Jazz Gunung Bromo 2024 berlangsung, para penonton Jazz Gunung Bromo bisa ikut serta untuk jamming bersama komunitas SoJazz (Solo) yang didapuk menjadi host di tahun ini.
Tak hanya SoJazz yang bermain, biasanya para penampil Jazz Gunung Bromo juga ikut serta dalam jam session. Penonton dan penampil bisa saling berinteraksi di sini. “Tahun lalu sangat ramai dan sukses, penonton dan penampil sangat antusias dalam program ini. Terutama penampil yang dari luar negeri. Mereka terlihat senang dan suasana lebih terasa hangat karena siapapun bisa berinteraksi lewat musik ataupun obrolan,” ujar Bagas.
Sedangkan, pemilihan atau kurasi bagi yang tampil di Jazz Gunung Bromo, Bagas berujar ada formulanya yang dilakukan yakni metode LEICA (Legend, Emerging, International, Collaboration/Community, Anchor). Kelima kriteria ini harus masuk dalam musisi yang kami pilih untuk tampil.
Tahun 2024 Jazz Gunung Bromo menjadi perhelatan yang konsisten digelar sejak tahun 2009. Tahun ini, Jazz Gunung Bromo menjadi event kedua dari rangkaian Jazz Gunung Series 2024, yang akan diselenggarakan di Amfiteater Jiwa Jawa Bromo, desa Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, pada Jumat-Sabtu, 19-20 Juli 2024 mendatang dengan kapasitas sebanyak 2.500 penonton per harinya.
“Jazz Gunung Series 2024 telah memiliki tempat dan peminatnya sendiri. Dan yang terpenting setiap penyelenggaraan Jazz Gunung, ada tetesan ekonomi yang bisa sampai ke masyarakat. Apa yang kami lakukan sejak 16 tahun lalu dengan Jazz Gunung Bromo juga menggerakan orang untuk menyelenggarakan musik jazz di tempat terbuka dan memberikan dampak ekonomi ke masyarakat.” ungkap Sigit Pramono.
Acara Press Conference Jazz Gunung Bromo 2024 di Institut français Indonésie (IFI) ini, dihadiri oleh Founder Jazz Gunung Indonesia: Sigit Pramono, Direktur Utama Jazz Gunung Indonesia: Bagas Indyatmono, Senior VP Corporate Communication BCA: Susanti Nurmalawati, Wakil Atase Kebudayaan IFI-Kedubes Prancis: Bimo Putra, VP Sales & Business Operation Jiwa Jawa: Chandra Hadi Siswoyo, dan sejumlah penampil seperti GIGI, Vina Panduwinata, Elfa’s Singers, dan Kelapa Muda.
Para penampil yang hadir dalam press conference ini mengungkapkan antusiasme mereka. Seperti yang dikatakan oleh Lita Zein, “Kami kan dibentuk awalnya sebagai vokal grup jazz, jadi repertoar lagu jazz kami banyak tapi kesempatan festival jazz nya sedikit. Pas diajak Jazz Gunung, yess akhirnya bisa bawain repertoar jazz kami. Perpaduan harmoni kami nanti diiringi oleh Yongky Vincent.”
“Selama 30 tahun kami berjalan banyak banget on stage di festival. Beberapa festival jazz pernah mengundang kami. Biasanya di backstage orangnya itu-itu juga. Senangnya kalau masuk ke genre baru, terutama saya dan Thomas bisa ketemu teman-teman musisi jazz di backstage bisa menambah persaudaraan, pertemanan, dan obrolan musik yang berbeda. Romantisme terjadi di sini.” jelas Armand Maulana, berkelakar.
Sejak tahun 2018, Jazz Gunung Indonesia telah bekerja sama dengan Institut français Indonésie. Harapannya agar tercipta ekosistem yang kuat dari musisi dan penyelenggara secara internasional. “Agar ada jembatan terstruktur untuk jazz nantinya lebih mudah diakses banyak orang. Mulai tahun kemarin IFI yang menawarkan, tapi mulai tahun ini Jazz Gunung Indonesia ikut mengkurasi,” jelas Bimo Putra, Wakil Atase Kebudayaan IFI-Kedubes Prancis.
Lebih lanjut Bimo mengatakan para musisi Prancis yang sudah main di Jazz Gunung Bromo sangat apresiatif dengan talenta musisi jazz Indonesia. Menurut mereka, musisi jazz Indonesia tidak bisa dibendung dengan satu genre jazz saja. Trio emerging yang baru dibentuk dari 2018, Noe Clerc Trio lah yang dikurasi untuk tampil di Jazz Gunung Bromo 2024. Mereka akan datang lebih awal untuk mengikuti residensi di Bromo Jazz Camp.
Penyelenggara memberikan 3 kategori (reguler, vip, dan vvip) untuk harga tiket harian dan terusan. Reguler HARIAN Rp550.000, TERUSAN Rp850.000. VIP HARIAN Rp 1.200.000, TERUSAN Rp1.900.000, dan VVIP HARIAN Rp 2.000.000, TERUSAN Rp3.700.000.
Nah! Bagi Jama’ah Al-Jazziyah juga bisa mendapatkan promo menarik untuk Jazz Gunung Bromo dengan mengunjungi website resmi jazzgunung.com dan media sosial mereka di Instagram @jazzgunung.