Urbannews | Festival musik Pestapora, seharusnya bukan sekadar ajang hiburan, melainkan cermin kompleksitas hubungan antara idealisme, politik, sosial, dan peran penyelenggara dalam sebuah event budaya. Kontroversi sponsor Freeport yang memicu boikot musisi membuka ruang refleksi tentang bagaimana nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan lingkungan harus menjadi pijakan dalam penyelenggaraan acara besar. Dari dinamika ini, kita belajar pentingnya sinergi antara berbagai elemen agar festival tidak hanya menghibur, tetapi juga bermakna dan berintegritas.
Dalam event Pestapora, sejatinya idealisme, politik, sosial, dan penyelenggaraan berjalan seiring melalui dinamika kolaborasi dan konflik nilai. Idealisme para musisi dan komunitas sering kali menuntut penyelenggara untuk menjaga integritas dan kepekaan sosial, terutama terkait isu lingkungan dan keadilan, sementara kondisi politik dan tekanan sosial memengaruhi keputusan sponsor dan jalannya festival. Penyelenggara berperan sebagai mediator yang harus menyeimbangkan kepentingan hiburan, ekonomi kreatif, dan aspirasi sosial-politik, sehingga festival tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga ruang ekspresi dan refleksi masyarakat terhadap isu-isu aktual.
Dengan demikian, kasus Pestapora yang ditinggal para musisi penampil menjadi contoh kasus, bagaimana seharusnya event budaya dapat menjadi wadah dialog antara idealisme, realitas politik, dan tuntutan sosial dalam satu penyelenggaraan yang terpadu.
Sinergi Antara Idealisme, Politik, Sosial, dan Penyelenggara dalam Pestapora
Idealisme Musisi dan Komunitas
Musisi dan komunitas yang terlibat dalam Pestapora membawa idealisme kuat terkait nilai-nilai keadilan sosial, lingkungan, dan kebebasan berekspresi. Mereka menuntut agar festival tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga ruang untuk menyuarakan aspirasi dan kritik sosial secara bermartabat.
Pengaruh Politik dan Kondisi Sosial
Situasi politik yang memanas dan keresahan sosial di masyarakat menjadi latar belakang yang memengaruhi jalannya festival. Penyelenggara harus peka terhadap dinamika ini agar acara tetap aman dan tidak menjadi ajang provokasi, sekaligus menjaga agar festival tetap inklusif dan representatif.
Peran Penyelenggara sebagai Mediator
Penyelenggara berperan penting dalam menyeimbangkan kepentingan berbagai pihak: musisi, sponsor, pemerintah, dan masyarakat luas. Mereka harus mampu mengelola konflik nilai, seperti kontroversi sponsor Freeport, dengan respons cepat dan transparan agar festival tetap berjalan dengan integritas dan diterima oleh publik.
Festival sebagai Ruang Aspirasi dan Dialog
Pestapora tidak hanya menjadi panggung musik, tetapi juga ruang bersama untuk dialog sosial-politik. Melalui musik dan seni, festival ini menjadi medium yang menyatukan berbagai suara, mengedepankan keberagaman, dan merawat demokrasi dalam konteks budaya.
Pembelajaran untuk Penyelenggaraan Event Mendatang
• Menjaga keselarasan antara nilai idealisme peserta dan realitas politik-sosial yang ada.
• Melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, terutama terkait sponsor dan konten acara.
• Menyiapkan protokol keamanan dan mitigasi yang responsif terhadap situasi sosial-politik.
• Memastikan festival tetap menjadi ruang inklusif yang menghormati keberagaman dan aspirasi masyarakat.
Dengan pendekatan ini, Pestapora kedepan diharapkan mampu menunjukkan bahwa idealisme, politik, sosial, dan penyelenggaraan dapat berjalan seiring sejalan, menjadikan festival sebagai contoh harmonisasi antara seni, nilai-nilai kemanusiaan, dan dinamika kehidupan berbangsa.
Panjang umur musik Indonesia, tetap langgeng dan terus ber_Pestapora!