APMI Tepat di Hari Sumpah Pemuda: Babak Baru Industri Showbiz Indonesia

Music325 Dilihat

Urbannews | Bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober, telah berdiri APMI (Asosiasi Promotor Musik Indonesia), suatu perkumpulan yang bertujuan memajukan eksosistem pertunjukan dan festival musik Indonesia serta keinginan untuk bersama sama meningkatkan kualitas dan kuantitas karya-karya pelaku industri musik Indonesia.

APMI lahir dari deklarasi tujuh promotor musik besar Indonesia, yakni Dewi Gontha (Java Jazz Festival, Java Festival Production), Dino Hamid (Berlian Entertainment), Emil Mahyudin (Nada Promotama), David Karto (Synchronize Festival), Darshan Pridhnani (Hype Festival), Donny Junardy (Hammersonic Festival), dan Anas Syahrul Alimi (Prambanan Jazz, Rajawali Indonesia).

APMI yang sudah berbadan hukum ini mempunyai empat pilar utama yakni Idea, Network, Education dan Innovation. Idea adalah yang berkaitan dengan kreatifitas untuk pertunjukan. Network akan menitikberatkan pada pembentukan dan perawatan jaringan kerja seperti sponsor, agen artis, musisi, vendor acara, pekerja lepasan industri yang memiliki ketrampilan khusus dan juga bekerja sama dengan pemerintah terkait aturan dan kebiijakan yang terkait dengan industri ini. Education akan fokus pada diskusi dan pembelajaran bagi para promotor untuk bisa membuat sebuah pertujukan dan atau festival musik yang sesuai dengan standard internasional. Innovation yang akan jadi esensial karena pentingnya inovasi terbaru dalam festival atau pertunjukan musik yang bisa dipergunakan oleh semua pelaku industry untuk menciptakan tatanan kerja yang lebih bermanfaat dan efisien.

“Kami selaku pendiri bersepakat menciptakan visi dan misi yang sama untuk mengembangkan industri ini melalui program yang dapat menciptakan ide baru, edukasi, networking dan pengembangan lainnya guna mempersiapkan pelaku industri agar secara bersama sama dapat berkembang dan bersaing secara internasional ” kata Emil Mahyudin, salah satu pendiri APMI yang juga bertindak selaku Sekretaris Umum APMI.

Dino Hamid, yang juga adalah salah satu pendiri APMI, telah secara bersama diangkat menjadi Ketua APMI untuk memastikan tujuan asoasiasi ini didirikan dan dijalankan sesuai visi dan misi awal dimana AMPI akan mengajak para promotor festival musik di Indonesia untuk bergabung dan bersama sama menggerakkan industry yang menjadi bagian hasil karya anak anak Indonesia yang bisa memberikan kontribusi terhadap negara. “Kehadiran APMI sebagai sebuah asosiasi formal promotor musik satu-satunya di Indonesia saat ini menjadi sangat penting, dengan adanya potensi yang cukup besarnya industri pertujunkkan dan festival musik di negeri ini. Kami ingin mencoba membangun ekosistem yang baik dan sustainable bagi pelakunya,” kata Dino Hamid.

APMI diharapkan bisa menjalankan fungsi sebagai asosiasi promotor musik secara profesional. Besarnya bisnis industri live music namun belum ada satu wadah yang menyatukan akan menjadi hal penting yang akan jadi perhatian APMI.

Apa yang dilakukan oleh APMI adalah satu lompatan penting dalam industri live music di Indonesia. Di banyak negara, sudah ada asosiasi promotor maupun penyelenggara pertunjukan musik, semisal Association of Independent Festival (AIF), Music Venue Trust (MVT), Association of Festival Organisers (AFO), All Japan Concert & Live Entertainment, bahkan Turki punya Tesder alias Turkish Promotor Association.

Keberadaan asosiasi ini penting bagi negara-negara yang menjadikan sektor pertunjukan musik sebagai salah satu sumber pendapatan, seperti Britania Raya maupun Amerika Serikat.

Seperti umum diketahui, Britania Raya meraup 1,1 miliar Poundsterling dari sektor live music (2018), naik 10 persen dari tahun sebelumnya. Sektor ini juga mempekerjakan lebih dari 30 ribu orang, naik 7 persen dari 2017. Di Amerika Serikat, menurut data yang dirilis Nielsen Music (2018), sekitar 52 persen dari total populasi AS pergi menonton live music setiap tahunnya. Pendapatan promotor raksasa seperti Live Nation juga terus naik. Pada 2019 mereka meraup 9,4 miliar dolar, naik dari 8,7 miliar dolar dari 2018.

Upaya Pengembangan Industri Live Music

Indonesia Setidaknya sejak sewindu terakhir, industri live music di Indonesia makin meriah. Festival-festival besar seperti Java Jazz, Prambanan Jazz, Djakarta Warehouse Project, We The Fest, Hammersonic, Love Festival, hingga Synchronize Festival didatangi puluhan ribu penonton tiap tahun. Selain itu, puluhan ribu tiket konser-konser skala internasional, yang mendatangkan kumpulan rocker seperti Scorpion atau Europe, musisi blues pop tenar John Mayer, hingga boyband Korea seperti Super Junior, selalu habis terjual dalam waktu cepat. Hal tersebut menunjukkan besarnya potensi industri ini dan berapa banyak impact yang bisa diberikan kembali kepada pekerja industrinya, pariwisata dan kontribusi terhadap pemasukan negara.

Sektor pertunjukan musik ini masih menyimpan beberapa masalah yang diharapkan bisa diselesaikan oleh APMI dengan cara bekerja dengan pihak lainnya. Pertama, terkait statistik. Hal ini mungkin terkesan tidak penting, namun hal tersebut akan sangat berguna untuk pendataan, pengembangan dan juga modal informasi yang bisa dipergunakkan negara maupun perusahaan asing yang ingin bekerjasama dengan pengusaha Indonesia terkait industri ini yang akan memberikan pengaruh terhadap diantaranya adalah musisi, vendor, pekerja tenaga ahli penyelenggaraan acara musik, pekerja kreatif dan lainnya.

Di Britania Raya, lembaga think tank musik seperti UK Music, rutin merilis laporan yang berkaitan dengan musik. Laporan seperti ini jadi penting karena, mengutip Nicky Morgan, mantan Sekretaris Bidang Digital, Kebudayaan, Media, dan Olahraga (2019-2020): bisa membantu pemerintah membuat kebijakan untuk sektor live music.

Pemerintah Kota London juga bekerjasama dengan UK Music untuk mendata klub-klub dan bar yang memainkan live music. Data ini kemudian berguna ketika pandemi datang dan pemerintah butuh data klub dan bar mana saja yang seharusnya mendapat bantuan untuk tetap bisa bertahan.

Hari ini, APMI ingin mengajak promotor-promotor musik di Indonesia untuk bergabung menjadi anggota agar bersama sama menciptakan sebuah industri yang ideal dan bisa berguna bagi semua pesertanya. Follow IG @apmi.id untuk informasi lebih lengkapnya.

“Kami berharap promotor-promotor musik di seluruh Indonesia bisa menjadi anggota APMI. Karena ini juga dilandasi untuk kepentingan bersama yang lebih besar di industri showbiz Indonesia,” kata Anas Alimi, salah satu pendiri APMI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar