Film Jejak Cinta, Melodrama Dari Singkawang!

Movie327 Dilihat

IMG_20180903_003715-800x498-600x374

UrbannewsID Film | Jejak Cinta, adalah sebuah film yang mencoba menarasikan tentang bahaya penyakit kanker serviks, akibat infeksi virus yang bernama Human Papilloma Virus (HPV). Kanker serviks yang muncul di Ieher rahim wanita ini, tidak saja usia tua, melainkan juga bisa wanita berusia muda. Apalagi, contoh yang paling nyata dan menjadi inspirasinya, Julia Perez, artis yang wafat akibat penyakit kanker serviks stadium 4 pada tanggal 10 Juni 2017 lampau.

Film produksi Trazz Picture dan Scene Film yang akan tayang serentak di bioskop Tanah Air mulai tanggal 6 September 2018. Melodrama yang mengangkat isu kesehatan dalam hal ini kanker serviks. Sang sutradara film ini, Tarmizi Abka, memadukannya dengan kearifan lokal daerah Singkawang, Kalimantan Barat, yang kental dengan budaya khas masyarakat Tidayu (Tionghoa, Dayak, Melayu).

IMG_20180903_004009

Film ‘Jejak Cinta’ dibintangi oleh Baim Wong, Prisia Nasution, Mathias Muchus, Della Perez, Zora Vidayatia, Denino, Jay Krhesna, dan Iainnya. Berkisah tentang seorang desainer batik bernama Maryana (Prisia Nasution), yang melakukan riset di Singkawang untuk mencari motif batik asli dari tanah kelahirannya, yang akan diikutkan dalam ajang Festival Batik di Berlin.

Disisi lainnya, seorang pemuda asal Singkawang juga bernamaa Hasan (Baim Wong), yang menyelesaikan kuliahnya di Jogja kembali pulang, untuk memenuhi permintaan sahabatnya menjadi seorang guru. Singkat cerita, Maryana dan Hasan yang tanpa sengaja bertemu di rumah makan, kemudian berlanjut tatkala Maryana memberikan pengelamannya soal membatik di sekolah Hasan. Mereka berdua pun akhirnya mereka pun menikah.

Lazimnya film drama, episoda berumah-tangga selalu ada bumbu konflik. Dan, biasanya muncul rasa cemburu karena Ada pihak ketiga yang menjadi penyebabnya. Seperti diceritakan di film ini, Hasan bertemu Sarah (Della Wulan Astreani) mantan pacarnya saat dimintai tolong soal masalah keluarganya. Hasan yang merasa tidak enak karena belum siap untuk menikah, kemudian merasa bersalah dan ingin membantunya.

Membuat Maryana salah paham, terlebih ketika ada telepon dari rumah sakit yang mengatakan bahwa istri Hasan akan melahirkan. Ditambah, Maryana yang ketakutan karena di vonis mengidap kanker serviks, sangat marah dan memilih untuk meninggalkan suaminya. Hasan yang tahu istrinya mengidap kanker serviks berusaha untuk mengejarnya, akan tetapi ditengah jalan ia ditabrak oleh Toni (Freddy Su), pacar Sarah.

Hasan dilarikan ke rumah sakit. Saat Maryana di rumah sakit, Hendrawan (Mathias Muchus) ayah Sarah menjelaskan, bahwa suami Maryana, Hasan, adalah penyelamat keluarganya. Begitu pun, Sarah yang berada di rumah sakit yang sama karena melahirkan, menjelaskan kepada Maryana, Hasan adalah orang baik. Maryana merasa bersalah karena telah menuduh suaminya macam-macam. Ia menangis dan memeluk Hasan yang masih dalam keadaan koma.

Film ‘Jejak Cinta’ yang di produseri Jimmy E Awiy dan Dhonie Ramadhan, serta Hasan Karman selaku Executive Producer. Dari sisi Sinematografi serta penggambaran tentang pesan kebangsaan dalam menjaga persatuan bangsa yang multietnis, budaya, dan objek wisata yang ada di Kota Singkawang, cukup menarik. Misalnya, budaya Cap Go Meh dengan rangkaian parade Tatung yang menjadi atraksi utama, vihara, serta kerukunan umat beragama.

Begitu pula, sungai dan rawa-rawa yang menjadi alternatif jalan penghubung dari satu tempat ketempat lainnya dengan menggunakan sampan. Seperti yang tergambarkan, saat Hasan (Baim Wong) menuju sekolah, tempat untuk mengajar, dan tinggal bersama rekannya harus menyusuri sungai dan rawa. Walau sedikit kabur, menuju tempat itu ternyata bisa lewat darat menggunakan motor, maupun mobil seperti yang dilakukannya Maryana saat berkunjung ke sekolah Hasan.

Melodrama film ini, endingnya terlihat cukup menggantung. Entah disengaja, atau memang kehabisan nafas atau waktu karena dari awal plot ceritanya berjalan sangat lambat. Fokus utama menyoal penyakit kanker serviks, dimana Maryana dihinggapinya, tidak tergali atau mendapat porsi lebih plot ceritanya. Sehingga, sangat mubazir tidak memaksimalkan kemampuan akting Prisia Nasution sebagai pemeran, sekaligus menjadi kunci melodrama film ini.

Belum lagi, soal teks terjemahan dialog antar pemain disetiap scene ke dalam bahasa Inggris di bagian bawah gambar, banyak yang salah dari sisi penulisannya. Walau, konon katanya siap untuk diperbaiki, seharusnya hal ini bisa diminimalisir saat proses editing. Bagaimana pun, film ini cukup baik untuk memberi warna baru dunia perfilman Indonesia.|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *