Ngobrol Santai Bersama 5 Band Dan Reach & Rich Artist Management!

Music276 Dilihat

IMG_20180525_234622-800x550-600x413

UrbannewsID Musik | Musisi-musisi yang sukses di industri musik tidak sekadar memasukkan jempol kaki mereka untuk memeriksa keadaan air, tapi mereka langsung terjun dengan kepala mereka lebih dahulu dan tidak pernah melihat ke belakang lagi. Sekali Anda telah menjadi seorang musisi maka seumur hidup Anda akan terus menjadi musisi. (Jeffrey A. Macak-President, JMI Publications, USA).

Komentar Jeffrey diatas, menyeruak begitu saja dalam pikiran sebagai sebuah catatan ringan dalam tulisan in, saat acara ngobrol santai bersama grup musik Rocket Rockers, Revenge The Fate, Midnight Quickie, Revara, Hoolahoop, dan tentu saja si punya hajat yang juga menaungi para grup band diatas Reach & Rich Artist Management, Jum’at (25/5) malam, di What’s Up Cafe Tebet, Jakarta.

Dulu, ketika ada anak bercita-cita jadi musikus, mungkin banyak orang tua yang menolaknya. Tapi sekarang, bisa jadi kasusnya terbalik. Orangtua justru mendorong anaknya untuk latihan musik, ngeband, ngetop dan ikut kecipratan ngetopnya. Jadi, jika Anda tidak jujur melihat diri Anda sendiri sebagai seorang musisi, sebaiknya sudahi saja. Menjadi seorang musisi adalah kerja keras seumur hidup, bukannya iseng-iseng!

Optimisme itu harus dipupuk dan dipelihara baik-baik. Tentu saja kudu diimbangi dengan kreatifitas tanpa batas. Apalagi, saat ini musisi harus berhadapan dengan duniai digital yang bisa digerakkan dari satu genggaman saja. Jika tidak diimbangi dengan inovasi dan adaptasi dengan perkembangan zaman, bisa-bisa tidak bisa lagi menghibur masyarakat luas. Untuk itu, diperlukan cara-cara baru untuk menyiasatinya.

Bukan saja musisinya, manajemen keartisan perlu pula menerapkan pola yang benar, efektif dan tepat guna. Seorang manajer bukan tukang angkat koper si artis [musisi], atau pasang badan ketika sedang digempur masalah, tapi lebih dari itu. Mereka harus benar-benar punya kemampuan planning public relation, finance, dan marketing yang mumpuni. Karena, ditangan manajemen-lah masa depan kehidupan sang artis dipetaruhkan.

Sekarang sedang happening istilah Cyber-PR. Di era internet saat ini, tak perlu bertatap muka secara langung. Ada banyak sarana yang bisa dimanfaatkan untuk menjadi cyber-PR yang kreatif, strategis dan menarik dalam membangun merek (brand) dan memelihara kepercayaan (trust), dapat dilakukan secara one to one communication bersifat interaktif. Meski, tatap muka dengan fans juga penting maknanya.

Satu contoh pemanfaatan cyber-PR, dilakukan band heavy metal asal Swedia, Ghost, single anyar mereka bertajuk ‘Dance Macabre’ yang sempat dibawakan dipanggung direkam secara amatir dan tersebar di YouTube, serta di layanan music streaming, beberapa pekan lalu bikin heboh. Pasalnya, Kirk Hammett (Metallica), Charlie Benante (Anthrax), M. Shadows (Avenged Sevenfold), Phillip Anselmo (Pantera), sampai bintang WWE Chris Jericho, nampang di Instagram Story saat memutar tembang mereka yang seru itu.

Industri kreatif, khususnya industri musik Indonesia sekarang ini berada titik puncaknya. Ada banyak band baru dengan genre yang berbeda-beda, dengan tipikal khas dan unik, bisa diterima masyarakat dengan baik. Malah beberapa diantaranya punya massa yang cukup fanatik. Ini adalah aset yang sangat berharga, bukan saja menaekan pamor mereka, tapi bisa mengisi pundi-pundi mereka untuk memacu menghasilkan karya abadi, dan tentunya tabungan akhir tua mereka.|Edo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *