UrbannewsID Musik | Suatu saat, pernah ngobrol santai dengan Dewa Budjana, gitaris Gigi yang juga bersolo karir memainkan musik instrumental melalui dawai gitarnya, seputar karya musiknya di album Zentuary. Budjana menuturkan, bahwa musiknya merupakan refleksi dari sebuah perjalanan spiritualnya, karena dalam setiap komposisi yang dibuat terkandung gagasan, pemikiran, perenungan, emosi, keprihatinan, dan gejolak jiwa.
Karya lagunya memang sulit dicerna, bicara tentang siapa, dan sedang bercerita tentang apa. Karena, Budjana tak menuliskan syairnya dengan kata-kata, melainkan dengan melodi dawai gitarnya untuk mengajak yang mendengarkan dan menyelami cerita dibalik bunyi setiap nada. Musik adalah sebuah seni bercerita. Melalui musik, kebenaran bisa disampaikan secara apa adanya yang bisa merasuk ke dalam hati dan pikiran.
“Dengan musik memang semuanya akan menjadi lebih mudah dipertemukan, termasuk yang paling abstrak sekalipun di dunia nyata sulit bertemu. Seperti instrumen musik menghasilkan beragam bunyi, tapi dia mampu menghasilkan harmoni yang enak didengar. Tapi semua tergantung cara membacanya serta bagaimana menginterpretasinya, sehingga mampu berdialog dengan bahasa musik,” ungkap Budjana, ketika itu.
Tidak heran, jika komposisi Budjana dalam setiap karyanya penuh muatan nuansa etnik yang terkesan magis. Karena menurut Budjana, bermusik yang ia lakoni sama halnya dengan laku hidup yang dijalaninya sehari-hari. Sebagai contoh, seperti komposisi lagu Queen Kanya. Budjana bercerita tentang sosok pejuang wanita pemberani bernama Ida I Dewa Agung Istri Kanya, seorang ratu yang pernah memimpin bali pada era 1814-1850, dalam mempertahankan Kerajaan Klungkung.
“Saya tertarik dengan tokoh pejuang wanita asal Klungkung, Ida Dewa Agung Istri Kanya, yang hingga saat ini belum diangkat namanya sebagai pahlawan nasional, walaupun tokoh tersebut dianggap sangat layak. Bahkan, namanya tercatat dalam buku Feminist Poemskarya Nancy Quinn Collins (2016). Jadi bukan tanpa alasan, jika saya dan rekan-rekan di Klungkung, terus bicara dan berjuang mengusung Ratu Kanya tercatat dalam lembar sejarah negara, sebagai seorang pahlawan,” pungkasnya.
Dan, dibalik setiap karya lagu maupun judul album Budjana ada cerita menarik yang tersirat makna. Semuanya terekam, mulai dari album perdana Nusa Damai, Gitarku, Samsara, Home, Dawai in Paradise, Joged Kahyangan, Surya Namaskar, Hasta Karma, Zentuary termasuk album teranyar yang akan rilis akhir tahun ini, berjudul ‘Mahandini’. Kalau judul album Zentuary gabungan dari dua kata Zen dan Sanctuary, yang artinya pikiran dan batin yang hening penuh damai. Mahandini gabungan dari kata Maha yang artinya besar, dan Nandini adalah kendaraan.
Album Mahandini menjadi album solo ke-10 Dewa Budjana yang rencana akan dirilis bulan Juni lalu, kemudian diundur di akhir tahun ini. Budjana melibatkan musisi dan penyanyi yang luar biasa seperti Jordan Rudess, pemain keybord dari “Dream Theater”, Marco Minneman (drums) yang pernah membantu album Steven Wilson, Kreator dan Joe Satriani, sementara nama Mohini Dey (bass) kerap menemani gitaris Steve Vai, lalu ada Mike Stern (gitar) serta vokal unik dari Soimah. Selain itu kehadiran dari gitaris John Frusciante yang pernah memperkuat raksasa musik dunia, Red Hot Chili Peppers menjadi menu penuh gizi dari album “Mahandini”.
Menurut Dewa Budjana, judul album Mahandini yang bermakna kendaraan yang besar atau agung ini. Dimana para musisi yang terlibat adalah orang-orang hebat dengan nama besarnya di panggung musik dunia, dirinya seolah sedang belajar lagi cara mereka bekerja. “Terus terang, cita-cita saya dulu Ingin sekolah di luar negeri, sayang tidak kesampaian. Namun, saya sangat bersyukur bisa kerjasama atau berkolaborasi dengan mereka, adalah sebuah pelajaran yang luar biasa. Dan, ini jauh lebih berharga tanpa saya harus sekolah formal,” kata Dewa Budjana, Rabu (5/9) sore, di LemmonID, Jakarta.
Seiring rencana perilisan album terbaru ‘Mahandini’ Dewa Budjana yang sepenuhnya didukung oleh LemmonID, sekaligus juga menjadi promotor dari “Samuccaya Roadshow To Mahandini”. Lemmy R. Ibrahim selaku produser eksekutif album ‘Mahandini’ mengatakan, ‘Samuccaya Roadshow To Mahandini’ di 5 Kota adalah bagian dari pemanasan meunuju perilisan albumnya. “Ini semacam pemberitahuan tentang album terbaru Dewa Budjana, sekaligus menyapa para pencinta musik Indonesia, khususnya mereka yang suka dengan karya-karya musik instrumental Dewa Budjana,’ jelas Lemmy.
Dalam gelaran Samuccaya Roadshow To Mahandini, Dewa Budjana menggandeng para musisi yang kerap menemani disaat konser, yaitu Shadu Rasjidi (bass), Demas Narawangsa (Drum), Saatsyah (flute), Irsa Destiwi (piano), serta Marthin Siahaan (keybord). Dan, rencana tur ini akan di mulai dari Purwokerto (12 September), Cirebon (13 September), Yogyakarta (18 September), Semarang (20 September), serta Solo (25 September). Untuk bisa menikmati konser ini, harga tiket di bandrol Rp 650 ribu (ViP) dan Rp 350 ribu (Festival). Tiket bisa diperoleh di Loket.com, atau bisa juga ke Budjana.com.|Edo