Keterangan Foto; Acara syukuran produksi film Kampung Siluman Pulo Majeti yang akan memulai syuting pada 1 Juli 2024, di berbagai tempat eksotis dan menawan, Selasa (26/6/2024) di Kemang, Jakarta Selatan.
Urbannews | Bicara tentang film horor, menukil dari sejarahnya bahwa film horor diperkirakan sudah dibangun sejak awal industri film tahun 1930-an, dengan adanya film berjudul Dracula, Frankenstein dan The Mummy. Semuanya tentang hal-hal mengerikan yang tak masuk akal. Termasuk juga supernatural, berarti segala sesuatu yang lebih dari dan di luar apa yang alami, dan tidak dapat diterangkan dengan akal sehat.
Tak bisa disangkal, film horor menempati posisi utama dalam perfilman Indonesia sepanjang tahun ini, bahkan dua tahun sebelumnya. Para sineas yang sebelumnya tidak tertarik membuat film horor, mulai menyalurkan kemampuannya membesut film horor. Bisa dibilang, tahun ini adalah saat terbaik film horor Indonesia merebut hati penikmat film kita.
Nah! Lingkar Pictures dengan bangga mengumumkan produksi film horor terbaru berjudul “Kampung Siluman Pulo Majeti.” Film ini akan menampilkan aktor dan aktris papan atas Indonesia, seperti Tatjana Saphira sebagai Alia, Justin Adiwinata sebagai Tony, dan Baskara Mahendra sebagai Deden, serta banyak lagi. Film ini disutradarai oleh Jose Poernomo dan diproduseri oleh Girry Pratama, dengan Yuliandre Darwis, Zarof Ricar dan Agung Winarno sebagai eksekutif produser.
“Ya, emang persaingan dari film horor sangat tinggi saat ini, kebetulan kita dapat cerita bagus, dan kita developt cerita yang panjang. Mungkin biasanya film horor erat dengan tanah Jawa, kali ini kita bawa ke tanah Sunda, masih Jawa juga tapi Jawa Barat. Kebetulan ini horor berlatar adat Sunda yang pertama kami buat, bahasanya juga full Sunda, cuman nanti kita akan terus latih dan uji coba apakah dicampur.” jelas Girry Pratama selaku Produser, saat jumpa pers, Selasa (26/6/2024) di Kemang, Jakarta Selatan.
“Kampung Siluman Pulo Majeti” mengisahkan tentang seorang warga Pulo Majeti yang membatalkan pernikahan dengan raja jin, sehingga anak perempuannya yang berusia 5 tahun dipinang oleh bangsa jin. Sang ibu yang sakit parah berhasil menyelamatkan anaknya dengan melarung menggunakan sampan, hingga ditemukan oleh seorang nelayan tua bernama Jaka, yang kemudian memberinya nama Alia. Alia tumbuh dewasa dan kembali ke Pulo Majeti untuk mencari keluarganya, menghadapi berbagai kejadian aneh dan menegangkan.
Kisah “Kampung Siluman Pulo Majeti” diangkat untuk menggambarkan banyaknya ritual dan hal aneh di Indonesia yang masih dilakukan oleh masyarakat, termasuk pernikahan dengan jin. Fenomena ini masih sering menjadi bagian kehidupan yang nekat dan tidak terlalu peduli dengan akibat buruknya. “Kami merasa hal ini perlu digambarkan agar bisa menjadi perhatian dan memicu diskusi di kalangan masyarakat mengenai dampak dari praktik-praktik semacam itu.” jelas Girry Pratama.
Produksi film ini akan dimulai pada 1 Juli 2024 dan berlangsung hingga 27 juli 2024. Lokasi syuting akan dilakukan di berbagai tempat eksotis dan menawan, termasuk Pangandaran, Ciwidey, Batu Karas, Platar Agung, Pulo Majeti, Tangkuban Perahu, Manggalia Giri, Romania, dan Muara Angke. Lokasi-lokasi ini dipilih untuk menambah nuansa mistis dan mencekam sesuai dengan tema cerita film.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia memiliki berbagia cerita supernatural. Seperti halnya kelompok masyarakat lain, masyarakat Kampung Siluman Pulo Majeti, Jawa Barat pun demikian. Sebagian mempercayainya dan melakukan praktik supernatural. Dengan meningkatnya peluang produksi, fenomena supernatural di berbagai daerah sering diangkat menjadi film. Maka, diperlukan skenario film yang bersumber dari mitos-mitos dan kepercayaan lokal.
Karenanya, dirasa perlu untuk melakukan penggambaran filmis pada skenario film bertema supernatural yang bersumber dari mitos-mitos dan kepercayaan lokal. Dan, ini menjadi tantangan bagi Jose Poernomo selaku sutradara, yang pernah menggarap film Jailangkung dan Rumah Kentang. “Terus terang, Saya tidak bisa mereka-reka atau mengada-ngada dalam proses penggambaran nanti. Karena ada dialog dengan tokoh gaib lewat perantara, plot cerita hingga visualisasi harus ikut kesepakatan. Tapi, saya akan coba merekontruksi skenario secara visualisasi sesuai aslinya dan apa adanya,” ungkap Jose.
Jose juga menambahkan, pastinya nanya gambarannya seperti apa, termasuk sosok karakternya digamabarkan seperti apa ke Aini. “Ini sedikit berbeda. Kalau Saranjana ada portal untuk perpindahan dimensi, tapi Majeti justru masyarakat Majeti berdampingan dengan makhluk goib itu. Kita gaktau entitas apa yang ada disana entah iblis atau apa. Maka ada treatment yang berbeda, karena bisa masuk hanya dalam tanda kutip keluarga yang diakui.”
Aini yang dijuluki wanita Pulo Majeti yang kisahnya viral di tiktok dan instagram, bahkan di berbagai podcast channel Youtube ternama menjadi sumber cerita dalam film ini. Teh Aini sapaan akrabnya, menuturkan pastinya ada dampak pro dan kontra, cerita tentang saya atau Kampung Siluman Pulo Majeti dalam film ini. “Tapi, saya meyakinkan orang tua dan keluarga, ini semata-mata untuk mengangkat Kampung Siluman Pulo Majeti untuk lebih dikenal oleh banyak orang sebagai sebuah cagar budaya yang umumnya masyarakat kunjungi untuk berziarah. Paling tidak, tetesan ekonominya dirasakan masyarakat sekitar,” tukas Aini.
Lingkar Pictures telah berkomitmen untuk menghadirkan cerita horor yang unik dan menarik, dengan kualitas produksi tinggi. Tim produksi yang berpengalaman dan para pemain berbakat akan bekerja keras untuk memastikan setiap aspek pembuatan film ini, mulai dari naskah hingga lokasi syuting, dieksekusi dengan sempurna.
“Ada yang menarik, kemarin Aini bisikin saya, katanya ‘kak Fajri bilang bisa bawain 1.6 juta penonton’. Buat saya itu cukup, sisanya biar saya yang nambahin. Itu unik sih dapat kabar dari alam gaib, dimana Fajria bisa rangkul orang, tapi kalau jin malah bisa lebih banyak katanya. Ya, kami berharap film ini akan memanjakan para penggemar film horor dan memberikan pengalaman sinematik yang tak terlupakan.” pungkas Girry Pratama.
/Foto: Busan