Semalam di Konser Tanda Mata Glenn Fredly Untuk Yovie Widianto

Music257 Dilihat

20181002_120041-600x409

UrbannewsID Musik | Sekitar dua setengah jam, bergema dua puluhan lagu bertemakan cinta karya sang maestro musik pop Indonesia Yovie Widianto, mengharubiru seisi ruang Ciputra Artpreneur Jakarta, Minggu (30/9/2018) malam. Sebuah narasi bunyi, baik itu melodi dan kata, menyeruak dari seorang Glenn Fredly mengajak yang mendengarkan untuk menyelami makna cerita dibalik sebuah karya lagu. Menurut Nyong Ambon si punya hajat Konser ‘Tanda Mata Untuk Yovie Widianto’ malam itu, setiap komposisi yang dibuat Yovie terkandung gagasan, pemikiran, perenungan, emosi, keprihatinan, dan gejolak jiwa.

“Mencerna karya lagu Yopie memang sulit, bukan bercerita tentang apa tapi bicara tentang siapa? Apalagi, syairnya dipenuhi kata-kata manis dengan balutan nada melodius yang disampaikan secara apa adanya, bisa merasuk ke dalam relung-relung hati dan pikiran pendengarnya. Ya, mungkin hanya Yovie dan Tuhan yang tahu lagunya ditujukan untuk siapa,” ujar Glenn, langsung membawakan lagu dimaksud yakni ‘Mantan Terindah’, ‘Merenda Kasih’, dan ‘Andai Dia Tahu’. Sebelumnya, Glenn membuka konser bersama band pengiring yang telah menemaninya selama satu dekade yakni The Bakuucakar lewat lagu ‘Cerita Cinta’, ‘Satu Mimpiku’ serta ‘Juwita’.

Konser malam itu cukup spesial, karena bertepatan dengan tanggal kelahiran Glenn Fredly, 30 September. Sederet tembang karya Yopie mengalun manis, tidak saja lewat karakter suaranya yang khas serta sesekali dibarengi humor segar gaya Glenn diatas panggung yang membuat penonton tertawa sekaligus terhibur. Berbagai musisi lintas usianya serta genre pun membawa kejutan sekaligus menambah kemeriahan konser, di antaranya Marcello Tahitoe, Eva Celia, Sandhy Sondoro, Gugun “Gugun Blues Shelter”, The Soulful, The Hydrant, Gerald Situmorang, Amrus Ramadhan, Woro Mustiko, Kafin Sulthan, Otti Djamalus, Yance Manusama, Grace Simon, Iwa K, serta Iqbaal Ramadhan, musisi dan bintang film muda yang naik daun melalui perannya sebagai Dilan.

Konser ‘Tanda Mata’ sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan Glenn Fredly, bagi musisi yang telah memberikan semangat perjalanan karir musiknya tapi juga memberi warna di industri musik Indonesia. Tanda Mata Glenn Fredly untuk Yovie Widianto menjadi tahun ketiga penyelenggaraan konser penghargaan, setelah sebelumnya diberikan kepada Ruth Sahanaya dan Slank. “Konser Tanda Mata ini berasal dari orang-orang yang memberi inspiras sekaligus mempengaruhi perjalanan karir saya, termasuk masyarakat di luar sana terhadap musik pop. Mereka yang konsisten dan masih produktif di dunia musik hingga kini. Dan, kali ini apresiasi tersebut di berikan kepada Yovie, yang turut mengangkat nama saya lewat single Cukup Sudah (1998),” ungkap Glenn.

Konser yang berlangsung cukup meriah dengan membludaknya penonton. Malam itu, ada sebuah gerakan sosial movement yang dilakukan dengan menyisihkan sebagian dari hasil penjualan tiket untuk disumbangkan kepada saudara sebangsa dan setanah air korban bencana gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Ada sebuah catatan menarik, ide menggelar Konser Tanda Mata yang di gagas Glenn Fredly. Musik tidak hanya dilihat dari segi estetikanya saja, tidak pula dipahami sekedar deretan angka not balok dalam komposisi atau doremifasolla dalam lantunan lagu, tetapi lebih jauh pada latar belakang sistem budaya yang menyertainya. Musik berkaitan dengan tradisi dan ekspresi lisan yang diturunkan turun temurun antar generasi melalui syair-syair yang dilagukan.

Lebih jauh, Glenn mengatakan bahwa musik juga harus dipahami keterkaitannya dengan pendidikan maupun ekonomi. “Pelindungannya melalui revitalisasi, pelatihan dan infrastruktur untuk mempersiapkan ekosistem industri musik terpadu, dimana seniman dan institusi dapat berjalan seiring demi melestarikan berbagai bentuk seni musik. Seperti sebuah karya lagu dilihat dari sisi ekonomi. Andai saja industri musiknya sehat, jika dijumlahkan nilai karya lagu saya dan Yovie mungkin bisa berkali-lipat, dan ini bisa meningkatkan kontribusi industri musik ke pendapatan ekonomi kreatif yang saat ini sangat kecil. Dan, melalui Tanda Mata yang kedepannya menjadi sebuah digital platform, akan tumbuh dan terbangun memori kolektif semua pemangku, pelaku serta masyarakat demi kemajuan industri musik di Indonesi,” tukas Glenn.

Musik akan terus berkembang sejalan dengan kehidupan manusia. Musik telah menjadi dirinya sendiri dalam tataran disiplin ilmu dan kesenian, bahkan telah pula menjadi pembahasan khusus sejak era Pythagoras. Sebagai karya, musik adalah manifestasi perasaan manusia terhadap apa yang dihadapi dalam kehidupannya. Bahkan seorang filsuf atheis seperti Friedrich Nietzsche [1844-1900] berujar, hanya musik yang memberikan arti dalam hidup manusia. Kita –saya dan Anda—tentu meyakini, bahwa musik adalah senjata terhebat yang pernah diciptakan manusia. Artinya, idealisme Glenn memperjuangkan ekosistem industri musik kedepan lebih baik bukanlah sesuatu yang baku dan diam, tapi idealisme adalah sebuah perjalanan, dan mempunyai peranan penting dalam perkembangan intelektual dalam bermusik, saat musisi berpikir bahwa musik perjalanan hatinya.|Edo (Foto Dok: DK Media Relations)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *