Film ‘Rocker Balik Kampung’, Harmoni Modernitas & Budaya Tradisi!

Movie, Uncategorized523 Dilihat

IMG_20180706_204917-800x508-600x381

UrbannewsID Film | Tonton dahulu, kemudian diskusikan, dan barulah di bicarakan. Tahapan yang sangat tepat, jika ingin me-review atau menilai sebuah film memang begitu. Jika masih sebatas akan membuat, atau sudah dibuat akan segera ditayangkan, itu hanya sekedar informasi sifatnya. Memang sulit menilai dengan jernih bagus tidaknya sebuah film, jika kita sendiri belum menyaksikan secara langsung dengan runut dari awal hingga akhir cerita. Apalagi hanya bermodalkan sinopsis, dan trailernya saja, yang muncul malah narasi kira-kira yang imajiner.

Idealnya sih seperti diatas; tonton, diskusikan, bicaraksn. Tapi, tidak ada salahnya jika kita coba melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bukan soal bagus dan tidaknya, tapi lebih kepada film sebuah dokumentasi sejarah serta penanda atau refleksi zaman. Walaupun seni film tetap berada di zona rekayasa fiksi, namun pola pikir, paradigma, kecenderungan mode, gaya hidup atau arsitektur yang menyelusup dalam skenario dan setting cerita itu adalah cerminan sebuah zaman tak terelakkan.

Gumpalan-gumpalan budaya itu menyatu dalam setiap adegan film, yang merefleksikan sebuah miniatur peradaban budaya dan sosial. Dan, isu ini yang coba diangkat oleh film “Rocker Balik Kampung’ karya Uli Rahman selaku sutradara, produksi MSH Films, yang akan tayang pada 12 Juli 2018 mendatang di seluruh bioskop tanah air. Menurut Uli Rahman, film ini mengedepankan 3 unsur yaitu musik, sejarah dan humanis. Semuanya ditumpahkan melalui semangat kultural yang betul-betul dengan tendensi menghibur.

Film drama komedi Rocker Balik Kampung, menarasikan budaya sunda dan musik rock, dengan mengangkat nilai-nilai positif akan keberagaman. Naskah film yang digarap oleh Getar Jagatraya, putra sulung Almarhum Didi Petet dan Uli Rahman, bercerita tentang seorang Joe Santani (Winky Wiryawan), seorang rocker yang karir bermusiknya mulai kehilangan sentuhan kreatifitas, dan arah hidupnya. Suatu hari seseorang dari masa lalunya, Ujang (lang Darmawan) menyampaikan pesan dari Abah Rahman (Shanjaya), ketua Kampung Sinar Asih, memintanya untuk pulang.

Joe Santani berharap perjalanan balik kampungnya ini, bisa menemukan kembali inspirasinya serta tujuan hidupnya. Di Kampung Sinar Asih, Joe justru berhadapan lagi dengan orang-orang dari masa Ialunya. Salah satunya adalah Andini, wanita yang punya banyak kenangan dengannya. Masalah semakin pelik, ketika Kampung Sinar Asih mengalami krisis minyak tanah dan kondisi kesehatan Abah Rahman tidak memungkinkan untuk memimpin warga desa melewati krisis tersebut. Mulai dari sini, nampaknya cerita bergulir dan terbangun. Kearifan lokal dan modernitas coba dikawinkan, tanpa saling mengalahkan.

MSH Films sebagai rumah produksi yang sukses lewat film ”Guru Bangsa Tjokroaminoto” di tahun 2015 lalu. Nayaka Untara selaku produser, mengatakan, “Kami ingin mengangkat kembali kejayaan musik rock di Indonesia sekaligus mengingatkan masyarakat tentang budaya asli Indonesia, khususnya Sunda. Tapi, ada satu catatan penonton harus tau, bahwa tidak semua budaya dari luar itu buruk, namun bagaimana kita mampu menyingkapinya dengan bijak. Semoga percampuran dua budaya yang dikemas ke dalam cerita yang ringan dan sederhana, lebih mudah diterima oleh masyarakat luas,” jelas Nayaka, saat preskon di Jakarta, Kamis (5/6) siang.

Film ‘Rocker Balik Kampung’, selain menghadirkan Winky Wiryawan sebagai Joe Santani, lang Darmawan sebagai Ujang, Maryam Supraba sebagai Andini, dan Shanjaya sebagai Abah Rahman, seperti tuturan cerita diatas. Sederet pemain di film ini yang tidak kalah pentingnya yakni Bisma Karisma sebagai Gani, Budi Dalton sebagai Koswara, Rwy Cikapundung sebagai Ubed, David Saragih sebagai Uceng, Otig Pakis sebagai Ki Sukarna, Egi Fedty sebagai Ki Sastra, Doddy Katamsi sebagai Ronal, Budi Cilok sebagai Gery, Nova Ryanti sebagai Nova, M. Abdul Manan sebagai Dhani, Rian Cahya Wiguna sebagai lpung, Cleita Ariana sebagai Yayi.

Sekedar catatan. Sebuah film yang mampu membuat keseimbangan antara hiburan dan idealisame, dipastikan akan dengan cepat menjadi buah bibir masyarakat. Insan film pendahulu seperti Usmar Ismail misalnya, terbukti mampu memikat masyarakat penonton hingga kini, seperti ‘Lewat Djam Malam’ atau ‘Tiga Dara’. Bagaimana kita diajak melihat suasana sekaligus merekonstruksi Jakarta tempo dulu, adalah sensasi belajar sejarah budaya dan kehidupan. Karena film adalah sumber mata air dalam sisi hiburan, perenungan, intropeksi, motivasi sekaligus inspirasi. Semoga Rocker Balik Kampung’, bukan sekedar tontonan tapi juga tuntunan.|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *