Catatan Untuk Dato’Sri Aliff Syukri; Kejar Prestasi Bukan Sensasi

Music422 Dilihat
IMG_20190912_125234-800x593-600x445
Foto (ki-ka): Dato’Sri Aliff Syukri (tengah) di dampingi produser saat launching single ‘Cowok Baru’ di Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta, Kamis (12/9/2019)

Urbannews Musik | Menjadi terkenal dan bisa eksis, itu gampang!. Dari hasil pengamatan, orang yang bermasalah, biasanya lebih banyak diperhatikan oleh orang lain dibandingkan orang yang berprestasi. Tak terkecuali juga di panggung hiburan. Apalagi di era digital saat ini, banyak mengumbar sensasi maka tersiar pula kabar, entah itu baik maupun yang buruk sekalipun sebagai konsumsi publik.

Hari ini, Kamis (11/9) siang di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta, ada suguhan menarik dalam acara launching single berirama dangdut dari artis penyanyi asal Malaysia bernama Dato’Sri Aliff Syukri berjudul ‘Cowok Baru’ featuring dengan Lucinta Luna dan Upiak Isil. Single Dato’Sri Aliff Syukri yang di olah produksi oleh Datu Entertainment ini, menjajal pasar musik Indonesia untuk karya mereka.

Pria yang memiliki darah Banjarmasin ini, di Negeri Jiran beberapa karyanya cukup populer di media sosial lewat kanal YouTube seperti lagu ‘Abang Nak Tegur’, ‘Bobo Di Mana’, ‘Agama Kedamaian’, dan ‘Jom Raya’. “Sayang untuk musik bergenre dangdut di Malaysia kurang diminati. Untuk itu, saya mencoba pasarkan di Indonesia. Kebetulan juga, follower saya banyak disini,” kilah Syukri.

Terlepas dari settingan atau tidak, gimmick ataupun bukan. Masuknya Baby Shima artis dangdut Malaysia yang lebih dulu eksis di Indonesia, kemudian marah-marah ke Dato’Sri Aliff Syukri, tepat di acara launching yang sedang berlangsung, rasanya kurang etis. Lepas dari persoalan pribadi antar mereka berdua, apalagi ini gimmick hanya untuk konsumsi pemberitaan demi popularitas, selesai sudah.

Beberapa tahun terakhir ini, ternyata ada perubahan di landscape music. Bukan lagu baru yang jadi reflesi dari market, tapi lagu lama yang populer justru dapat porsi lebih. Ini menjadi krusial. Market itu tidah berubah tapi audiens berubah. Bukan millenial lagi tapi zilenial. Ditengah kompetisi yang sangat ketat, bukan sensasi atau gosip menjadi senjata untuk dijual atau di dengar tapi karya lagu yang baik dan bagus.|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *