Melankolia, Album Pertaruhan toRa di Ranah Musik Hip-Hop

Music508 Dilihat

IMG_20190618_182730-800x657-600x493

Urbannews Musik | Musisi di luar label arus utama adalah zona hip hop paling subur saat ini di Indonesia. Rapper, MC, atau beatmaker anyar bermunculan bak jamur di musim hujan. Berkat hip hop independen, fans tak lagi kesulitan menemukan rilisan hip-hop yang layak dengar dalam satu dekade ini. Bahkan, malah kewalahan menyimak satu per satu single, remix, EP dan album penuh musisi hip-hop bawah tanah yang muncul belakangan.

Musik EDM dan hiphop di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami masa terbaiknya, terlihat semakin merebak dan seru. Banyak rapper bermunculan dengan gaya yang lebih bermacam-macam dan hampir rata-rata bagus. Seperti jawara Go Ahead Challenge 2018 untuk kategori musik, Macan Wigit_atau lebih dikenal nama panggungnya ‘toRa’, menawarkan 7 komposisi lagu hasil racikannya yakni; Ungu Violet, Feel My Love, Cukup Kita, Collarbones, D.Own, Ani, dan Melankolia, yang sekaligus menjadi judul albumnya.

Melankolia memang menjadi debut album toRa di ranah musik hip-hop, sekaligus menjadi pertaruhan dirinya di industri musik tanah air di apresiasi atau tidak. Ditengah persaingan yang ketat, keberaniannya menelurkan album patut di acungi jempol. Walau secara distribusinya bermain aman lewat digital store, dan belum dalam bentuk fisik cd album. “Melankolia merupakan kelanjutan dari single KalaMalam yang di rilis Mei 2018. Ini seperti rangkuman episoda kisah cinta seorang tokoh yang hidup di antara glamor dan kelamnya Jakarta,” tukas toRa, saat memperkenalkan albumnya di Ray’s Bottle of Joe, Jakarta, Selasa (18/6).

Album Melankolia berisikan tujuh track lagu yang di produseri Alex Bramono dari Tokyolite ini, layaknya kisah romansa yang di narasikan toRa dengan balutan hip-hop sebagai musik latar pengiring cerita. Dan, ini menjadi kekuatan toRa sebagai musisi dan juga penyanyi, karena ia memiliki kemampuan menulis (copywriter), sekaligus mendongeng (storytelling). Lazimnya musik hip-hop, kekuatannya ada pada kemampuan merangkai kata menjadi cerita, dan menarisikannya. Dengan memberikan sentuhan storytelling maka narasi lagu yang disampaikan toRa bisa menghidupkan kata dan pesan mudah dimengerti.

“Saya bersyukur terpilih mewakili kategori musik, khususnya hip-hop di Go Ahead Challenge 2018. Ini adalah cikal-bakal sekaligus modal bagi saya, untuk ikut fight diranah musik industri yang selama ini menjadi fokus saya. Beruntung saat GAC, ada bekal ilmu di dapat lewat workshop dari seorang rapper yang mewarnai wajah hip-hop Indonesia di dunia Internasional, Laze. Dan juga, ikut tampil di panggung Soundrenaline serta panggung lainya. Dalam album Melankolia inilah saya ingin mengatakan, musik saya adalah saya. Dengan musik hip-hop dan lirik yang melankolis, narasi yang saya sampaikan bisa menyatu dengan jiwa pendengarnya,” pungkas toRa.

Ditengah industri musik asyik (nggak) asyik, karena etalase fisik (cd-vcd-vynil) semakin langka. Tren EDM dan hip hop yang juga tidak di dukung oleh ekosistem yang baik saat ini. Para pelakunya mau-tidak-mau harus berjibaku sendiri menawarkan karya lewat dunia digital, seperti iTune, Youtube, atau bersosial media. Atau, setidak-tidaknya mulai membangun brand diri sendiri dan membentuk jejaring komunitas. Karena tren pasar musik saat ini sulit diprediksi, karena era digital mempengaruhi cara orang mengkonsumsi musik. Jadi, ciptakan pasar sendiri kalau mau tetap ajeg di panggung musik.|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *