Candra Darusman: Karya Baru yang Menginspirasi Anak Muda Melalui Musik dan Sastra

Urbannews | Musik dan buku adalah dua medium yang tampak berbeda, namun keduanya memiliki kekuatan yang sama: menyentuh kesadaran, menginspirasi perubahan, dan memantik percakapan. Musisi sekaligus pemikir Candra Darusman memadukan kedua dunia ini dalam dua karya terbarunya: lagu “Salah Sendiri” dan buku “Invisible Cycle: Memantik Inovasi dan Kreasi untuk Kemajuan”.

Bersama Yayasan Pustaka Obor Indonesia sebagai penerbit, keduanya hadir sebagai refleksi sekaligus ajakan untuk melihat lebih dalam persoalan bangsa, serta meresponsnya dengan gagasan dan tindakan nyata.

Salah Sendiri: Lagu Reflektif yang Lintas Batas dan Generasi

Lagu “Salah Sendiri” merupakan hasil kontemplasi mendalam Candra Darusman terhadap dinamika sosial-politik yang terjadi di Indonesia. Lewat lirik yang tajam namun tetap santun, lagu ini menyampaikan kritik membangun, harapan, dan ajakan untuk perubahan.

Yang menjadikan lagu ini istimewa adalah kolaborasi lintas negara dan generasi. Hadir musisi Indonesia dan Sri Lanka, dari berbagai rentang usia serta latar genre berbeda: pop, dangdut, dan jazz. Salah satu sorotan utama adalah keterlibatan penyanyi Sri Lanka berdarah Indonesia, Umaria, yang hadir berkat dukungan Duta Besar RI untuk Sri Lanka, Ibu Dewi Tobing, serta Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia, Prof. Jayanath Colombage.

Kolaborasi ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam memperkuat diplomasi budaya dan kerja sama kreatif antarbangsa melalui musik.

Invisible Cycle: Buku Panduan untuk Generasi Inovatif

Bersama Agung Setiyo Wibowo, Candra Darusman menyusun Invisible Cycle, sebuah buku yang ditujukan khusus untuk generasi muda Indonesia—terutama mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012—sebagai panduan berpikir dan bertindak menuju Indonesia Emas 2045.

Buku ini mengangkat dua konsep utama:

1. Inovasi – proses mengubah invensi teknologi menjadi solusi nyata bagi pengguna, pasar, dan industri. Dibutuhkan strategi, pemetaan peluang, serta keberanian untuk mengeksekusi ide.
2. Kreasi – penciptaan karya orisinal berbasis ide yang berdampak langsung pada peningkatan kualitas kehidupan sosial.

Kedua konsep ini digambarkan sebagai “roda tak kasat mata” (invisible cycle) yang harus terus berputar agar bangsa mencapai kemajuan berkelanjutan. Buku ini memaparkan langkah strategis dalam proses tersebut, yakni:

1. Penciptaan – peran akademisi, industri, dan seniman dalam melahirkan karya.
2. Perlindungan – regulasi dari pemerintah untuk melindungi hak cipta dan kekayaan intelektual.
3. Pemasaran – keterlibatan dunia usaha dan BUMN dalam memperluas jangkauan karya.
4. Penjualan – penerimaan publik yang menjadi tolok ukur keberhasilan sekaligus awal dari penciptaan baru.

Disampaikan dengan gaya yang komunikatif, dilengkapi ilustrasi dan contoh nyata, Invisible Cycle tak hanya memberi wawasan konseptual, tetapi juga menanamkan semangat untuk mengambil peran aktif dalam membangun negeri melalui inovasi dan kreasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed