Hujan Deras Tak Menyurutkan Penonton Datang Berdendang di Jazz Gunung Slamet

Music175 Dilihat

Urbannews_Banyumas | Hujan deras sejak siang tak menyurutkan Jama’ah Al-Jazziyah yang mencapai 1500-an orang berasal dari sekitar Banyumas dan luar kota untuk datang ke Jazz Gunung Slamet 2024, Sabtu (11/5) malam di Bumi Perkemahan Palawi, Wana Wisata Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah.

Acara sebagai pembuka dari rangkaian Jazz Gunung Series 2024 ini, semula dijadwalkan pukul 15.30 WIB, terpaksa baru dimulai pukul 19.15 WIB, karena menunggu hujan reda. Penyanyi jazz muda asal Yogyakarta, Cresensia Naibaho, membuka kehangatan perhelatan ini, tampil dengan mood ceria dan interaktif ditengah Irama desiran angin menyentuh pepohonan dan kesejukan.

Setelahnya, Borderline feat. Nita Aartsen tampil dengan sangat baik. Dibuka dengan lagu daerah Betawi, Jali-Jali, alunan berkomposisi jazz begitu terasa. Sepanjang pertunjukan dengan set list 5 lagu, permainan harmonika dari Rega Dauna memberikan corak yang mendominasi dan berkesan.

Penonton yang didominasi anak-anak muda ini merapatkan barisan depan panggung. Seperti biasa, panggung Jazz Gunung yang didekorasi dengan bambu ini selalu dibuat tak berjarak antara penampil dan penonton. Kejutannya, mereka ikut bernyanyi bersama saat Mus Mujiono dan Ermy Kullit beraksi setelah band jazz Purwokerto, Langthiep and The Boy Friends tampil.

Dibuka dengan hits Puncak Asmara, Nono, begitu akrab ia disapa, diiringi trumpet dan trombone membuat sajian musiknya malam tadi terasa “menyala”. Setelah lagu Keraguan, giliran Ermy Kullit yang menginvasi panggung Jazz Gunung Slamet 2024 dengan tembang Pasrah, Standby Me (cover version Ben E. King), dan Kasih.

“Ini yang datang pada muda-muda mahasiswa ya, biar dapat tiketnya yang murah,” guyon Ermy yang ditanggapi gelak tawa penonton. “Ini lagu saya rekam tahun 1988, belum pada lahir ya?” Kelakarnya sambil membuka lagu Pasrah diiringi tepuk tangan dan koor dari penonton.

Line up lintas generasi sengaja dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan audience kota Purwokerto yang dijuluki sebagai “Kota Pensiunan”. Namun nyatanya sajian musik di Jazz Gunung Slamet mempersatukan orang tua dan anak-anak muda.

Musik-musik yang lahir di dekade 80-an dinikmati anak muda, dan para orang tua mengapresiasi musisi-musisi muda. Mereka bernyanyi dan bersuka cita bersama.

Penonton masih bertahan hingga penampil puncak, Sal Priadi naik panggung pukul 23.15 WIB. Dalam Diam, Titik-Titik, Zuzuzaza, Planet, Ya Sudah, Foto Kita, Rumah, Mesra, Serta Mulia.

“Saya suka panggung yang tidak ada pembatas dengan penonton. Melihat ragam acara jazz sekarang menjadi sebuah representasi dari musik jazz yang semakin membumi dengan audiencenya. Saya senang banget tampil di Jazz Gunung Slamet yang menjadi pembuka rangkaian Jazz Gunung Series,” ungkap Sal sebelum naik panggung.

Walaupun kabut (salah satu elemen yang kerap muncul dalam perhelatan Jazz Gunung) tidak muncul malam itu. Suasana sejuk tetap terasa dengan kehangatan interaksi penonton, penampil, hingga pembawa acara.

Memberikan pengalaman menonton jazz yang khas dengan kotanya juga menjadi pembeda Jazz Gunung dengan festival musik lainnya. Di Jazz Gunung Slamet, kita bisa menikmati durian sambil menonton konser. Sebab wilayah Banyumas dan sekitarnya dikenal sebagai penghasil durian yang berkualitas.

Setelah ini Jazz Gunung Series 2024 akan melanjutkan rangkaiannya di Bromo, Jawa Timur. Tahun ini, Jazz Gunung Bromo digelar untuk yang ke-16 kalinya. Vina Panduwinata bersama sederet musisi nasional dan internasional telah mengkonfirmasi penampilannya. Nantikan informasinya di media sosial Jazz Gunung Indonesia.

Selama acara berlangsung, Jazz Gunung Indonesia berkomitmen untuk menyuarakan kegiatan yang ramah lingkungan. Pengunjung diarahkan untuk tidak meninggalkan sampah di area pertunjukan. Pengunjung akan menyaksikan apa yang telah diciptakan Jazz Gunung sejak awal dalam komitmen terhadap sustainability event.

Selain itu, Jazz Gunung juga didukung oleh para pelaku usaha dan komunitas lokal di Banyumas. Sejumlah jenama lokal seperti Gerai Lodeh, Durian Kampung, Kopi Keprok, Robocop, Ubi Ibe, Batik Sokaraja, Turaya, Sentausa, Heartcorner Records, dan masih banyak lagi.

“Kami konsisten dan berkomitmen untuk bisa bersinergi bersama pegiat usaha dan komunitas lokal agar dapat bertumbuh bersama memberikan kontribusi baik di tempat terselenggaranya Jazz Gunung,” tambah direktur Jazz Gunung Indonesia, Bagas Indyatmono.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *