Urbannews Musik | Memasuki tahun ke-11, pertunjukan musik Jazz Gunung Bromo 2019 yang diselenggarakan di atas ketinggian 2000 meter dari permukaan laut dengan berlatarkan pegunungan, berdinding cemara dan beratapkan langit, hadir mengusung tema ‘Jazz Bersaksi Untuk Ibu Pertiwi’. Jazz yang dianggap sebagai simbol kebebasan berekspresi, menyuarakan perlawanan termasuk pula semangat perubahan, sangat tepat memberi pesan tentang harmonisasi dari segala perbedaan yang ada.
Apalagi di tengah riuh perbincangan politik yang terjadi saat ini, ternyata masyarakat semakin sulit untuk menemukan kembali nilai-nilai kearifan lokal sebagai karakter bangsa yang berbudi luhur, sopan santun, ramah tamah, gotong royong, disiplin, taat aturan dan sebagainya. Politik yang sejatinya berkaitan dengan urusan kebijakan, justru dipersempit semata-mata sebagai kompetisi perebutan kekuasaan. Dan, ujungnya menjadikan masyarakat terpecah menjadi kubu-kubuan.
Maka, bagi siapa pun yang mengaku dirinya adalah rakyat dari negeri ini, haruslah memiliki rasa satu asa untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan warisan pendiri bangsa. Kita saling mengingatkan, seberbeda apa pun kamu, adalah (bagian dari) aku: kamu adalah aku, aku adalah kamu. Inilah inti kesatuan (ika) dalam keragaman (bhineka) bangsa kita yang terwariskan. Beragam itu satu, satu itu beragam.
Inilah yang ingin di suarakan para penggagasnya yakni; Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Sigit Pramono, Jazz Gunung kembali hadir di tahun ini untuk merayakan kegembiraan dalam kebersamaan. “Musik jazz itu unik, dia bisa menerima ragam jenis musik lain menyatu, dan segala ragam bentuk instrument dapat pula dipersatukan dalam hormani bunyi yang asyik oleh pemainnya tanpa berebut mana yang lebih unggul,” tukas Djaduk, saat berjumpa di Ecology Bistro Kemang Jakarta, Rabu (19/6).
Jazz Gunung Bromo yang akan digelar selama 2 hari, yakni tanggal 26-27 Juli 2019. Hari pertama, Jumat (26/7) ada Tompi, Debu, Yuri Mahatma Quartet, Gugun Blues Shelter, Jazz Malang Community, hingga Idang Rasjidi feat Mus Mujiono. Lalu pada hari kedua, Sabtu (27/7), akan dimeriahkan oleh Djaduk Ferianto’s Ring of Fire Projects feat. Didi Kempot & Ricad Hutapea, Candra Darusman Projects, Sierra Soetedjo, Geliga, S4 dari MLD Jazz Project dan Nita Aartsen Kwartet with special guest Rene Calvin, Antonio Marcos & Pablo Calzado. Selain itu, ada kuartet Jazz muda berbakat asal Prancis Voyager 4.
Telah menjadi tradisi Jazz Gunung Bromo, penyelenggaraan tahun ini akan menganugerahkan penghargaan khusus Jazz Gunung Award kepada legenda musik tanah air, Maryono, seorang peniup saxofon, klarinet dan flute kelahiran Jogyakarta yang sepanjang hidupnya bermain musik Jazz. Maryono sebagai salah satu personil Indonesian All-Star pada tahun 1960an bersama sederet musisi terhormat lainnya yaitu Jack Lesmana, Bubi Chen, Jopie Chen dan Benny Mustapha, telah mencatat sejarah mereka sendiri melalui mahakarya album Djanger Bali yang direkam di Jerman bersama peniup klarinet asal Amerika Tony Scott di tahun 1967.
Untuk menikmati Jazz Gunung Bromo 2019 di Amfiteater terbuka yang terletak di Jiwa Jawa Resort Bromo, Sukapura, Probolinggo – Jawa Timur. Harga tiket harian untuk VVIP Rp 1.250.000, VIP B Rp 750.000, VIP A Rp 650.000, dan Festival Rp 450.000. Sedangkan harga tiket terusan, VVIP Rp 2.000.000, VIP B Rp 1.350.000, VIP A Rp 1.150.000, dan Festival Rp 800.000. Untuk lebih detail bisa dilihat di www.jazzgunung.com.
Jazz Gunung Ijen 2019
Bersamaan dengan diumumkan Jazz Gunung Bromo 2019, penyelenggara Jazz Gunung Indonesia mewartakan event musik yang tidak kalah keren yakni; Jazz Gunung Ijen pada tanggal 21 September 2019, di Amfiteater Taman Gandrung Terakota, Jiwa Jawa Resort Ijen, Banyuwangi-Jawa Timur Berbeda dengan Jazz Gunung Bromo, Jazz Gunung Ijen menawarkan sensasi pemandangan berlatarkan kawasan persawahan dengan ratusan patung terakota berbentuk penari Gandrung.
Jazz Gunung Ijen 2019 akan hadir sederet musisi polpuler tanah air di antaranya; Tompi, Yura Yunita, S4, Parkdrive, serta talenta muda-mudi Banyuwangi hasil seleksi proyek yang ditangani musisi Bintang Indrianto bertajuk ‘Bintang Mencari Bintang’. “Gagasan proyek ini dicetuskan oleh Sigit Pramono sebagai rangkaian pra-acara Road to Jazz Gunung Ijen 2019, dengan tujuan agar menghasilkan regenarasi musisi jazz lokal agar tercipta ekosistem yang baik dikancah musik jazz tanah air,” ujar Bintang’.
Jazz Gunung Ijen yang juga menjadi bagian kalender wisata Majestic Banyuwangi Festival 2019. Dan, bagi masyarakat yang ingin ikut menikmati keseruan Jazz Gunung Ijen 2019, untuk harga tiket dibandrol seharga Rp 500.000 untuk Reguler, sedangkan Premium Rp 800.000. Lebih detail bisa dilihat di www.jazzgunung.com.
Pentingnya Visual Merchandising di Dunia Musik!
Visual element dan branding sebuah event musik, kadang kala dianggap tidak terlalu penting atau menjadi perhatian para penyelenggara, karena mungkin dianggap sekedar recehan. Sejatinya, visual merchandising adalah seni menyajikan produk secara visual dengan cara semenarik mungkin, agar ragam pesan atau juga informasi yang disampaikan tercerna baik dan tidak terlupakan. Contoh paling sederhana, bentuk tiket misalnya. Jika desain tiket baik bentuk, warna, atau bahannya, dikreasi menjadi barang seni yang bernilai, dan bermanfaat, niscaya ini akan menjadi memorable dalam setiap event yang digelar. Bahkan bisa dijadikan koleksi bagi penggemarnya.
Belum lagi, bentuk-bentuk pelengkap lainnya dirancang secara unik dan ikonik, baik desain grafis dan juga bahannya, seperti kaos, topi, tas, pin dan sebagainya, sesuai tema event yang digelar, akan menjadi identity dan kebanggaan untuk semuanya. Apalagi, jika pihak penyelenggara melibatkan para pengrajin lokal tempat event berlangsung agar dapat meningkatkan kemandirian dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan, paling penting pula, pernak-pernik event menjadi tanda sejarah bahwa sebuah pertunjukan tersebut pernah ada, untuk di jadikan sebagai kelengkapan dokumentasi perjalanan musik di Bumi Nusantara.|Edo