Urbannews | Berbicara tentang musik artinya membicarakan selera. Setiap orang pasti memiliki gaya musiknya sendiri. Di dunia ini terdapat bermacam-macam jenis musik. Sebut saja musik Rok, Pop, R&B, Hip-Hop, Jaz—yang notabene masuk dalam gugus musik populer. Musik-musik populer tersebut saat ini begitu digandrungi remaja Indonesia.
Akan tetapi, lebih fundamental jikalau kita mengulik sedikit tentang musik Melayu—musik yang lahir dari akulturasi budaya. Sebagaimana jenis musik lainnya, musik Melayu menunjukkan pula ciri khasnya. Dimana instrumen utama, ada gendang, gambus, gong, serunai, hingga biola.
Musik yang rasanya sangat sensitif ditelinga sebagian anak muda ini. Seorang penyanyi muda Alfin Habib di bawah naungan label Sony Music Entertainment Indonesia, mencoba perkenalkan sekaligus menggelorakan musik melayu dengan gaya kekinian, lewat single pertamanya berjudul “Permaisuri Hatiku.”
Sejak mengikuti salah satu ajang pencarian bakat di televisi, nama Alfin Habib terus bersinar. Kini, ia bersama Tengku Shafick selaku pencipta lagu mencoba hadirkan genre yang agak berbeda dari yang selama ini Alfin tekuni. Pria kelahiran 14 Oktober 1993 di Deli Serdang, Medan, ini awalnya sempat ragu, tapi akhirnya memutuskan mencobanya.
“Saat sedang mencari lagu untuk single pertama, Sony Music mempertemukan aku dengan Bang Shafick di studionya dan langsung diberikan materi lagu ini. Awalnya, sempat agak ragu untuk membawakannya karena aku terbiasa membawakan lagu yang agak mendayu-dayu, sementara ini genrenya agak berbeda. Tapi, merasa ini tertantang, maka lahirlah “Permaisuri Hatiku sebagai single perdana.” ujar Alfin, dihadapan awak media di Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Menurut Alfin yang menggemari genre Melayu, Arab, India, dan dangdut ini, lagu “Permaisuri Hatiku” bercerita tentang jatuh cinta. “Temanya tentang orang yang sedang jatuh cinta dan kesabaran. Terkadang, saat mengharapkan sesuatu, dalam hal ini cinta, kita sering kali terburu-buru. Tapi, lagu ini berpesan bahwa kita harus menjalaninya dengan penuh kesabaran. Selain itu, jangan pernah gengsi untuk menyatakan perasaan dan jangan takut untuk merasakan jatuh cinta.”
Karena kepiawaiannya dalam membawakan lagu-lagu Melayu juga biola, kini Alfin dapat julukan “Lord of Melayu”, tidak hanya di Indonesia, tapi juga sampai ke mancanegara. Tentu saja, pria ini di satu sisi merasa bangga, tapi di sisi lain juga sadar bahwa ini bukan tanggung jawab yang ringan. Ia merasa pengalaman dan teknik bernyanyinya masih di bawah musisi Melayu senior lain yang sudah malang-melintang. Namun, Alfin berjanji bahwa dia akan berusaha menjadi penyanyi yang pantas menyandang gelar itu dan mengangkat kembali kejayaan musik Melayu.
GM Sony Music Entertainment Indonesia, Muhammad Soufan atau disapa Munna, menceritakan lahirnya Megah Music lahir sub label dari Sony Music. Muna inget dulu ada tugas SD membuat notasi lagu daerah, dan yang dilakukannya pergi ke toko kaset beli lagu melayu. Waktu itu yang tenar Edi Silitonga, dia Batak tapi bisa melayu.
“Sekarang udah gak ada, jadi saya merasa harus ada lagi penerus musisi melayu. Makanya saya mau ada yang ditinggalkan, yaitu musik daerah ke acara melayu. Kita emang mau bikin sebuah peninggalan atau legacy lewat musik melayu, ini warisan dari yang mereka sukai sekaligus menambah khazanah musik di Indonesia.” jelas Muna, menambahkan.