J-Rock Dalam Lagu Dakwah Kemanusiaan

Music239 Dilihat

image

Jakarta, UrbannewsID.com | Saya mencoba mengutip kembali pernyataan Herbert Marcuse, seorang pemikir politik kontemporer asal Frankfurt yang terkenal dengan ‘teori kritis’-nya, bahwa musik memang tidak dapat mengubah dunia, tetapi musik mampu menyumbangkan satu perubahan kesadaran manusia. Dan, pada gilirannya manusia inilah yang mampu mengubah dunia. Pandangan Herbert ini, rasanya sejalan dengan gerakan Reborn, melalui program Convey Indonesia, bersama mitranya Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, menggandeng group musik J-Rocks untuk membangun perdamaian di Indonesia yang berbasis pada pendidikan agama lewat medium musik.

Sebuah lagu religi “Wudhu” yang memiliki pesan moral tinggi dari sang legenda musik Indonesia, Bimbo, kembali diaransir ulang musikalnya lebih nge’pop oleh J-Rocks. Lagu yang diproduksi bersama antara Reborn Studio dan Aquarius, dan sudah dibuatkan video klipnya ini, menurut Deden Ridwan dari Reborn Studio, pemilihan J-Rocks berdasarkan pertimbangan kualitas musik, segmen penggemar, fanbase, konsistensi dalam bekarya, dan visinya yang sesuai. “Pesan lagu religi Wudhu yang memiliki dimensi kehidupan dan kemanusiaan ini, untuk menyadarkan semua generasi muda bahwa Indonesia damai penuh toleran, beragam dan saling menghargai,” jelas Deden, saat dijumpai pada hari Selasa (23/1) siang di Queen Head Kemang, Jakarta.

Wudhu atau bersuci, adalah salah satu bentuk ritual penting dalam agama Islam, yang hukumnya wajib ketika seseorang hendak menegakkan shalat. Namun, tersirat didalam ibadah ini bahwa mensucikan anggota badan juga memiliki nilai filosofi yang tinggi dan mendalam, yaitu; mensucikan pikiran, pendengaran, penglihatan, dan perbuatan. Kalau menyitir bahasa KH Mustafa Bisri atau akrab disapa Gus Mus, hal ini disebut perpaduan antara saleh ritual dan saleh sosial. Filosofi inilah menjadi kekuatan lagu Bimbo berjudul Wudhu, seperti dalam sepenggal liriknya menuturkan ‘Kubasuh rambutku kusucikan pikiranku, Kubasuh telingaku kusucikan pendengaranku’.

Kadang kala seorang komposer menuliskan lirik yang dengan gamblang mudah dipahami. Namun ada sebagian lirik yang disajikan dengan cara berbeda, misalnya dengan kiasan atau ungkapan. Pemahamannya pun melalui perenungan, tidak secara langsung. Ambil contoh ‘Ketika Kaki dan Tangan Berkata’ [Chrisye, 1997] yang liriknya ditulis penyair Taufiq Ismail. Secara harfiah liriknya sudah memberikan pesan yang sangat jelas. Namun ketika penikmatnya merenung dan meresapinya, nurani lebih tersentuh dan emosi pun semakin campur-aduk rasanya. Air mata dapat menetes tanpa disadari. Begitu juga kuatnya sebuah makna lirik Wudhu tersebut diatas, diharapkan mampu menggugah emosi nurani kaum muda muslim yang cinta damai untuk mengatakan ‘No Way Radikalisme’.

Saya sepakat dengan komentar Yenny Wahid putri Gus Dur, aktivis Islam dan politisi Indonesia, mengatakan, lagu Wudhu bukan sekedar untaian lirik berbalut melodi yang enak didengar saja. Tapi, Bimbo melakukan impresi, kontemplasi, dan refleksi atas segala fenomena alam, sosial,badan spiritual yang dirasakan untuk kemudian diekspresikan kedalam wujud lagunya. “Setiap kata dari makna liriknya memiliki muatan penyadaran yang sangat dalam, seperti juga J-Rocks yang melahirkan karya musik religi mereka berjudul Tersesat. Saya pikir, gerakan membangun perdamaian sekaligus memberi penyadaran akan penting saling menghargai pada generasi dawai akan lebih mudah lewat lirik lagu dan nada,” jelas Yenny, menutup perbincangan.|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *