Urbannews Musik | Sejak pendaftaran kompetisi Electronic Music Producer Contest (EMPC) dibuka pada 15 Mei lalu, tak kurang 200 peserta yang terdiri dari para produser musik elektronik, baik amatir maupun profesional, ramai-ramai mendafarkan diri dan mengirimkan hasil karya mereka melalui website www.iceperience.id. Tujuannya cuma satu, mereka ingin melebarkan sayap ke panggung musik dunia. Jadi tidak heran, jika ratusan produser musik elektronik berebut jadi jawara.
Hal ini, sejalan dengan komitmen ICEPERIENCE.ID sebagai wadah sekaligus penyelenggara kompetisi, yakni ingin memajukan dan membentuk ekosistem musik elektronik Tanah Air lebih berkualitas sehingga talent –talent lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta diperhitungkan di level Internasional. Wujud nyatanya, bagi pemenang EMPC akan mendapatkan kesempatan berkolaborasi dengan Sean Miyashiro, Founder dari 88 Rising, sebuah perusahaan mass media yang bermarkas di New York, Amerika Serikat.
Perwakilan ICEPERIENCE.ID Diopsaputram menuturkan pemilihan Sean Miyashiro sebagai kolaborator dari 88 Rising tak lepas dari rekam jejak 88 Rising yang sekarang ini sedang naik daun sebagai label dunia yang menelurkan penyanyi bertaraf internasional seperti Rich Brian, NIKI, Joji, dan Higher Brothers. “Ini bisa menjadi motivasi untuk produser musik Indonesia untuk berkiprah di panggung Internasional,” ucap Diopsaputra.
Pendaftaran masih terbuka hingga 30 Juni 2019. Seluruh karya yang masuk akan diseleksi oleh para dewan juri yang terdiri dari DJ Winky Wiryawan, Riri Mestica, DJ Sumantri, Eka Gustiwana, DJ Haji, Fajar Juliawan, Lawrence Philip (SAE Institute Jakarta), serta Sean Miyashiro. Setelahnya, juri akan mengumumkan 10 finalis dan menjalani karantina selama tiga hari hingga tersaring tiga terbaik.
DJ Sumantri yang menjadi juri dalam EMPC memberi sedikit ‘contekan’ bagi para peserta agar karya mereka bisa lolos seleksi dewan juri. Pertama, dari sisi musikalitas. “Mencuri perhatian juri adalah dia yang memiliki inovasi besar dari sisi musiknya, terutama yang bisa memadukan musik lintas genre dan bisa mengeksplorasi musik nya lebih dalam lagi. Itu yang paling penting buat saya,” kata DJ Sumantri.
Hal kedua, lanjut DJ Sumantri, ialah attitude dalam bermusik. Ia berharap para peserta memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan juga kepercayaan diri yang tinggi. “Kenapa, karena dua hal itu sangat berpengaruh di industri musik saat ini. Kepercayaan diri penting karena kalau tidak percaya diri, bagaimana karyanya mau dinikmati orang lain? Lalu keberanian mengambil keputusan sehingga musik yang dihasilkan bukan ikut-ikutan dari karya orang lain,” Dj Sumantri menegaskan.
Lebih lanjut, dia berharap para produser musik digital bisa memanfaatkan EMPC sebagai ajang memperluas kemampuan bermusik dan jaringan mereka. “Karena saya melihat EMPC ini adalah sebuah kesempatan besar bagi produser-produser Indoensia untuk menunjukkan karya mereka dengan skala yang lebih luas. Ini kesempatan besar untuk bersaing tanpa batas,” tandas DJ Sumantri.
Hal senada juga diutarakan oleh Andi Sadha, perwakilan 88 Rising di Indonesia. Ia yakin, EMPC akan menghasilkan talent luar biasa yang mampu go international di masa mendatang. “Faktanya, kultur dan talent–talent Asia bisa diterima masyarakat dunia. Dan Indonesia memiliki potensi serta talenta sehingga kami berharap melalui EMPC bisa menemukan sosok yang akan mendunia,” tutur dia.
EMPC merupakan salah satu program dalam rangkaian International Clubbing Experience (ICE) 2019 yang diselenggarakan oleh ICEPERIENCE.ID. Selain kompetisi bagi para peracik musik digital tersebut, ada pula DJ Battle yang digelar di dua kota yakni Jakarta dan Bandung. Ajang tahunan ini bertujuan untuk mencari sosok DJ yang handal memainkan musik dan piawai di berbagai genre.
Program ICE 2019 lainnya yang tidak kalah menarik adalah event workshop bagi para pelaku dan penikmat musik elekronik yang juga diselenggarakan di Jakarta dan Bandung. Workshop ini bertujuan memberikan wawasan serta pelatihan mengenai nilai-nilai fundamental dan keahlian yang diperlukan untuk menjadi seorang DJ, Produser, Media Digital, dan lainnya.
Tak hanya menyasar pelaku musik elektronik, ICE 2019 juga menyiapkan program bagi penikmat musik elektronik dengan menggelar beberapa party event di sepanjang tahun 2019 dengan konsep yang akan membuat para partygoers mendapatkan pengalaman yang berbeda dari sisi bonding, indentity, dan engagement dalam setiap party-nya. Salah satunya adalah ‘Golden Time’’ yang akan diadakan di Bandung pada bulan Juli 2019 mendatang.
Lalu, ada pula ‘kinetICE’ yang akan diadakan di Jakarta pada bulan Oktober 2019 mendatang. Sesuai namanya, music party ini mempunyai konsep yang unik dengan mengkolaborasikan teknologi, orchestra, choir, DJ dan lainnya sehingga partygoers diberikan pengalaman yang tidak pernah didapatkan dimanapun.
Untuk mengetahui lebih detail keseruan program-program yang ada di rangkaian ICE 2019 dan ingin bergabung ke dalam rangkaian program ini, bisa mengunjungi website WWW.ICEPERIENCE.ID dan Instagram @ICEPERIENCE.ID.|Edo