Urbannews | Di sela kabut tipis asap cerutu dan sorot lampu temaram bar, alunan petikan gitar mulai merambat ke setiap sudut ruangan. Di tengah tepukan ringan dan desir nafas penuh rindu, muncullah melodi blues yang membelah sunyi malam. Itulah panggung Brotherhood Cigar Club 2nd Anniversary di Juntos Bar & Grill, Jumat 10 Oktober 2025 — sebuah malam yang bertabur aroma tembakau, vokal raw, dan lagu lagu yang meretas ruang hati. Di sana, Gugun Blues Shelter hadir bukan sekadar menampilkan musik; mereka datang sebagai peramu cerita, mengajak pendengar larut dalam denyut suara dan sentuhan jiwa.
Malam Cerutu & Blues
Ketika pintu Juntos Bar & Grill di Lotte Avenue terbuka lebar, udara malam dibumbui harap dan kerinduan. Para penggemar, para perokok cerutu, dan jiwa jiwa pencari musik berkumpul. Sebuah pertemuan antara asap dan nada, antara camaraderie dan irama biru. Brotherhood Cigar Club merayakan dua tahun eksistensinya, dibingkai dalam kemewahan sederhana: kursi kulit, meja kayu solid, lampu kuning redup, dan derai tawa yang berbaur dengan getsaran senar.
Supporter malam itu, Dos Hermanos, lebih dari sekadar nama — mereka penyambung rasa, penyokong suasana agar malam itu terasa cair dan intim. Ketika mereka membuka panggung dengan lagu pembuka yang hangat, suasana perlahan mencair. Penonton mulai bergeser lebih dekat ke panggung, mencari celah di antara asap dan sorot.
“Malam seperti ini bukan cuma soal perayaan. Ini tentang komunitas, tentang semangat brotherhood yang tulus dan kuat, yang kami di Dos Hermanos sangat bangga bisa dukung,” ujar Opa Ewin, Promotor dari Dos Hermanos. “Kami percaya, cerutu dan musik punya cara unik untuk menyatukan orang-orang dari berbagai latar, membangun momen yang otentik, yang akan dikenang lama setelah asap terakhir menghilang.”
Lalu, petikan gitar mulai menyapa: intro lembut, kemudian melompat ke riff khas yang menghentak. Gugun, sebagai motor utama band, menekuk tubuhnya ke depan, jemarinya menari di fret gitar seperti meraba kenangan lama. Angga Prat di bas mengalun tebal, Refki Nanda di drum mengayun stabil; mereka bukan lagi sekadar trio — mereka satu napas.
Mereka membawakan lagu lagu akrab: bait demi bait dinyanyikan dengan nada setengah lirih, setengah garang. Penonton ikut bolak balik di antara hentakan lagu dan jeda dialog kecil — “Malam ini kita rayakan blues, rayakan persaudaraan,” ujar Gugun di sela konser. Di kursi belakang, batang cerutu menyala perlahan, asapnya menari dan menyatu dengan dinding malam.
Ketika lagu penutup bergema — gitar menjulang, drum dan bas membangun dinding ritme — seluruh hadirin merasakan klimaks yang padu. Beberapa mengangkat tangan, beberapa menunduk, semua tenggelam dalam satu detak suara. Malam itu, Gugun Blues Shelter tidak sekadar tampil — mereka menabur emosi dalam ruang penuh kenangan dan harapan.
Selepas penampilan, tepuk tangan bergemuruh. Senyum dan pelukan mengitari. Para penikmat cerutu berkumpul di sudut lounge, membicarakan lagu demi lagu, bisik bisik kecapi gitar, kilau lampu di kaca, dan betapa malam itu terasa milik bersama. Anniversary ke 2 Brotherhood, malam blues & cerutu, telah tersurat dalam memori tiap pendengar.