Fase Pertama Penampil Di Synchronize Festival 2018!

Music256 Dilihat

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

UrbannewsID Musik | Pentas musik lintas genre besutan Demajors dan Dyandra Promosindo, Synchronize Festival, kembali siap digelar pada 5, 6, 7 Oktober 2018 di Gambir Expo – Kemayoran, Jakarta. Festival yang memasuki tahun ke-3 penyelenggaraan, dan paling ditunggu ribuan penonton ini, telah menjadi wadah penting bagi banyak musisi untuk unjuk kebolehan.

Synchronize Festival 2018, kali ini mengusung konsep kreatif pop culture yang melekat pada wajah venue dan juga seluruh material promo. Konsep ini memadu-padankan elemen estetik yang menjadi ikon kekayaan budaya daerah di nusantara, seperti burung khas Kalimantan ‘Rangkong’ yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran, dan motif batik Cirebon yang paling terkenal Mega Mendung.

Jimi Multhazam pentolan The Upstairs dan Morfem, yang masih diberi tugas sebagai Art Director pergelaran tahun ini, menjelaskan, dua elemen estetik kedua daerah itu bisa dilihat di artwork Synchronize kali ini, yaitu paruh burung rakong berwarna kuning berada ditengah amplifier, sedangkan motif batik mega mendung dan ditambah pesawat alien menjadi penghias. Kombinasi paruh burung, motif batik, amplifier, pesawat untuk memberi nilai akulturasi tradisi dan modern.

Synchronize Festival 2018 yang secara resmi dikhabarkan dihelat kembali, sekaligus diumumkan fase pertama line-up 26 musisi yang sudah dipastikan bakal tampil di panggung Synchronize Fest 2018, Rabu (28/3) sore di The Fifth kawasan Kemang – Jakarta Selatan. Musisi-musisi tersebut diantaranya Rhoma Irama & Soneta, God Bless, Kunto Aji, Iwa K, Ras Muhammad, The Coconuttreez, Ramengvrl, Burgerkill, Straight Answer, Sheila on 7, Diskoria, Diskopantera.

David Karto, Festival Director Synchronize Festival, mengatakan, bahwa pengumuman ini sengaja lebih awal, agar punya waktu lebih panjang untuk mempersiapkan lebih baik. “Synchronize Festival 2018 memang diharapkan menjadi Kawah Candradimuka bagi Indonesia, serta menjadi ruang interaksi bagi semua pelaku dan penikmat musik Indonesia,” pungkas David Karto, menambahkan.

Synchronize Fest 2018 masih tetap menggunakan lima panggung, yakni Dynamic Stage, Forest Stage, Lake Stage, District Stage, dan Gigs Stage akan bersiap menjadi saksi kehebatan musisi penampil. “Pastinya, masing-masing stage menyuguhkan ambiance yang berbeda. Termasuk juga, bagi penyandang disabilitas akan disediakan stage for disable audience agar ikut merasakan pengalaman seru bersama idola mereka,” jelas Muhammad Riza, Technical Festival Director Synchronize Fest dari Dyandra Promosindo.

Untuk menyaksikan Synchronize Festival, tiket masuk juga sudah bisa didapatkan di website resmi atau info lebih lanjut di www.synchronizefestival.com, dengan detail sebagai berikut: Online Ticket Box: 3 Days Pass Early Bird Rp. 225.000*, 3 Days Pass Regular Rp. 450.000, Daily Regular Rp. 250.000, dan Daily Early Entry Rp. 179.000, (*) tersedia terbatas. Sedangkan, On The Spot Ticket: 3 Days Pass Regular Rp. 490.000, dan Daily Regular Rp. 279.000. Semua harga tiket sudah termasuk pajak.

Ada sebuah catatan menarik yang ingin saya sampaikan, bahwa Synchronize Festival yang digelar selama 3 hari-3 malam berturut- turut dengan 100 lebih penampil nantinya. Saatnya, pihak penyelenggara melibatkan rekan-rekan media hanya sebatas mewartakan penyelenggaraannya diawal, atau saat pentas berlangsung dalam kupasan yang hanya sifatnya informatif. Tapi mengajak rekan media, baik tulis maupun foto, mengupas tuntas sisik-melik penyelenggaraan lebih dalam sesuai engle masing-masing, lewat ‘writing competition’ dan ‘photo compartition’.

Banyak manfaat dari kompetisi ini, bukan saja sebagai medium promosi yang terus berkesinambungan selama penyelenggaraan berlangsung hingga akhir, dan hasilnya menjadi perlengkap dokumentaai rekam jejak (literasi) perjalanan sejarah Synchronize tiap tahunnya. Tapi, ada sinergitas dengan rekan media sebagai partner sekaligus juga menjadi bagian dari upaya memberi ruang edikusi bagi jurnalis muda mengeksplorasi kemampuannya dalam jurnalistik, khususnya dunia musik, yang kritis dan mumpuni.|Edo (Foto Istimewa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *