UrbannewsID Figur | Sosok wanita paruhbaya yang masih tetap cantik dan enerjik, Anna Mariana, memang layak disebut pakar kain tenun serta songket nusantara saat ini. Dia paham betul soal ragam jenis benang mulai dari benang emas, benang perak, benang katun, benang sutera dan benang kombinasi untuk bahan kain tenun dan songket. Begitu pula, teknis pengerjaannya, sejarah dan budaya tradisi masing-masing daerah yang melatarinya.
Anna Mariana yang sudah menekuni bidang ini lebih dari 33 tahun, membina ribuan para pengrajin di pelosok negeri, sudah mendesian lebih dari 3000 motif kain tenun dan songket. Termasuk, mempelopori kelahiran kain tenun dan songket khas Betawi yang akan menjadi heritage warga Jakarta. Hari Kamis (26/42018) malam, Anna memberi pembakalan sekaligus mengadukasi Sejarah dan Budaya Betawi, serta Pengenalan dan Pengembangan Budaya Kain Tenun dan Songket Betawi, dihadapan 15 pasang finalis Abang None (Abnon) Jakarta Selatan 2018.
Menurut Anna, selain penyelenggaraan pemilihan Abnon yang sudah menjadi tradisi untuk menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) DKI Jakarta yang ke-491 tahun. Tujuan utamanya, adalah mencari dan melahirkan duta-duta muda sebagai pewaris sekaligus garda terdepan mengenalkan Kota Jakarta pada tingkat regional, nasional hingga manca negara. “Generasi sekarang atau disebut milenial, harus paham sejarah dan budaya kotanya sendiri, yakni Betawi. Temasuk juga, kalau selama ini dalam seni wastra di Betawi (Jakarta), hanya dikenal batik, sekarang sudah punya kain Tenun dan Songket.”
Anna yang giat mengembangkan seni wastra Betawi sejak tahun 2016, khususnya Tenun dan Songket dengan motif khas Betawi, antara lain ondel-ondel, kembang kelapa, gigi balang, dan lain-lain. Menurutnya, produk tradisional bagian dari budaya dan juga warisan nenek moyang yang dikerjakan secara handmade ini, wajib untuk terus kita pelihara. “Tujuannya menciptakan dan mengembangkan Kain Tenun dan Songket Betawi ini, menyimpan harapan agar dunia fashion dan mode Betawi bisa berkembang lebih baik, sama seperti halnya daerah lainnya di nusantara,” ungkap Anna Mariana.
Pemilihan Abnon 2018 untuk melahirkan dan menjadikan mereka sebagai duta-duta pariwisata sekaligus mendukung serta melestarikan budaya Betawi kedepannya. Anna Mariana berharap, anak-anak muda di Jakarta Selatan memiliki minat yang sama untuk mengembangkan bakatnya pada seni wastra Betawi, yakni Tenun dan Songket. “Pada sesi wawancara dengan Dewan Juri pada babak semi final nanti, selain menguasai bahasa inggris, menyampaikan misi-visi mereka, diharapkan juga menyampaikan dunia fashion dan mode Betawi, khusunya Tenun dan Songket, tengah berkembang di Jakarta,” jelas Anna, menambahkan.
Hal ini, menurut Anna sangat penting agar Betawi bisa lebih modern dan berkelas, sehingga image di mata masyarakat tidak lagi dianggap kampungan, apalagi jika sampai terpinggirkan. Untuk itu, Anna mengajak ke-15 pasang finalis Abnon 2018 dari Jakarta Selatan, baik mereka yang berhasil menang maupun tidak, untuk terus giat mengembangkan dan melestarikan wastra Betawi. Seperti kesuksesan Anna di ajang bergengsi Internasional couture collections DC Fashion Week 2018 di Amerika Serikat, beberapa bulan lalu. Anna yang membawa hasil rancangannya Tenun dan Songket Kreasi terbaru khas Betawi, yang diberi nama ‘Babe’.
Anna yang sedang bersiap memenuhi undangan untuk menggelar fashion show tunggal khusus tenun dan songket, terutama di akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019, dibeberapa negara. Kalau di tingkat fashion dunia Tenun dan Songket sudah diakui, tidak ada alasan bagi Indonesia, terlebih khusus generasi sekarang ini untuk tidak mengakui keberadaanya. “Mpok Anna ajak para Abnon yang hadir malam ini, mampir ke galleri mpok, bisa liat ragam jenis kain Tenun dan Songket dalam ragam bentuk, baik itu busana, tas, atau bentuk aplikasi lainnya. Nyok, belajar bareng mpok biar semua pada bisa, kalau bukan kite yang ngelestariin, siapa lagi!, tukas Anna, menutup seri edukasi buat para finalis Abnon Jakarta Selatan.|Edo (Foto Dudut SP)